Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
![Mocha. Foto: Toshiko/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1582190806/dn7imddbllptayrnyqcz.jpg)
ADVERTISEMENT
Suasana Dieng pagi itu agak berkabut. Setelah hampir 10 jam di jalan, saya sampai di sana pukul 07.00.; baru bisa masuk kamar jam 14.00. Namun, seorang staf di Tani Jiwo Hostel mempersilakan saya menunggu di public space mereka. Penginapan murah di Dieng ini punya banyak tempat untuk sekadar menghangatkan diri.
![Tempat istirahat di Tani Jiwo Hostel. Foto: Toshiko/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1582190807/unn4nb56epnslruecxty.jpg)
Lebih dari itu, di lantai paling atas ada Temu Jumpa. Kafe dan resto ini adalah tempat sarapan dan makan para pengunjung Tani Jiwo Hostel. Jadi, free sarapan para tamu hotel, ya di Temu Jumpa juga. Cuma ada dua pilihan; nasi goreng atau telur dan roti panggang.
ADVERTISEMENT
Menariknya adalah pilihan kopi di sana. Peraciknya adalah seorang pencinta kopi yang belakangan jadi getol menekuninya.
“Kami buka dari September 2019. Awalnya kami ikutan Dieng Culture Festival; ternyata ramai. Lalu ke sini (Tani Jiwo Hostel) awalnya cuma sediakan sarapan, tapi sekarang buka juga untuk siang atau malam,” jelas Muhammad Ridhwan, barista Temu Jumpa.
Kepada kumparan, ia menjelaskan bahwa dirinya sangat suka bikin kopi sendiri di rumah. Di tempat ngopi ini, ia pun bisa bereksplorasi untuk bikin minuman berbasis kopi atau teh. “Teman-teman di sini juga saling support, makanya jadi belajar bareng,” tambahnya.
Untuk kopinya, mereka punya robusta dari Tembelang, dan arabika dari Siwadas dan Silandak. Mereka juga punya Bowongso yang lebih mantap kalau dinikmati dengan V60.
Sesuai rekomendasi laki-laki yang akrab disapa Onee itu, saya mencoba Bowongso mereka. After taste fruity-nya benar-benar sedap, tak terlalu pahit pula. Dari semua perjalanan ngopi saya selama di Dieng, ini yang paling berkesan.
Untuk varian coffee based, saya mencoba mocha mereka. Onee menjelaskan kalau house blend mereka menggunakan campuran Tembelang, Siwadas, dan Silandak.
ADVERTISEMENT
Mocha yang datang tak main-main. Rasa kopinya cukup kuat dengan cokelat yang begitu kaya. Sedap!
Lebih lagi, ini karena saya menikmatinya di keliling suasana yang menyejukkan. Minumnya pun tidak boleh ditunda, karena dalam 10 menit saja, kopi kamu pasti sudah dingin.
Aneka makanan berat di Temu Jumpa
Onee bercerita kalau semua makanan di Temu Jumpa adalah hasil trial and error ia bersama timnya. Kebanyakan western, ada japanese juga, tapi yang mereka andalkan adalah sop iga mereka.
“Kami bikin western karena melihat tamu yang datang saja. Paling untuk makanan Indonesianya, signature kami adalah sop iga,” jelasnya. Itu juga yang jadi alasan saya memesan sop iga mereka.
Isian sopnya beragam; dari wortel, sayuran, hingga beberapa potong daging sapi. Dagingnya lembut, namun ada sedikit aroma yang mengganggu. Namun, kalau dinikmati selagi hangat, aromanya masih bisa ditolerir.
ADVERTISEMENT
Untuk japanese food, saya coba beef teriyaki mereka. Datangnya sudah bersama nasi, jadi bikin kenyang. Beef teriyaki ini begitu nyaman di lidah; dengan aroma jahe yang khas. Kalau disuruh memilih, saya lebih menjagokan beef teriyaki ini.
Kemudian spaghetti bolognese-nya juga tak kalah unik. Rasa saus tomatnya begitu segar dan ringan. Ini lebih cocok di lidah western; karena tidak terlalu berbumbu. Mungkin kalau orang lokal; akan menambahkan sejumput garam.
Secara garis besar Temu Jumpa jadi tempat yang seru untuk nongkrong di Dieng . Kalau mungkin makanannya masih dalam tahap pengembangan, kopi mereka layak untuk diadu. Tak hanya sekadar biji kopinya yang sedap, tapi passion dari penyajinya bikin segelas kopi di sini lebih sedap.
ADVERTISEMENT