Yuk! Ketahui 5 Mitos dan Mispersepsi Seputar Pola Makan Mindful Eating

17 Desember 2020 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perempuan Makan Foto: Dok. Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan Makan Foto: Dok. Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mindful eating akhir-akhir ini mulai diminati karena manfaatnya yang tak hanya membantu menjaga pola makan, namun juga kesehatan mental. Sayangnya, praktik makan ini dianggap sulit lantaran masih banyak dari kita yang terbiasa makan serba cepat, atau bahkan melewatkan waktu bersantap begitu saja karena kerjaan. Padahal makan terburu-buru itu tidak baik, lho. Sejatinya, otak kita memerlukan waktu hingga 20 menit untuk menyadari bahwa kamu sudah kenyang.
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang mendasari munculnya konsep mindful eating. Mengutip Healthline, Mindful eating, atau makan dengan penuh kesadaran, adalah teknik yang dapat membantu kamu mengontrol kebiasaan makan. Hal ini telah terbukti dapat mengurangi makan berlebihan, menurunkan berat badan, dan membantu kamu merasa lebih baik secara mental.
Dengan mengenali dan mengatasi emosi serta memperhatikan sensasi fisik, kamu dapat mencapai teknik makan mindful eating. “Sadari betul rasa lapar. Kapan kamu kenyang, kapan kamu lapar, dan jangan sampai kekenyangan hingga merasa mual,” ungkap dr. Grace Hananta, C. Ht saat mengisi Kelas Kumparan via Zoom, Rabu (16/12).
Berbagai penelitian juga menemukan kalau mindful eating dapat mengobati banyak kondisi kesehatan; seperti gangguan makan, depresi, kecemasan, dan berbagai perilaku terkait makanan. Dengan menyadari apa yang masuk ke tubuh, kamu dapat meningkatkan pengenalan terhadap rasa lapar fisik dan emosional.
ADVERTISEMENT
“Saat merasa stress minum air putih hangat dulu, jangan langsung makan,” tegas dr. Grace yang juga berprofesi sebagai dokter holistik itu. “Tuang makanan ke piring atau wadah lain, jangan langsung menyantap dari wadah styrofoam atau bungkusannya. Jangan lupa untuk mensyukuri makanan dan gunakan tangan kiri jika kamu terbiasa makan kecepatan.”
Dengan beberapa cara itu, kamu dapat memulai menerapkan makan dengan penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Namun, praktik ini juga tidak rentan dari mitos-mitos yang beredar luas di masyarakat. Maka itu, berikut 5 mitos atau mispersepsi umum yang banyak beredar di masyarakat terkait mindful eating menurut dr. Grace. Apa saja?

1. Produk organik lebih sehat

Ilustrasi produk organik. Foto: Shutterstock
Hidup sehat dan menjalankan mindful eating tidak harus mengonsumsi produk organik, kata dr. Grace. Dibandingkan dengan produk sayuran tradisional, produk sayuran organik memiliki nilai gizi dan kalori yang sama.
ADVERTISEMENT

2. Hindari semua makanan berproses

Ilustrasi tuna kalengan Foto: Shutter Stock
Menjalani teknik mindful eating tidak berarti kamu harus menjauhi semua makanan olahan. Beberapa makanan olahan juga baik untuk kamu, kok; sebut saja pasta dari gandum, tuna kalengan, atau sayuran beku.

3. Label multigrain dan whole grain sama saja

Sumber karbohidrat. Foto: thinkstock
Multigrain berarti satu produk yang terdiri dari berbagai biji-bijian —tapi bisa jadi tidak ada kandungan gandum utuh. Jadi, saat menjalani hidup yang lebih sehat, memilih roti gandum utuh lebih baik dari pada roti multigrain, yang bisa saja tidak memiliki nilai nutrisi.

4. Telur meningkatkan kolesterol

Ilustrasi telur rebus. Foto: Pixabay
Akhir-akhir ini, kuning telur mendapat pandangan buruk karena dianggap memiliki kandungan kolesterol jahat. Namun, studi menemukan kalau mengonsumsi telur dengan jumlah yang dianjurkan berpotensi kecil mengganggu kesehatan.
ADVERTISEMENT

5. Diet bebas gluten baik untuk semua orang

Protein gluten pada roti. Foto: Pixabay
Jika kamu bukan penderita celiac atau alergi terhadap gluten, maka tidak ada alasan untuk menghindari gluten. “Sekali lagi, memulai mindful eating tidak harus mengubah semua konsumsi kamu sehari-hari,” tutup dokter yang juga merupakan ahli hipnoterapi itu.
Reporter: Natashia Loi