Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wahteg, Ketika Makanan Tegal Jadi Kekinian
12 Januari 2019 15:04 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Apa yang terpikir di benakmu saat mendengar kata warteg ? Sebagian besar orang pasti langsung tertuju pada sebuah warung makan khas Tegal dengan beragam hidangan sederhana dan ala kadarnya.
ADVERTISEMENT
Tapi itu dulu, seakan sadar akan pesatnya persaingan di industri kuliner Tanah Air, banyak pengusaha warteg yang mulai berbenah untuk memperbaiki kualitas usahanya. Baik dari segi makanannya, pelayanannya, bahkan tempatnya.
Kini kesan kumuh dan sumpek hampir tak terlihat lagi di banyak warteg di ibu kota. Bahkan, warteg mulai dilirik sebagai tempat nongkrong yang kalah kekinian, lho.
Tidak percaya? Datang saja ke Wahteg, sebuah warteg baru berkonsep modern yang ada di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Wahteg sendiri sebenarnya merupakan sebuah plesetan dari kata warteg. Sang pemilik, Rommy Tjandra, menuturkan bahwa ingin membuat konsep warteg yang lebih modern dan wah, baik dari suasana, kualitas makanan, maupun pelayanannya.
“Sebetulnya (Wahteg) dari warteg, kita mau buat yang wah dan beda dari yang biasa. Ya sudah akhirnya kita buah Wahteg yaitu plesetan dari warteg. Jadi warteg yang wah,” jelas Rommy kepada kumparanFOOD.
ADVERTISEMENT
Dengan konsep yang terbilang segar ini, dalam waktu dua bulan sejak pembukaan perdananya, Wahteg berhasil memancing rasa penasaran banyak orang terutama generasi milenial. Bahkan banyak food blogger hingga selebgram tak mau ketinggalan mencicipi menu khas Wahteg.
Warteg zaman now dengan sajian autentik warteg
Mencolok dengan sedikit sentuhan vintage, inilah kesan pertama yang kumparanFOOD dapatkan saat menyambangi Wahteg. Tempat makannya pun dirancang serba hijau lengkap dengan dua pintu di depannya, layaknya warteg khas Tegal. Ditambah sebuah motor antik berwarna merah putih di bagian depannya, kesan jadul semakin kuat.
Namun saat masuk ke dalam ruangan, suasana yang sejuk, tenang, dan kekinian akan langsung menyambut pengunjung yang datang. Menariknya, di dekat meja pemesanan, terpasang sebuah LED berwarna merah muda mencolok dengan tulisan berbahasa Tegal menjadi objek bidikan favorit pengunjung.
Bagi pengunjung yang ingin merokok, Wahteg menyediakan smoking area yang berada di lantai dua tempat makan. Dilengkapi tambahan beberapa sofa, lantai dua juga bisa menjadi tempat yang cocok untuk makan sambil bersantai dengan teman-teman terdekat.
Sebagai fasilitas tambahan, di setiap meja tersedia sebuah colokan yang dapat menunjang kegiatan pengunjung dengan gadget bawaannya. Tapi bagi kamu yang ingin merasakan suasana warteg yang lebih kental, tak ada salahnya merasakan sensasi makan sambil duduk di depan meja meja panjang yang ditempatkan persis di tempat etalase kaca.
ADVERTISEMENT
Berani bumbu menjadi ciri khasnya
Meski menyajikan konsep warteg yang lebih modern, Rommy tak ingin menghilangkan rasa autentik hidangan khas Warteg yang telah ada sejak 1960-an ini. Bahkan Ia bersama timnya harus melakukan riset terlebih dahulu selama setahun penuh untuk mendapatkan rasa yang pas dan mirip dengan hidangan ala warteg.
Tak hanya itu saja, untuk menghidupkan ambience Tegal yang lebih kental, beberapa hidangan di Wahteg selalu menggunakan bahan-bahan asli Tegal. Seperti tauco untuk sambal sautonya, daun teh melati asli Tegal, hingga mendatangkan minuman jadul sejenis limun yang dulu sangat populer di Kota Bahari.
“Bahan-bahannya pasti dari Tegal. Salah satunya sauto itu semuanya dari Tegal tauconya, karena beda rasanya. Kita juga pakai kecap tegal, terus tehnya kita pake teh Slawi yang bisa digunakan sebagai obat,” ujar Rommy.
“Kita ingin menghadirkan ambience bener-bener Tegal ,sih, karena kita kan konsepnya benar-benar Tegal. Jadi inginnya ada orang Tegal ke sini jadi kangen kampung halaman,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Saat kumparanFOOD mencicipi beberapa hidangan andalan Wahteg seperti cumi sambal ijo, krecek, dan tumis kangkung, bumbunya memang terasa lebih ‘medok’ dan berani. Porsinya pun banyak, bahkan hampir menutupi nasi yang ada di bagian bawahnya.
Saat disantap, daging cuminya terasa lembut dengan cita rasa asin yang tidak berlebihan. Sedangkan sayur krecek yang dimasak bersama potongan tempe terasa kenyal dan memiliki rasa gurih yang cukup kuat.
Sebagai penutup, jangan lupa mencicipi salah satu minuman andalan Wahteg yakni limun. Menggunakan merk Limun Oriental asal Pekalongan yang telah ada sejak 1920, meminum segarnya limun jadul setelah menyantap hidangan nikmat di Wahteg dijamin akan membuat kamu kangen akan masa kecil.
Ingin mengubah stigma mengenai warteg konvensional
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan Rommy dan timnya memutuskan untuk membuat tempat makan berkonsep warteg kekinian ini. Selain memang gemar menyambangi warteg, Rommy ingin mempromosikan kekayaan makanan asli Indonesia, tak terkecuali aneka hidangan ala warteg.
“Kita suka makan warteg tapi kekurangannya kalau kita liat panas, gerah, terus dari standar kebersihan juga, jadi kami buat warteg modern yang konsepnya benar-benar warteg. Kita buat warteg modern yang pasti bersih, terus nomor satu makanannya tetap warteg,” tutur pria yang telah malang melintang di industri F&B ini.
Setelah sukses dengan aneka hidangan wartegnya, Wahteg juga berencana untuk menyajikan menu yang lebih bervariasi. Seperti es sagwan, es lontrong, dan aneka gorengan yang memang menjadi ciri khas warteg. Rommy ingin mengedukasi banyak orang bahwa makanan Indonesia juga cocok disajikan sambil nongkrong dan bersantai dengan orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurutmu?
Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Seribu Rasa Warteg .