Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9

ADVERTISEMENT
Bagi banyak orang, aroma roti hangat di pagi hari mungkin menjadi hal yang biasa. Akan tetapi, di Gaza, roti adalah makanan pokok yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Biasanya, aroma roti yang baru matang dari oven sederhana menyebar di sepanjang jalan dan toko-toko roti, menghadirkan sedikit kehangatan di tengah kondisi yang serba terbatas.
ADVERTISEMENT
Roti yang dikonsumsi pun beragam, biasanya roti pita dan taboon bread menjadi roti yang paling umum. Teksturnya yang renyah dan ukurannya yang cukup besar membuat banyak warga rela mengantre demi mendapatkannya setiap hari. Namun, hal sesederhana itu kini berubah menjadi kemewahan yang nyaris mustahil.
Sejak awal Maret lalu, Israel melakukan blokade penuh terhadap wilayah Palestina, termasuk dalam menghentikan pasokan makanan dan bantuan kemanusian lain. Blokade ini berpengaruh terhadap pasokan dan kebutuhan pangan yang ada di dalam, salah satunya terhadap toko roti yang berada di Jalur Gaza.
Sejak awal Maret lalu, Israel memberlakukan blokade penuh terhadap wilayah Palestina, termasuk menghentikan pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya. Kebijakan ini berdampak besar pada ketersediaan pangan di Gaza, salah satunya terhadap operasional toko roti di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari AP News, Program Pangan Dunia (WFP) terpaksa menutup 25 toko roti yang sebelumnya mereka dukung. Penutupan ini disebabkan oleh kelangkaan bahan bakar dan tepung yang menjadi dua komponen utama dalam memproduksi roti.
Dampak dari penutupan toko roti ini meningkatkan risiko terjadinya bencana kelaparan. Saat Idul Fitri lalu, banyak warga Gaza mengeluhkan rasa lapar karena keterbatasan bahan pangan yang tersedia.
WFP menyatakan bahwa mereka tidak dapat lagi mengoperasikan 25 toko roti tersebut karena keterbatasan bahan bakar dan tepung. Sebagai gantinya, mereka akan memprioritaskan sisa stok untuk bantuan pangan darurat serta memperluas distribusi makanan hangat.
Menanggapi situasi ini, Badan Militer Penjaga Perbatasan Israel (COGAT) mengeklaim bahwa selama masa gencatan senjata, lebih dari 25.000 truk telah masuk ke Gaza membawa hampir 450.000 ton bantuan. Menurut mereka, jumlah tersebut seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan warga Gaza.
ADVERTISEMENT
“Tersedia cukup makanan untuk jangka waktu yang panjang, jika Hamas mengizinkan warga sipil memilikinya,” ujar COGAT, dilansir AP News.
Namun, juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyebut pernyataan tersebut tidak masuk akal. Ia menegaskan bahwa Gaza sedang mengalami kekurangan pangan yang sangat kritis, mulai dari kelangkaan tepung dan minyak goreng yang menyebabkan banyak toko roti tutup, hingga pasar-pasar yang mulai kosong sejak minggu lalu.
Reporter Salsha Okta Fairuz