Tahan Makan Selama 12 Jam, Apa Manfaat Diet Intermittent Fasting?

11 Juni 2021 11:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diet intermittent fasting Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diet intermittent fasting Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Memberi jeda waktu makan selama lebih dari 10 jam memang terkesan ekstrem. Tapi sebenarnya, kebiasaan ini sering dilakukan saat bulan puasa tiba. Namun, siapa sangka? Pola makan yang juga dikenal dengan diet intermittent fasting ini dipercaya memberi ragam manfaat baik.
ADVERTISEMENT
Mengutip BBC Food, rencana puasa intermiten merupakan salah satu cara guna meningkatkan metabolisme tubuh. Menurut Dr. Adam Collins, ahli nutrisi di University of Surrey, seseorang yang mengadopsi pola makan ini mempunyai waktu jeda makan idealnya selama 12 jam.
Makan dengan batasan waktu memang mendukung penurunan dan kontrol berat badan. Beberapa orang secara sukarela, bahkan meningkatkan jeda waktu makannya menjadi 1-16 jam per hari. Tetapi, perlu diketahui, semua pilihan asupan dan pola puasa itu harus dilakukan secara konsisten.
Lalu, muncul pertanyaan apakah jenis puasa intermiten ini mempunyai efek yang sama pada semua orang? Collins menjawab, kalau hal itu tergantung kondisi tubuh dan seberapa aktif mereka dalam berkegiatan sehari-hari.
com-Ilustrasi seseorang yang sedang menunggu waktu berbuka puasa. Foto: Shutterstock
“Ini tergantung pada jenis asupan apa yang mereka konsumsi. Terlebih aktivitas tubuh juga sangat berpengaruh. Apakah mereka cukup aktif atau tidak sama sekali. Serta berapa banyak kalori yang sudah diterima sepanjang hari,” tutur Collins.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Collins juga tidak menyarankan pola makan intermittent fasting pada seseorang yang mengalami kekurangan berar badan. Faktor lainnya yang ikut memaksimalkan efek dari intermittent fasting adalah ritme sirkadian dalam tubuh. Ritme atau siklus tidur ini berperan penting, sebab semua proses pencernaan, metabolisme tubuh, dan seluler mengikuti efektivitas pola tidur tiap orang.
Kemudian, terkait jeda waktu yang cukup lama ini, menjadi pertanyaan selanjutnya yang patut diulik. Mungkinkah ada manfaat sendiri bila kita tak terlalu sering memberi asupan pada tubuh? Nyatanya, mengistirahatkan tubuh dari kegiatan makan memang dibutuhkan. Tapi, lagi-lagi kegiatan ini harus dilakukan dengan konsisten.
Ilustrasi wanita diet. Foto: Shutterstock
Dalam keadaan intermittent fasting, seseorang diminta untuk tidak makan apa pun setelah jam makan terakhir mereka. Biasanya, selama 10-12 jam ke depan, tubuh akan mulai kehilangan glukosa dalam darah. Lalu, hati akan memecah lemak menjadi keton atau asam lemak. Keton ini berperan sebagai bahan bakar tubuh. Proses pemecahan itu dianggap sebagai perubahan metabolisme tubuh, membuat bobot atau berat badan akan perlahan menyusut.
ADVERTISEMENT
Kendati, ilmu pengetahuan lainnya menyebutkan, puasa dapat mengaktifkan bahan kimia dan proses tertentu. Laiknya mendorong pertumbuhan bakteri baik pada usus; yang tentunya dapat bermanfaat bagi tubuh.
Penelitian perihal intermittent fasting pun terkadang juga masih kurang dalam uji klinisnya. Bahkan, sebagian besar penelitian hanya berpengaruh pada hewan. Sedangkan, untuk manusia sendiri, manfaat maupun khasiatnya belum benar-benar bisa dipastikan. Sehingga, disarankan untuk tetap melakukan konsultasi sebelum memilih menjalankan jenis diet satu ini.

Bagaimana dampak diet intermittent fasting pada usus dan pencernaan?

Diet intermittent fasting untuk mengatur pola makan. Foto: Shutterstock
Di sisi lain, Profesor Tim Spector di King’s College London dalam buku Spoon-Fed, menjelaskan bila puasa singkat memberikan manfaat sendiri bagi mikroba usus. Selama kita berpuasa, mikroba akan memakan karbohidrat di lapisan usus. Ini membuat sistem kekebalan pada usus bekerja lebih efisien.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, harus dipahami kalau tubuh setiap orang akan berbeda responsnya bila mereka mulai berpuasa. Maka dari itu, Spector menyarankan, untuk menguji secara perlahan. Misal, lewatkan sarapan dan lihat efeknya selama beberapa jam ke depan.
Selain itu, ia juga menegaskan kalau sesekali menerapkan intermittent fasting, mampu meningkatkan suasana hati kita, lho. Adanya perubahan tingkat energi,bisa memengaruhi kondisi atau mood.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya