Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Siapa bilang Hari Raya Idul Fitri hanya identik dengan ketupat? Di Nusa Tenggara Barat dan sebagian daerah Bali, ada satu makanan wajib untuk Lebaran; namanya poteng jaje tujak. Kudapan ini punya makna mendalam yang sayang untuk kita lewatkan.
ADVERTISEMENT
Saya pertama tahu soal makanan ini dari Prof. Dr. Ir. Murdijati-Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada. Rupanya itu jadi kali pertama saya tahu kalau Lebaran tak hanya soal ketupat. Kekayaan kuliner tradisional Indonesia bikin masyarakatnya pandai menciptakan aneka makanan unik yang tentunya juga punya arti mendalam.
Poteng jaje tujak merupakan kudapan yang dibuat dari tepung beras yang dimakan bersama dengan beras ketan yang difermentasikan.
Menurut Prof. Murdijati, sepiring poteng jaje tujak selalu dicari pada saat raya Idul Fitri . Selain dinikmati keluarga, poteng jaje tujak juga biasa jadi suguhan untuk para tamu.
Sepiring poteng jaje tujak terdiri yakni poteng atau tapai berbentuk kotak yang terbuat dari ketan putih, dan jaje tujak atau tetel yang diolah dari campuran ketan putih, ketan hitam, dan kelapa yang ditumbuk hingga halus. Sekilas, hidangan ini mirip tape ketan.
ADVERTISEMENT
Terdapat suatu tradisi unik di balik pembuatan jajanan khas Lombok ini. Terdapat suatu kepercayaan bahwa dalam membuat poteng tak boleh sembarangan, dan pembuatnya harus dalam keadaan suci atau tidak sedang haid (khusus perempuan) agar tidak merusak hasil akhir poteng.
Selain itu, penambahan tape ketan juga dilakukan setelah selesai salat sehingga masih dalam kondisi suci karena usai berwudhu.
“Kalau tidak ada makanan ini, itu para tamu pasti menanyakan. Jadi, orang idul fitri di NTB itu bukannya mencari ketupat lontong komplit, akan tetapi poteng jaja tujak itu. dan orang belum puas kalau belum mendapatkan itu,” jelas Prof. Murdijati pada kumparan.
Menurutnya hal ini dikarenakan beras dan ketan yang merupakan makanan utama bangsa indonesia; khususnya masyarakat NTB dan Bali.
ADVERTISEMENT
“Kemudian ketan yang difermentasikan itu merupakan bahan alami yang diproses secara alami dan cita rasanya dianggap sedap karena ada rasa manis, asam, dan sedikit pahit. itu dianggap gabungan tiga rasa yang sangat digemari dan itu semua diletakkan di atas kue yang berbentuk persegi seperti bantal yang terbuat dari nasi,” tambahnya.
Menjadi rekam jejak sejarah proses fermentasi di Indonesia
Lebih lanjut, menurut Prof. Murdijati, keberadaan poteng jaje tujak menandakan bahwa masyarakat mengenal proses fermentasi dari lama.
“Sebetulnya ini bukan merupakan suatu proses yang dapat mengubah menjadi senyawa berbahaya. Sebetulnya proses aslinya itu untuk menyajikan makanan yang rasanya sangat alami, tergantung kepada ragi yang digunakan untuk membuat tape itu. Ini adalah suatu kearifan lokal yang perlu diketahui karena banyak sekali sebetulnya makanan indonesia itu produk fermentasi,” tutup Prof. Murdijati.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.