Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Perlahan kebiasaan makan keju juga menjamah Tanah Air. Tapi siapa sangka, kalau ternyata Indonesia juga bisa memproduksi keju sendiri, lho. Terlebih kita punya banyak peternakan kambing atau sapi yang bisa menghasilkan susu; yang jadi bahan utama keju.
Salah satu produsen artisan keju asli Indonesia --tepatnya dari Bali-- adalah Rosalie Cheese. Produsen keju ini sudah ada sejak tahun 2017, pabriknya berpusat di Denpasar. Nama 'Rosalie' terinspirasi oleh pinggiran kota yang indah di Brisbane, Australia bernama sama; di mana hidangan lokal tumbuh subur.
"Fokus kami ingin orang lokal bisa menikmati keju natural ini. Keju kami masuk dalam kategori natural artisan cheese, karena kami memang menggunakan bahan-bahan alami, tanpa pengawet dan pewarna. Sehingga keju kami umurnya lebih pendek karena 100 persen bahannya natural," ungkap Ayu Linggih, pendiri Rosalie Cheese saat berbincang dengan kumparan dalam acara 'Time & Terroir' di Bali, Kamis (5/3).
Perempuan lulusan teknologi pangan University of Queensland ini mengaku tak serta merta langsung meraup keuntungan dari temuannya tersebut. Hingga saat ini ia mengatakan, masih perlu mengedukasi masyarakat terutama pembelinya soal keju Indonesia .
ADVERTISEMENT
"Edukasi terus, kita juga ikut expo. Asalkan mereka curious untuk mencoba, itu sudah suatu kemajuan bagi saya. Tapi makin ke sini sudah banyak masyarakat yang aware. Terutama mereka kan lebih peduli terhadap apa yang masuk ke dalam tubuh mereka. Kelamaan saya yakin keju bisa jadi seperti kopi Indonesia. Orang kita kan suka penasaran mau coba kopi origin baru, keju juga bisa jadi seperti itu," tambah perempuan yang akrab disapa Ayu itu.
Saat ini Ayu memiliki 9 karyawan yang membantunya memproduksi hingga memasarkan produk Rosalie Cheese. Penjualan sendiri ia lakukan melalui pemesanan website, dan beberapa toko stokis yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Support bahan-bahan lokal
Meski bukan menjual makanan khas Indonesia, tapi keju yang dibuat Ayu 100 persen menggunakan bahan lokal. Keju yang diproduksi perempuan berusia 33 tahun itu sebagian besar menggunakan susu kambing etawa dan saanen; yang diambilnya dari salah satu peternak di Kecamatan Negara, Bali.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, susu kambing lebih mudah dicerna tubuh manusia. Susu ini juga cocok untuk mereka yang intoleransi terhadap laktosa. "Kambing beranak dan melahirkan secara natural, jadi tidak ada suntik-suntik seperti sapi," tuturnya.
Sementara garamnya, Ayu juga menggunakan garam laut lokal hasil produksi petani Bali.
Untuk menghasilkan rasa yang enak dan berkualitas, Ayu perlu melakukan karantina terhadap keju, mulai dari 5-30 hari tergantung dari jenisnya. Proses ini dikenal sebagai fermentasi.
Proses pembuatan dimulai dari mencampurkan susu dengan bahan pengental agar menjadi gumpalan-gumpalan; proses ini namanya coagulation. Selanjutnya keju dicetak dan disimpan dalam ruang fermentasi hingga tumbuh jamur (aging).
Dikatakan Ayu, proses aging merupakan salah satu yang tahapan yang sulit, karena harus menggunakan suhu dan waktu simpan yang tepat. Selanjutnya yang tak kalah melelahkan adalah mencuci peralatan pengolahan keju. "Washing yang paling susah, karena alatnya besar-besar. Semua cheese maker pasti setuju," ucapnya sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Memproduksi blue cheese sampai snack
Dari hasil pembuatan tersebut, Ayu menjual kejunya jadi beberapa varian. Ada black-pepper goat, plain goat feta, black and white cheese, camembert dengan moringa (daun kelor), dan crottin cheese dengan bungkus daun anggur. Dengan harga jual berkisar Rp 45-120 ribu tergantung berat dan jenisnya.
Kumparan juga sempat mencicipi beberapa keju yang jadi andalan Rosalie Cheese. Kejunya rata-rata berjenis feta cheese yang lembut dan kenyal. Dengan rasa cenderung asin dan gurih. Bedanya untuk black-pepper ada pedas dari lada hitamnya, yang terasa agak hangat di tenggorokan.
Paling unik dan citarasanya pas adalah crottin cheese. Keju ini unik karena dibungkus daun anggur. Sehingga ketika dimakan akan sangat terasa wangi daun yang khas. Harum nan gurih.
Bukan cuma itu, Ayu juga memproduksi snack berupa grissini (cheese stick) dan cheese choco cookies. Untuk camilan Ayu membanderol Rp 36-38 ribu per bungkusnya.
ADVERTISEMENT
Produk camilan dari Rosalie Cheese ini dikeluarkan karena Ayu pengin lebih mengenalkan keju asli Indonesia. Sejak hadir pada tahun 2018, camilan ini juga merupakan salah satu usaha Ayu mensosialisasikan keju Indonesia. Ia merasa dengan dijadikan camilan orang Indonesia bisa lebih mudah mengenalnya.
Hingga kini Ayu dan suaminya masih berjuang untuk memperkenalkan, serta mengedukasi masyarakat bahwa Indonesia juga punya keju artisan yang rasa dan kualitasnya enggak kalah dengan produksi luar. Ia percaya dengan usahanya ini bisa membantu perekonomian --terutama untuk masyarakat di Bali-- agar semakin membaik, dan tidak tergantung dengan turis.
"Harapan kami ke depan bisa menyumbangkan industri di Asia. Kita mau berperan di situ, me-encourage orang supaya berternak di Bali , melestarikan budaya tanpa harus bergantung dengan turis," tutupnya.
ADVERTISEMENT