Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Riset: Kebiasaan Makan Buruk di Kantor Bisa Dipengaruhi oleh Lingkungan Sekitar
30 April 2021 9:00 WIB
ADVERTISEMENT
Sadar tidak kalau selama ini, kebiasaan makan kita kerap sama dengan rekan kerja lain. Kejadian yang sering dialami tapi tak pernah kita sadari. Bahkan, efek dari kebiasaan ini sudah diteliti lebih lanjut, lho.
ADVERTISEMENT
Kecenderungan ini menjadi kajian menarik dalam Nature Human Behavior. Mengutip Science Daily dalam penelitian tersebut menjelaskan kalau pola makan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, atau setidaknya teman maupun rekanan lain. Terkadang, pola makan itu justru menimbulkan potensi penyakit, semisal obesitas.
Douglas Levy, tokoh utama dibalik penelitian Nature Human Behavior dari Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH). Melalui studi tersebut, ia ingin menguak kebiasaan makan dari 6.000 karyawan MGH dari berbagai usia.
Selama kurang lebih dua tahun, tiap menu makanan pilihan karyawan akan diperhatikan dengan saksama. Untuk mengklasifikasikan apakah itu termasuk asupan sehat atau tidak, Levy menggunakan lampu lalu lintas sebagai bantuannya. Warna hijau merupakan golongan makanan sehat , kuning untuk kurang sehat, dan merah untuk yang tak sehat sama sekali.
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti sampai situ, Levy dan tim pun percaya kalau durasi waktu antar karyawan yang terjadi selama kegiatan makan ikut andil dalam membentuk sebuah kebiasaan.
"Aspek baru di penelitian ini mencoba menganalisa perilaku makan sekelompok karyawan. Pastinya mereka sudah mengenal secara sosial dalam jangka waktu yang cukup lama," ungkap rekan Levy yakni Mark Pachucki, PhD, profesor sosiologi Universitas Massachusetts, Amherst.
Berdasarkan penilaian cross-sectional, ditemukan tiga juta pertemuan antar pasangan karyawan MGH, mempunyai selera makan yang mirip. Lebih tepatnya, menu makanan yang dipilihnya selalu konsisten dari tiap pasangan itu. Beruntungnya, jenis dan kandungan makanan masih tergolong sehat.
Adanya pengaruh lingkungan sosial, tentunya membuat tiap individu mengubah alur gaya hidup mereka. Mengapa kemudian tekanan sosial itu berpengaruh besar? Menurut Levy, secara implisit maupun eksplisit, kita kadang memberi izin orang lain menyortir asupan keseharian.
ADVERTISEMENT
Padahal, jika kita bisa menentukan pilihan sendiri, tak harus bergantung pada orang lain, maka akan lebih menguntungkan bagi diri sendiri.
Lalu, adakah cara efektif menyembuhkan kebiasaan buruk tersebut? Jawabannya ada, dan selalu ada. Kita bisa menggunakan pendekatan pemberian pengaruh baik. Yakni, cobalah memesan satu menu yang sehat, otomatis ini akan memengaruhi orang lain dalam lingkungan sosialmu.
"Jika kebiasaan makan yang sehat ini mampu membentuk cara makan rekan kerja atau lingkunganmu. Maka, keputusan mengubah pilihan asupan keseharianmu, adalah cara terbaik yang dapat menguntungkan orang sekitarmu juga," tutup Pachucki.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya