Riset: Orang Asia Memiliki Tingkat Intoleransi Laktosa Lebih Tinggi

2 Desember 2019 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi susu di dalam botol Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susu di dalam botol Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kamu sering buang air besar (BAB) usai minum susu? Kalau sudah begitu, bisa jadi kamu terkena intoleransi laktosa. Keadaan ini membuat tubuhmu tidak mampu dalam sepenuhnya mencerna gula (laktosa) yang biasa ada dalam produk susu atau turunannya.
ADVERTISEMENT
Melansir Next Shark, orang yang tinggal di Asia tingkat intoleransi laktosanya lebih tinggi daripada masyarakat Eropa. Hanya sekadar 5 persen masyarakat Eropa yang mengalami intoleransi laktosa, sedang orang Asia bisa mencapai 90 persen. Kenapa bisa begitu?
Rupanya, dibandingkan dengan negara-negara di benua lainnya, orang yang tinggal di dekat garis khatulistiwa seperti Asia, lebih banyak mendapat sinar matahari sehingga tubuhnya rentan kelebihan vitamin D. Sedangkan, jika ditambah banyak mengonsumsi susu, maka tubuh mereka akan semakin kelebihan vitamin D.
com-Ilustrasi minum susu. Foto: Shutterstock
Menurut jurnal Nutrients, tubuh yang kelebihan dosis vitamin D dapat mengalami keracunan akibat meningkatnya kadar kalsium dalam tubuh. Yang mana efek sampingnya seperti sakit perut, sembelit, diare, mual, muntah, dan tak nafsu makan.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begini, tubuh sangat rentan mengalami intoleransi laktosa. Itulah mengapa, usai minum atau mengonsumsi makanan yang mengandung susu kamu langsung merasakan efek sakit perut, bahkan hingga diare.
Ilustrasi sakit perut Foto: Shutter Stock
Meskipun begitu, spesialis penyakit dalam Dr. Sean Chung mencatat, masih ada harapan bagi penderita intoleransi laktosa untuk mengonsumsi susu. Hanya saja jumlahnya sudah perlu dibatasi, atau kamu beralih ke keju dan yoghurt yang mengandung laktosa lebih rendah.
Sementara mereka yang normal, berdasarkan penelitian, biasanya memiliki batasan ideal mengonsumsi vitamin D sekitar 1.000-4.000 IU. Namun, beberapa penelitian dalam jurnal PubMed juga menunjukkan, bahwa mengonsumsi hingga 10.000 IU vitamin D tak akan menimbulkan efek samping.