7 Sutradara Umumkan 7 Naskah Pemenang Falcon Script Hunt

1 Desember 2020 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutradara film Si Manis Jembatan Ancol Anggy Umbara saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara film Si Manis Jembatan Ancol Anggy Umbara saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rumah produksi Falcon Pictures bekerja sama dengan Kwikku.com beberapa waktu lalu menggelar kompetisi penulisan naskah. Dari ajang yang digelar sejak 1 September itu, mereka sudah menemukan tujuh pemenang pilihan para juri.
ADVERTISEMENT
Tujuh juri yang terlibat di kompetisi merupakan sutradara yang akan memfilmkan naskah pilihan mereka. Tujuh juri tersebut di antaranya ialah, Anggy Umbara, Fajar Bustomi, Rako Prijanto, Ifa Isfansyah, Danial Rifky, Indra Gunawan, dan Herwin Novianto.
Pada pertengahan November lalu, para juri menyaring naskah terbaik menurut kriterianya masing-masing. Dari sekitar 2000 pendaftar, ada sekiranya 1600 yang lolos administrasi. Saat ini sudah terpilih tujuh naskah terbaik yang menjadi pilihan para juri.
Rako Prijanto. Foto: Munady Widjaja
Dari 1600 naskah, Rako Prijanto memilih Catatan Harian Para Pembohong karya Hidayatullah. Selain idenya yang unik, secara penulisan novel tersebut terbilang sudah cukup matang dan memungkinkan untuk dieksekusi.
“Pasti akan akan terjadi team work, saya enggak akan egois, nanti juga team work akan berjalan dengan baik. Karena ceritanya jelas, karakter jelas, relate banget dengan kehidupan,” tutur Rako dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (30/11).
Sutradara film Si Manis Jembatan Ancol Anggy Umbara saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq
Sementara itu, Anggy Umbara menjatuhkan pilihannya pada novel berjudul Balada Sepasang Kekasih Gila karya dari Han Gagas. Kata Anggy, kisah cinta dari sudut pandang kaum marjinal bakal jadi tontonan menarik nantinya.
ADVERTISEMENT
“Dua-duanya ketemu di tepian kota sebagai sampah masyarakat lah, mereka tinggal di kuburan, saya suka gimana dia (penulis) bisa membuka sudut pandang yang kita enggak pernah lihat sebelumnya, love story dari kacamata itu,” ujar Anggy.
Ifa Isfansyah. Foto: Munady Widjaja
Ifa Isfansyah, milih The Murderer karya Revin Palung untuk difilmkan. Kata Ifa, novel tersebut sangat menarik, karena penulis justru mengisahkan cerita yang bukan merupakan cerita anak, lewat sudut pandang anak-anak.
“Ada anak kecanduan bermain game yang mecahin misteri pembunuhan. Di sisi lain dia sering dengar orang tuanya cek cok, ibunya beberapa hari enggak ada,” ungkap Ifa.
“Dia kemudian berusaha memecahkan yang ada di kepala dia, jadi mix dengan game yang dia mainkan. Itu menurut saya seru dari perspektif si anak ini,” tambahnya.
Fajar Bustomi Foto: Munady
Kemudian, ada Fajar Bustomi yang mengaku masih belum mau menggarap genre lain selain drama. Ia memilih film berjudul Jangan Ambil Surgaku karya Ari Keling. Novel tersebut berkisah bagaimana tiga orang anak berusaha merayu ibunya untuk mau tinggal bersama mereka.
ADVERTISEMENT
“Di usia seperti ini saya perlu buat film untuk keluarga dan anak-anak saya. Saya kebayang ini ada lucunya, tapi ada twist yang ternyata enggak disangka-sangka, (pokoknya) ini akan jadi tontonan keluarga yang menarik. Sebuah penghormatan untuk para ibu juga lah ini,” tukasnya.
Danial Rifky, memilih Kattok Mencari Dalang karya Gusty Ayu Puspagathy. Latar Bondowoso menjadi satu hal yang membuat Danial tertarik memilih novel tersebut untuk difilmkan.
“Pertama yang menarik adalah latar belakang setting Bondowoso, deskripsi yang diberikan sudah kebayang kehidupan masyarakat lokalnya yang unik,” ujar Danial.
Ilustrasi film (cover) Foto: Shutter Stock
Sutradara Indra Gunawan memilih Pelangi Tanpa Warna karya Mahfriza Kifani. Indra Gunawan rupanya memiliki kedekatan emosional dengan kisah di novel itu.
“Ini sebuah novel drama, ya, sesuatu yang kebetulan sekali pernah saya alami, seorang yang kita cintai kena penyakit dan itu bisa mengubah situasi keluarga yang tadinya harmonis penuh keceriaan, kena Alzheimer, jadi lupa segalanya,” kata Indra.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sutradara Herwin Novianto yang berhalangan hadir dalam konferensi pers tersebut, menjatuhkan pilihan pada novel KPR (Kapan Pindah Rumah) karya Annisa Diandari Putri.
“Novel ini sangat menarik begitu dekat dan bisa dirasakan oleh orang Indonesia sederhana dan punya makna yang bagus,” pesan Herwin yang dibacakan oleh moderator.
Kompetisi sudah berlangsung pada 1 September sampai dengan 31 Oktober 2020. Adapun naskah yang dicari bertema Cerita Hidup. Selain ceritanya akan difilmkan, para pemenang juga masing-masing akan mendapat hadiah sebesar Rp 50 juta.