Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ryan Wibawa Suguhkan Spirit Bhinneka Tunggal Ika dalam Secangkir Kopi Juara
24 April 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ryan berhasil menarik perhatian juri lantaran dia menyuguhkan secangkir kopi yang terinspirasi dari harmonisasi semboyan Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Laki-laki yang juga merupakan Head of Coffee di Common Grounds tersebut merasa bangga, bahagia, dan puas atas pencapaiannya mewakili Indonesia ke ajang kompetisi kopi dunia.
Perjuangan Ryan, yang dia katakan sebagai prestasi tertinggi di hidupnya sekarang tersebut butuh perjalanan panjang. Berbincang bersama kumparanFOOD beberapa waktu lalu, Ryan mengungkapkan proses awal dirinya mengikuti kompetisi dunia kali ini.
"Awal prosesnya aku mengikuti kompetisi level nasional dulu 'Indonesian Brewers Cup 2023' pada Desember lalu, waktu itu aku bersaing dengan 24 peserta dan Puji Tuhan-nya aku mendapat peringkat satu, dan berkesempatan untuk mewakili Indonesia untuk Brewers Cup yang berlangsung di Chicago kemarin," ujarnya saat berbincang melalui telepon, Jumat (19/4).
Setelah menjuarai tingkat nasional, Ryan secara efektif mulai mempersiapkan dirinya untuk ke ajang dunia. Persiapan dia lakukan selama kurang lebih tiga sampai empat bulan. Ryan mulai memilah varian biji kopi yang akan dia gunakan, konsep, hingga pesan yang akan disampaikan.
ADVERTISEMENT
"Terus, mulai diruntutin, tuh ke bagian-bagian kecilnya, seperti pemilihan air, resep seduhan, roasting profile, brewing method apa yang harus kita bawa, nah, juga perihal logistik, ya, kayak misalkan kalau kita mau traveling ke sana kita harus bawa equipment dan tools juga," tambahnya.
Untuk memaksimalkan kopi racikannya, Ryan rela membawa air sendiri dari Indonesia. Menurutnya, air mineral yang dia gunakan dari Indonesia sudah sangat cocok dengan kopinya.
Ryan dan tim turut mempersiapkan kebutuhannya untuk kompetisi ini dengan sangat intens. Modal yang juga tak main-main dia persiapkan dengan matang. Dia juga dibantu oleh sejumlah tim dari Common Grounds dan SCAI (Specialty Coffee Association of Indonesia).
Proses Perlombaan di Ajang Kopi Dunia
Selanjutnya, Ryan juga menceritakan proses perlombaan selama ajang World Brewers Cup berlangsung. Ryan harus melewati dua babak sebelum akhirnya masuk ke final.
ADVERTISEMENT
Ryan bersaing dengan barista lain dari 44 negara. Babak pertama bertajuk "Open Service" berlangsung selama 10 menit, yang mana Ryan harus menyeduhkan kopi racikannya menggunaka tiga dripper kepada ketiga sensory judges.
Tidak hanya menyeduhkan kopi, Ryan juga harus melakukan presentasi dengan memperkenalkan kopi yang disajikan, kemudian setiap proses penyeduhan, hingga tasting notes yang akan dirasakan oleh para juri saat mereka mencoba.
Proses penilaian di babak pertama ini, menurut Ryan terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, juri akan menilai kualitas dari kopi yang disajikan. Juri akan menganalisa mulai dari aroma, rasa, after taste, acidity, sweetness, dan mouthfeel.
Hasil seduhan kopi yang disajikan juga harus sesuai dengan tasting notes yang sudah Ryan presentasikan. Profesionalitas Ryan selama menyeduhkan kopi juga turut dinilai. "Dinilai juga profesionalitas barista tersebut, dari work flow kerjanya, dari customer service-nya, dari isi presentasinya itu dinilai," terang Ryan.
ADVERTISEMENT
Di babak pertama ini akhirnya Ryan mampu lolos. Begitu juga di babak kedua yang dinamakan "Compulsory Stage", dia mampu lolos meski harus menyuguhkan kopi dengan bahan-bahan yang tidak dia ketahui salam sekali.
"Di babak kedua ini bisa dibilang benar-benar blind coffee, yang kita gunakan. Ada 12 barista yang masuk di babak kedua, kita diwajibkan untuk menyeduh kopi tersebut dan menghasilkan hasil seduhan terbaik," ujarnya.
"Kita dikasih waktu 30 menit untuk mencari tahu karakter kopinya seperti apa, lalu mau kita apain, nih kopinya, lalu dikasih waktu 8 menit buat prepare dan 7 menit buat menyeduh."
Di babak kedua ini terpilihlah 6 barista terbaik yang lolos ke final, termasuk Ryan yang mewakili Indonesia. Di babak final dia kembali menjalankan babak open service. Di babak inilah dia berhasil menarik perhatian juri dengan secangkir harmoni kopi Bhinneka Tunggal Ika.
"Konsep yang aku bawakan tentang bagaimana caranya aku menyajikan sebuah harmoni dari perbedaan. Perbedaannya itu dari kopi yang aku bawakan, karena aku membawakan tiga kopi yang berbeda yaitu dari Panama, Kolombia, dan dari Excelsa Sukawangi, Sumedang, Indonesia," katanya.
ADVERTISEMENT
Konsep Bhinneka Tunggal Ika, menurut Ryan, juga erat kaitannya di industri kopi. Dia turut melihat praktik nyata semboyan ini dalam expo WCC 2024 kemarin.
Di mana menurutnya, "Siapa pun itu, dari latar belakang apa pun itu, dari negara mana pun, kita semua bisa dikumpulin jadi satu di expo di Chicago hanya karena kopi, dan kita bisa kenal satu sama lain karena kopi."
Pada saat final Ryan bersaing dengan kelima barista lain yang berasal dari Austria, Jepang, Australia, Prancis, dan Republik Ceko. Hingga akhirnya, dia dinobatkan sebagai juara ketiga World Brewers Cup 2024.
Ini memang bukan kali pertama Ryan dalam mengikuti kompetisi kopi dunia, sebelumnya pada 2016 dia juga pernah mengikuti World Brewers Cup di Dublin, Irlandia. Namun dalam kompetisi 2024 ini dia mampu menorehkan prestasi manisnya di dunia kopi yang sudah dia tekuni sejak 2011.
ADVERTISEMENT
Menyandang barista juara tak lantas membuat Ryan berpuas diri. Justru menurutnya, ini awal tanggung jawabnya dalam industri kopi Indonesia .