Sejarah Kue Keranjang, Makanan Khas Pembawa Harapan di Tahun yang Baru

26 Januari 2021 9:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kue keranjang di Pasar Lama Tangerang Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kue keranjang di Pasar Lama Tangerang Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perayaan Chinese New Year atau Imlek sejarah kue keranjang selalu menjadi topik menarik untuk diulik. Bagaimana tidak? Makanan khas yang juga memiliki sebutan nian gao ini menjadi salah satu kudapan wajib yang hadir bukan hanya sekadar menjadi pemanis, melainkan juga memiliki filosofi unik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Walau perayaan serta acara kumpul keluarga besar perlu dibatasi akibat pandemi COVID-19, kehadiran kue keranjang tentu tetap bisa memeriahkan hari spesial ini. Disebut juga sebagai ‘kue tahun baru’ atau Chinese New Year's cake, kue kecokelatan ini memiliki rasa yang manis nan legit dengan tekstur yang lengket; hasil campuran tepung beras dan gula merah. Kamu dapat menikmatinya dengan berbagai cara —dikukus, digoreng, digoreng dengan telur atau dimakan dingin begitu saja.
Selain memiliki rasa yang unik, kue keranjang juga tersaji dengan berbagai varian masing-masing tergantung negara asal pembuatannya; misalnya dalam tradisi Hokkien, kue ini terbuat dari tepung beras dan talas, atau di daerah Beijing nian gao terbuat dari jujube serta tepung beras.
Pembuatan dodol dan kue keranjang Ny. Lauw Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sementara, orang Indonesia kerap menyebutnya ‘kue keranjang’ lantara cara pembuatannya. Di mana adonan kecokelatan bak dodol itu dicetak dalam sebuah keranjang kecil; yang bisa terbuat dari anyaman bambu atau daun pisang agar lebih harum.
ADVERTISEMENT

Lalu, mengapa makan Kue Keranjang saat Imlek?

Ilustrasi kue keranjang goreng dua lapis. Foto: Shutter Stock
Dalam bahasa Cina, ‘gao’ (yang artinya kue) memiliki persamaan pengucapan untuk kata tinggi. Nian gao juga disebut nian-nian gao, yang memiliki arti lebih tinggi setiap tahun —melambangkan kemajuan dan promosi di tempat kerja, peningkatan dalam kehidupan sehari-hari, serta kesuksesan dari tahun ke tahun.
Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa tradisional, kue ini juga merupakan persembahan kepada leluhur, kaisar langit, dan dewa dapur. Camilan manis nan lengket ini diyakini sebagai persembahan kepada dewa dapur —dengan tujuan agar mulutnya tertutup akibat kue lengket tersebut, sehingga ia tidak bisa menjelek-jelekkan keluarga di hadapan kaisar langit.

Jadi, sejak kapan kue ini menjadi makanan khas perayaan Imlek?

Kue keranjang Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Mengutip beberapa sumber, nian gao sebagai makanan khas setidaknya sudah hadir sejak lebih dari 1.000 tahun lalu. Pada awal Dinasti Liao (907-1125), orang-orang di Beijing sudah memiliki kebiasaan makan kue ini pada hari pertama, bulan pertama, tahun lunar. Selain itu, selama Dinasti Ming (1368–1644) dan Dinasti Qing (1644–1911), nian gao telah menjadi camilan yang bisa semua rakyat nikmati —dan berlanjut sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Kue ini memiliki beberapa legenda, dan salah satu yang paling populer ada sejak 2.500 tahun lalu. Tahun 722-481 SM, seluruh negeri di Tiongkok kuno dibagi menjadi beberapa kerajaan kecil. Saat itu, warga banyak yang menderita akibat kekacauan perang.
Sekitar tahun 482 SM, Wu Yun (dikenal sebagai Zixu), pemimpin kerajaan Wu yang terletak di Suzhou, secara diam-diam memastikan bahwa bagian dari tembok pelindung kota terbuat dari batu bata beras ketan. Dia mengisyaratkan bahwa pada saat-saat sulit, warga harus menggali di bawah tembok.
Perdana Menteri Wu Zixu mengatakan kepada rombongannya, "Perang tidak boleh dipandang enteng. Tembok yang kuat menjadi pelindung yang baik, tetapi bila negara musuh mengepung kerajaan kita, tembok itu juga merupakan penghalang yang keras bagi diri kita sendiri. Jika keadaan benar-benar memburuk, maka ingatlah untuk menggali lubang di bawah dinding."
Kue keranjang di Pasar Lama Tangerang Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Bertahun-tahun kemudian, setelah Wu Zixu meninggal, kata-katanya menjadi kenyataan —bukan hanya karena perang, banyak orang yang juga mati akibat kelaparan. Seorang prajurit yang mengingat kata-kata Wu Zixu kemudian menggali lubang, dan menemukan bahwa tembok di bawah tanah dibangun dengan batu bata khusus (yang terbuat dari tepung beras ketan).
ADVERTISEMENT
Makanan ini lalu menyelamatkan banyak orang dari kelaparan. Setelah itu, orang membuat kue tersebut setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu dan seiring berjalannya waktu, kue tersebut menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Imlek.
Tidak hanya itu, legenda lain menyebutkan kalau nama kue ini berasal dari raksasa bernama 'Nian' dan warga cerdik bernama ‘Gao’. Raksasa nian tinggal di sebuah gua dalam gunung, dan membuat banyak warga ketakutan saat ia mencari mangsa ke desa-desa. Sampai akhirnya, Gao memiliki ide untuk membuat kue sederhana —yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula. Pada akhirnya, kue ini yang menyelamatkan warga ketakutan tersebut.
Entah, catatan mana yang paling sesuai dengan sejarah kue keranjang yang sudah menjadi bagian penting dari perayaan Imlek ini. Yang jelas, kue keranjang bukan sekadar makanan pemanis, melainkan juga simbol dari pengharapan tinggi bagi seluruh masyarakat yang merayakan Imlek.
ADVERTISEMENT
Reporter: Natashia Loi