Bahas soal Orang Gila Bebas COVID-19, Deddy Corbuzier dan Komika Mongol Disomasi

30 Juni 2021 17:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deddy Corbuzier di Menara BCA Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (7/11). 
 Foto:  Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deddy Corbuzier di Menara BCA Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (7/11). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Komika Mongol dan Deddy Corbuzier menjadi sorotan lantaran obrolan mereka di Podcast Deddy Corbuzier yang berjudul ORANG GILA BEBAS COVID‼️🤣 - Deddy Corbuzier Podcast ❌ MONGOL. Dalam perbincangannya, mereka menyinggung soal orang dengan gangguan kejiwaan bebas COVID-19.
ADVERTISEMENT
Obrolan mereka itu rupanya ditanggapi oleh Perhimpunan Jiwa Sehat. Bersama puluhan organisasi masyarakat sipil lainnya perhimpunan tersebut melayangkan somasi terhadap Deddy dan Mongol.
Deddy Corbuzier dan Komika Mongo. Foto: Instagram/mongolstres
Dalam surat somasi, mereka menyoroti soal pernyataan Mongol dan Deddy terkait orang gila lebih punya risiko kecil terkena COVID-19. Hal ini dinilai telah merendahkan martabat Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Oleh karena itu Perhimpunan Jiwa Sehat, bersama puluhan organisasi masyarakat sipil lainnya, meminta agar Deddy segera menurunkan video podcast tersebut.
“Menarik unggahan berjudul “ORANG GILA BEBAS COVID” dari kanal Youtube Deddy Corbuzier dan media lainnya di media sosialnya,” isi surat somasi tersebut.
Kemudian mereka juga meminta agar Deddy untuk ikut berupaya menghentikan peredaran konten tersebut oleh pihak pihak lain. Termasuk followers-nya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penghinaan yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
“Menyampaikan permohonan maaf secara terbuka terkait podcast tersebut kepada seluruh ODGJ/PDM serta masyarakat, dan berjanji tidak mengulanginya lagi,” lanjutnya.
Surat somasi itu berlaku 6x24 jam. Jika dalam batas waktu tersebut tak ada iktikad baik dari Deddy Corbuzier dan Mongol, maka upaya hukum akan dilakukan.
Surat somasi itu kemudian ditandatangani oleh 86 badan/organisasi yang terdiri dari organisasi penyandang disabilitas, organisasi perempuan, organisasi HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan organisasi masyarakat sipil maupun institusi lainnya, beserta 75 individu.
Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual pada Rabu (30/6), Yeni Rosa Damayanti, Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat, mengatakan bahwa pihaknya memang belum melakukan upaya komunikasi dengan pihak terkait.
“Tapi kita tahu Deddy seharusnya enggak asing dengan masalah kejiwaan, karena pernah dia mewawancarai ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) untuk memperlihatkan sisi ODGJ,” ucap Yeni.
Deddy Corbuzier di Menara BCA Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (7/11). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Kata Yeni, Deddy juga bukan lah orang yang kekurangan informasi dan edukasi mengenai gangguan kejiwaan. Apalagi sebelumnya Deddy sudah pernah bertemu dan bertukar pikiran dengan penderita ODGJ.
ADVERTISEMENT
“Deddy bukannya Kurang informasi atau edukasi dia pernah mengundang ODGJ jadi bintang tamu di acaranya, jadi kita langsung melayangkan somasi kalau tidak, ini akan jadi budaya,” tutur Yeni.
“(ODGJ waktu itu di acaranya) Sudah ngobrol, sudah diundang sudah menunjukkan simpati dalam acara tersebut, tapi kenapa tega membuat konten mengolok-olok seperti itu,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, juga dihadirkan sejumlah pihak yang merupakan penyintas gangguan kejiwaan. Reggie Pranoto, pendiri Komunitas Borderline Personality Disorder Indonesia, mengatakan bahwa dirinya memang sempat menonton konten tersebut.
“Awalnya saya pikir ini lucu nih sepuluh menit kok jadi enggak lucu, ya. Berikutnya kok jadi mengolok-olok, ya, sampai akhir saya nonton saya kesel saya ke-trigger bukan hanya dari video tapi dari komentarnya,” ucap Reggie.
ADVERTISEMENT
Apalagi ini bukan pertama kalinya Deddy dinilai meremehkan penderita gangguan kejiwaan dan mental. Reggie melihat bahwa hal ini tentu perlu ditanggapi dengan serius.
“Mungkin bisa lihat tangan saya agak gemetar. Kepercayaan diri kita turun, mengganggu pengobatan kita, kalau gini bagaimana kawan kita yang lain,” ungkap Reggie.
Tak cuma Reggie, J. Anam penyintas skizofrenia sekaligus orang yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa, juga menilai bahwa persoalan ini harus ditanggapi dengan serius. Apalagi mengenai pernyataan Mongol dan Deddy yang terbilang menyesatkan
“Pasien gangguan jiwa dibilang kebal terhadap covid, ini menyesatkan yang akut, artinya mereka berdua bicara tanpa ilmu pengetahuan tentang psikiatri,” ungkap Anam.
Menurut Anam, pernyataan mereka bisa membangun stigma buruk masyarakat terhadap ODGJ. Sebagai penderita gangguan kejiwaan, Anam merasa marah dengan pernyataan Deddy dan Mongol di podcast itu.
ADVERTISEMENT
“Ketika disampaikan seperti itu saya sebagai ODGJ marah secara pribadi dan secara kolektif orang seperti saya juga akan marah. Kita harus segera berbenah sebagai negara dengan kondisi masyarakat, harus berbenah dengan upaya stigmatisasi ODGJ,” pungkasnya.