Tips Berbisnis Kopi di Marketplace ala Ditto Percussion

8 Desember 2021 9:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion, ditemui usai nonton bareng film 'Mile 22', di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (20/8). Foto: Munady/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion, ditemui usai nonton bareng film 'Mile 22', di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (20/8). Foto: Munady/kumparan
ADVERTISEMENT
Memiliki usaha di industri kopi tampak sudah menjadi tren. Mulai dari warung kopi, kedai, hingga kafe kekinian pun menyuguhkan minuman bercita rasa pahit itu. Terlebih kopi sudah menjadi lifestyle bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan Ditto Percussion dan Ayudia Bing Slamet, pasangan suami istri selebriti ini memiliki usaha kafe kopi bernama Stuja Coffee. Tepatnya 2019, Ditto membangun kedai kopi berkonsep kekinian namun ramah lingkungan. Ia pertama kali membuka kedainya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Seiring dengan perkembangan tempat ngopinya, ia pun berinovasi dengan menambahkan menu minuman selain kopi. Hal ini ia sadari sendiri karena masih banyak pelanggannya yang tidak menyukai kopi.
Tak hanya berinovasi dari segi menu, bapak dari satu orang putra itu juga melakukan pengembangan pemasaran dengan menjual produknya di marketplace. Pasar daring juga menjadi target market Stuja Coffee, sehingga tak hanya berjualan secara offline tetapi juga bisa merangkul market online.
ADVERTISEMENT
"Kalau membangun usaha F&B itu harus berinovasi, bukan hanya tahu produknya, tapi karena target kita seluruh Indonesia harus coba menciptakan pengembangan dengan menyebarkan produk versi lebih simpel. Ini bisa dimulai dengan memanfaatkan marketplace," ujarnya dalam acara webinar yang digelar Shopee Indonesia, Selasa (7/12).
Webinar Shopee 12.12 bersama Stuja Coffee, Dekornata, dan Kylafood Foto: dok.Shopee
Terlebih selama pandemi, Ditto paham betul bahwa sebagai pemilik bisnis kuliner dirinya harus cepat tanggap dalam situasi seperti ini. Salah satunya dengan memanfaatkan marketplace tersebut.
"Karena melek pandemi datang dan akhirnya kita harus memanfaatkan itu, kita ada divisi sendiri karena ternyata seluas dan sebesar itu pasarnya (online)," ungkapnya.
Untuk menciptakan setiap menu baru secara cepat, kedai kopi yang punya cabang di Bali ini juga memiliki tim research and development (R&D). Ditto menyiapkan tim ini untuk mencari tahu produk mana yang disukai oleh pelanggannya. Mulai dari pemilihan biji kopi hingga bahan lain untuk penambah cita rasa dalam produk minuman mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, karena mengusung konsep ramah lingkungan ia pun harus memikirkan serta menciptakan kemasan yang bisa di-reuse, reduce, dan recycle (3R). "Cuan itu tipis tapi bumi enggak menangis itu hastag yang kita kembangin untuk konsep kita ini," tambahnya.
Lantaran penjualan drip bag coffee ala Stuja meningkat selama pandemi, yang awalnya menggunakan kemasan plastik, Ditto pun mengubah agar tetap sejalan dengan konsep mereka tersebut.
Ditto juga memberikan tips kepada para pelaku usaha untuk jangan berhenti berinovasi. Inovasi menjadi kunci sukses model bisnis apa pun.
"Pelaku usaha adalah profesi yang tidak boleh berhenti untuk berkreasi dan berinovasi, apalagi untuk produk lokal yang potensinya sangat luar biasa. Melalui acara hari ini, saya dan para pelaku usaha lokal yang lain ingin bersama menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa kreasi dan kualitas produk lokal milik bangsa sendiri tidak kalah saing dan banyak diminati," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Ditto juga mengatakan momen ini bisa menjadi motivasi bagi yang mau memulai usaha agar tidak perlu khawatir produknya tidak akan disukai masyarakat. Apalagi dengan adanya segala macam fitur-fitur di marketplace, seperti Shopee, yang tidak hanya akan memperkuat produk lokal eksis di negara sendiri tetapi juga menembus pasar global.