Sering Makan Belut? Dosen UM Surabaya Ungkap Risikonya untuk Kesehatan

4 November 2025 10:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Sering Makan Belut? Dosen UM Surabaya Ungkap Risikonya untuk Kesehatan
Belut dikenal sebagai sumber protein yang baik dan kaya akan nutrisi, namun konsumsi belut secara berlebihan, terutama setiap hari, dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan.
kumparanFOOD
Ilutrasi belut goreng. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi belut goreng. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Siapa tak kenal dengan belut, hewan berbentuk panjang mirip ular yang satu ini? Meski bagi sebagian orang tampilannya terlihat agak menyeramkan, belut justru jadi salah satu hewan yang cukup banyak penggemarnya karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang lembut.
ADVERTISEMENT
Dulu, menu berbahan dasar belut bisa dengan mudah kita temui di berbagai tempat, tapi kini hidangan belut mulai jarang terlihat di rumah makan. Ya, hanya beberapa warung atau tempat makan tradisional saja yang masih setia menyajikannya.
Belut bisa diolah menjadi berbagai menu lezat, mulai dari belut goreng kering dan renyah, belut serundeng yang gurih dan manis, hingga belut cobek pedas atau pepes belut yang kaya rempah. Semua olahan itu bisa bikin siapa pun menelan ludah hanya dengan membayangkannya.
Menurut Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Nur Hidayatullah Romadhon, belut (Monopterus) termasuk dalam spesies ikan yang berbentuk panjang yang menterupai ular. Hewan ini hidup di perairan tawar seperti sawah, rawa, dan sungai. Tak hanya lezat, belut juga dikenal memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, serta kaya nutrisi serta seperti asam lemak omega-3, vitamin A, zat besi, dan kalsium.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Nutrition Advance, sebanyak 100 gram belut mampu memenuhi lebih dari 100% kebutuhan harian vitamin A dan vitamin B12. Vitamin-vitamin ini penting untuk kesehatan mata, membantu produksi energi, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, belut juga menjadi sumber alami vitamin D, dengan kandungan lebih dari setengah kebutuhan harian per 100 gram. Vitamin D berperan penting sebagai hormon yang membantu kesehatan tulang dan sistem imun.
Menu masakan belut. Foto: Shutterstock
Menariknya, meskipun hidup di perairan berlumpur, penelitian menunjukkan bahwa belut memiliki kadar merkuri yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan ikan populer seperti cod atau tuna kaleng. Karena itu, beberapa lembaga internasional seperti American Pregnancy Association dan Environmental Defense Fund mengategorikan belut sebagai ikan yang aman dikonsumsi dengan kadar merkuri rendah.
ADVERTISEMENT
Meskipun belut dikenal sebagai makanan yang sehat, mengonsumsinya setiap hari dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang perlu diperhatikan, terutama dari segi kesehatan.
"Belut dikenal sebagai sumber protein yang baik dan kaya akan nutrisi, namun konsumsi belut secara berlebihan, terutama setiap hari, dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan, salah satu risiko utama adalah tingginya kandungan kolesterol dalam daging belut," ujar Dayat, dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (4/11).
Ia menambahkan, berdasarkan penelitian, dalam 100 gram daging belut juga terdapat sekitar 185 mg kolesterol. Bagi individu yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular, asupan kolesterol yang terlalu banyak dapat memicu peningkatan kadar kolesterol darah yang berpotensi menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke, dan masalah lain yang berhubungan dengan kesehatan jantung.
ADVERTISEMENT
"Dari sudut pandang biologis, penumpukan kolesterol di arteri dapat menyumbat aliran darah, sehingga mengganggu fungsi organ-organ vital tubuh," tambahnya.
Selain itu, lingkungan hidup belut yang berlumpur juga membuatnya berisiko tercemar oleh logam berat seperti merkuri dan timbal, serta bahan kimia lain dari limbah industri. Fenomena bioakumulasi, di mana organisme menyerap racun dari lingkungannya lebih cepat daripada kemampuan tubuhnya untuk mengeluarkannya, sangat mungkin terjadi pada belut.
"Jika seseorang mengonsumsi belut yang terkontaminasi oleh logam berat dalam jangka waktu panjang, ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius, termasuk kerusakan ginjal, gangguan sistem saraf, dan masalah perkembangan janin pada ibu hamil," tegasnya.
Ilustrasi belut. Foto: Shutter Stock
Selain risiko-risiko tersebut, konsumsi belut secara terus-menerus juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Meskipun belut merupakan sumber protein yang baik, diet yang sehat memerlukan variasi makanan yang seimbang.
ADVERTISEMENT
Menurut Dayat, konsumsi belut setiap hari dapat menyebabkan asupan protein dan lemak tertentu berlebihan, sementara nutrisi penting lainnya seperti serat, yang banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan, menjadi kurang terpenuhi.
"Ketidakseimbangan ini, dalam jangka panjang, dapat memicu gangguan pencernaan, obesitas, serta kekurangan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai risiko penyakit," jelasnya.