Selain Jadi Tempat Ngopi, Penyanyi Hip Hop Ini Buka Kedai Kopi buat Curhat

4 September 2021 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bisnis kedai kopi  Foto: Dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bisnis kedai kopi Foto: Dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Lupakan sejenak tentang tempat ngopi dengan suasana industrial yang instagramable. Dari sekian banyaknya kedai kopi yang ada di dunia, masih sedikit orang yang berpikir untuk mengambil tema unik, semisal tempat ngopi buat curhat.
ADVERTISEMENT
Hmm, memang keduanya agak berlawanan, tapi tahukah kamu? Model coffee shop semacam itu cukup dikenal di kota Chicago, Amerika. Bernama Coffee, Hip-hop, & Mental Health, kafe kopi dengan konsep anti-mainstream ini didirikan oleh penyanyi hip hop asal negeri Paman Sam.
Christopher LeMark, laki-laki yang mencetuskan ide kedai kopi sekaligus tempat terapi kesehatan mental. Dirinya memfokuskan pada konsep kedai kopi yang akan menerima setiap orang yang ingin meluapkan isi hati mereka.
Ide briliannya datang dari pengalaman pribadi. Mengutip Today, LeMark pernah mendapat pelecehan verbal, fisik, serta mental selama rentang waktu 12 tahun. Konon, ibunya meninggalkan ia sejak lama, membuatnya tak dapat mengenali salah satu orang tuanya.
Tahun 2018 silam, merupakan masa terburuk lantaran trauma yang ia alami kembali menyerang tiba-tiba. Ia kemudian menghampiri Starbucks di distrik Southside, Chicago, tempat tersebut menjadi saksi bisu dirinya menangis dan meluapkan emosi tanpa seorang pun disisinya.
ADVERTISEMENT
Tak lama, ia memutuskan pergi ke tempat terapi kesehatan mental. Setelah beberapa sesi, ia mulai menstabilkan emosi dan mendapat nasihat baik. “Usai sesi terapi yang menantang, terapis atau psikolog menenangkan saya, ia berkata bahwa ini semua bukan salah saya. Waktu itu, saya banyak dilecehkan,” kata LeMark.
Sejak saat itu, dirinya merasa tergerak untuk ingin membantu orang lain yang mengalami kesulitan serta berjuang guna menyembuhkan diri dari trauma. Lantas, nama kedai kopinya sendiri muncul karena inspirasi cerita kehidupannya.
Pelanggan yang mengunjungi kedai milik LeMark serta-merta mendapat sesi terapi gratis. Ia menjual beberapa varian kopi, penjualannya digunakan untuk mendanai konsultasi atau terapi tersebut.
Awalnya, sebelum membuat toko kopi pribadi, ia berpikir untuk mengirimkan 250 kopi ke rekanan yang berada dalam satu kelas terapi. Namun, rencananya berubah sebab ia ingin menjangkau dan menolong lebih banyak orang lagi.
ADVERTISEMENT
Salah seorang guru sekolah, Faith Overall menjadi pelanggan yang cukup terbantu akan program yang dibuat oleh LeMark. Perempuan itu mengaku ide yang dicetuskan LeMark memberi akses mudah bagi siapa pun yang pernah atau sedang mengalami masa sulit akibat gangguan mental.
Melalui pengakuan pelanggannya itu, meningkatkan kepercayaan diri LeMark guna memberikan fasilitas terbaik pada sesama penderita trauma berkepanjangan. “Saya membangun kedai sekaligus platform ini, bertujuan supaya orang-orang dapat menemukan jalan keluar mereka dari masa-masa tersulitnya. Saya ingin mereka dapat sembuh juga,” lanjutnya.
Ilustrasi kopi lemon. Foto: Shutter Stock
Tak hanya itu, ia berpikir kalau kedai kopinya telah mematahkan stigma seputar kesehatan mental. Orang-orang tak perlu takut lagi karena tak dianggap atau dihiraukan, terapis akan selalu sedia mendengarkan semua keluhan.
ADVERTISEMENT
“Banyak orang menganggap pergi ke tempat terapi itu menyeramkan. Tapi, di sini saya mengajak dan menyemangati mereka dalam menemukan pencerahannya. Penyembuhan itu dapat dilakukan, itu benar adanya,” ungkap LeMark.
Ia sangat senang saat menyaksikan ratusan orang datang ke tokonya. Tidak sekadar membeli kopi, melainkan mereka memperoleh sesi pengobatan dan ia juga menyaksikan proses penyembuhan tiap pelanggannya.
“Mereka tak hanya datang untuk secangkir kopi, namun memperbaiki diri mereka pula. Kami juga memberi tahu staf atau pelayan kami, cintai para pelanggan karena tak semua orang memperoleh kesempatan untuk selalu didengar dan dilihat seutuhnya,” tutupnya.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya