Riset: Sekali Menyantap Makanan Tinggi Lemak, Konsentrasi Kita Terhambat

17 Mei 2020 13:44 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gorengan Foto: dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gorengan Foto: dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 harusnya bikin kita lebih waspada terhadap makanan yang kita konsumsi. Memang, ketika #dirumahaja, ada banyak godaan, salah satunya makan gorengan.
ADVERTISEMENT
Buat kamu yang hobi makan gorengan sambil bekerja, sebaiknya ganti kebiasaan itu. Soalnya, sebuah riset menunjukkan bahwa jika sekali saja makan makanan tinggi lemak jenuh, maka kemampuan kita berkonsentrasi akan terhambat.
Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition ini membandingkan bagaimana 51 perempuan melakukan tes kewaspadaan mereka setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh. Sebagai pembanding, mereka juga diminta untuk makan makanan yang sama, namun menggunakan minyak bunga matahari yang tinggi lemak tak jenuhnya.
Minyak bunga matahari. Foto: Pixabay
Kinerja mereka pada tes itu lebih buruk setelah makan makanan tinggi lemak jenuh daripada setelah mereka makan makanan yang mengandung lemak tak jenuh --yang lebih sehat. Ini menandakan hubungan antara makanan berlemak dan otak.
Para peneliti juga melihat apakah kondisi yang disebut leaky gut atau 'sindrom usus bocor' yang memungkinkan bakteri usus memasuki aliran darah, kemudian memengaruhi tingkat konsentrasi. Peserta yang paling leaky gut-nya paling tinggi, konsentrasinya semakin buruk
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar pekerjaan sebelumnya melihat efek kausatif dari diet telah terlihat selama periode waktu tertentu. Dan ini hanya satu kali makan - sangat luar biasa bahwa kami melihat adanya perbedaan," kata Annelise Madison, penulis utama studi dan lulusan psikologi klinis di The Ohio State University, seperti dikutip dari Science Daily.
Madison juga mencatat bahwa makanan yang dibuat dengan minyak bunga matahari. Dengan minyak yang rendah lemak jenuh pun, tetap saja masih ada lemak dari makanannya sendiri.
"Karena kedua makanan itu berlemak tinggi dan berpotensi bermasalah, efek kognitif makanan berlemak tinggi jenuh itu bisa lebih besar jika dibandingkan dengan makanan yang rendah lemak jenuhnya," katanya.
Makanan tinggi lemak dalam penelitian ini adalah telur, biskuit, sosis kalkun dan saus yang mengandung 60 gram lemak; baik dengan minyak berbasis asam palmitat tinggi lemak jenuh atau minyak bunga matahari yang rendah lemak jenuh.
ADVERTISEMENT
Kedua menu makanan berjumlah 930 kalori dan dirancang untuk meniru isi berbagai makanan cepat saji seperti double burger dengan keju atau double burger dengan kentang.
Kebanyakan perempuan suka memakan burger saat muda Foto: Thinkstockphotos
Lima puluh satu perempuan ini melakukan tes kewaspadaan dua kali; sebelum dan 5 jam setelah makan. Setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, semua perempuan yang berpartisipasi, rata-rata, 11 persen lebih sedikit mampu mendeteksi rangsangan target dalam penilaian konsentrasi.
Penyimpangan konsentrasi juga tampak pada perempuan dengan tanda-tanda usus bocor. Waktu respons mereka lebih tidak menentu dan mereka kurang mampu mempertahankan perhatian mereka selama tes 10 menit itu.
Meskipun penelitian ini tidak menentukan apa yang sedang terjadi di otak, Madison mengatakan penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa makanan yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan peradangan di seluruh tubuh, dan mungkin otak.
ADVERTISEMENT
Analisis statistik dalam penelitian ini juga memperhitungkan pengaruh potensial lain pada kognisi, termasuk gejala depresi dengan rata-rata konsumsi lemak jenuh makanan peserta.
Menurut Janice Kiecolt-Glaser, PhD dari Ohio State Neurological Institute, temuan menunjukkan konsentrasi bisa lebih terganggu pada orang yang ditekan oleh pandemi. Terutama untuk mereka yang beralih ke makanan berlemak untuk kenyamanan.
"Apa yang kita tahu adalah bahwa ketika orang lebih cemas, sebagian dari kita akan menemukan makanan tinggi lemak jenuh lebih menarik daripada brokoli. Kita tahu dari penelitian lain bahwa depresi dan kecemasan dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian juga. Ketika kita menambahkan itu di atas makanan tinggi lemak, maka efeknya jadi lebih besar," pungkasnya.