
Akhir-akhir ini stampede seringkali muncul dan digunakan dalam beberapa kasus kerumunan yang telah menewaskan korban jiwa. Istilah ini pun semakin menjadi perhatian publik, lantaran beberapa acara konser dan festival musik di Indonesia saat ini banyak yang dihentikan Polisi dengan alasan kesalamatan akibat kerumunan massa yang semakin kacau.
Istilah stampede pun muncul. Stampede berarti padatnya kerumunan menuju suatu titik hingga menimbulkan korban jiwa. Pemicunya bisa bermacam. Mulai untuk menyelamatkan diri atau pun sebatas antusias terhadap suatu hal yang menarik perhatian.

Stampede bisa saja dihindari dengan cara mengatur kerumunan, dengan harapan bisa lebih teratur dan tak menimbulkan kekacauan. Peristiwa stampede pun pada akhirnya sangat beririsan dengan pengaturan kerumunan massa atau crowd management.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan stampede dan bagaimana cara menyelamatkan diri dari kerumunan yang semakin kacau?
Memahami Stampede dan Manajemen Kerumunan
Penggunaan istilah stampede awalnya tak hanya soal kerumunan manusia, justru stampede lebih sering digunakan untuk menjelaskan kerumunan binatang yang tak beraturan dan tak terkontrol, akibat kepanikan-kepanikan yang dapat menyebabkan ketakutan.
Dalam kamus Cambridge, stampede terjadi karena adanya pemicu yang membuat kerumunan ketakutan dan panik. Kerumunan tersebut terjadi dalam jumlah besar dan mulai tak terkontrol, lantaran kerumunan tersebut pergerakannya terjadi ke berbagai arah hingga lawan arah. Hal ini yang membuat situasi semakin kacau.

Misalnya, dalam kasus tragedi di Mina pada tahun 2015. Setiap bulan Haji mulai tiba, umat Muslim dari penjuru dunia berbondong-bondong menunaikan ibadah Haji di tanah suci Mekkah. Kerumunan jemaah ibadah Haji yang ingin lempar jumrah pada saat itu mulai tak kondusif ketika arus massa datang dari arah berlawanan.
Keadaan pun semakin kacau dan membuat orang-orang yang berada di sana berjatuhan dan saling terinjak-injak. Insiden stampede di Mina itu pun menyebabkan ratusan orang meninggal.
Begitu juga dalam kasus tragedi Halloween Itaewon . Orang-orang yang tumpah ruah di jalan gang se-lebar 2 meter itu dipadati ratusan orang dengan arah massa yang jalan berlawanan. Mereka mulai terjepit tak bisa bergerak hingga kehabisan napas, karena di beberapa titik massa mulai saling mendorong, panik, dan berjatuhan.
Sedang memuat...
0 01 April 2020
S
Sedang memuat...

Insiden stampede sebenarnya sangat dipengaruhi oleh keadaan massa sekitar. Ketika orang-orang mulai menampakkan kepanikan dan ketakutan, justru akan dengan mudah menular kepada orang lain yang sebelumnya tak panik.
Untuk menghindari hal itu terjadi, manajemen kerumunan massa memang harus jadi perhatian para penyelenggara konser maupun festival musik atau event berskala besar lain. Mereka harus sadar bahwa acara seperti itu tak terhindarkan dari yang namanya kerumunan berjumlah besar dan kesalamatan orang-orang harus menjadi prioritas.
Dalam penelitian berjudul Multi-scale Simulation for Crowd Management: Case Study in an Urban Scenario, terdapat 3 poin yang harus jadi prioritas dalam mengatur kerumunan (crowd management), yaitu keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Meski begitu tiga hal esensial ini tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, namun saling berkaitan dan bergantung.

Dari sudut pandang keamanan, situasi kepadatan dalam kerumunan sebisa mungkin harus dihindari, salah satunya dengan cara mengatur arus massa. Kemudian, dari sisi keselamatan, evakuasi massa harus dilakukan secara cepat menuju ke tempat-tempat yang lebih besar, ketika situasi mulai tak kondusif karena adanya ancaman.
Kenyamanan pada akhirnya akan tercapai, ketika keselamatan dan keamanan dapat dilaksanakan dengan baik. Kenyamanan juga dapat diraih saat intensitas kepadatan kerumunan tak terlalu tinggi. Kapasitas massa pun jadi salah satu yang penting dan esensial untuk diperhatikan penyelenggara konser maupun festival musik.
Cara Menghindari Stampede
Buntut kasus kerumunan yang banyak menyebabkan korban jiwa, Ketua Departemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) UI, Mila Tejamaya, secara khusus menyampaikan kepada kumparan terkait hal-hal yang perlu diperhatikan penonton untuk menghindari stampede.
- Memperhatikan penyusunan safety plan oleh EO. Mulai dari tiket hingga sosialisasi soal pembagian area bagi penonton saat konser.
- Perhatikan cara EO mengatur proses check-in. Kita perlu memperhatikan bagaimana panitia mengatur antrean. Jika terlihat mulai kacau, wajib waspada.
- Posisikan diri dekat jalan keluar yang aman saat ada emergency. Hindari tangga atau permukaan-permukaan lantai tak rata.
- Perhatikan titik-titik medis, mulai dari ambulans dan dokter yang berjaga.
- Mengantisipasi dan menjauhkan diri, jika kerumunan mulai dorong-dorongan.

Mila juga menjabarkan beberapa cara untuk melindungi diri saat kerusuhan dalam kerumunan tidak dapat lagi dihindari.
- Berdiri seperti seorang boxer (petinju). Tangan berada di depan melindungi organ-organ vital, seperti bagian dada dan wajah. Posisi ini juga dapat memberikan ruang antara tubuh kita dengan orang lain.
- Jika terjatuh dalam kerumunan, segeralah posisikan diri miring ke sebelah kiri untuk melindungi bagian jantung sambil berusaha mencari ujung kerumunan.
- Jika kesulitan bernapas, menghindar dari kerumunan dan cari bantuan.
Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global Griffith University Australia, Dicky Budiman juga menyampaikan penilaian terkait pentingnya memperhatikan kapasitas dalam sebuah acara yang mengharuskan adanya kerumunan.
Menurutnya, satu orang paling tidak memiliki ruang dengan ukuran 1 meter persegi. Jadi perhitungannya, bila ada 1.000 orang, setidaknya venue acara harus memiliki lebih dari 1.000 meter persegi.
"Kapasitas ideal untuk event seperti itu (konser), paling tidak 1 meter persegi per orang ataua individu. Jadi kalau ada 1.000 meter tidak boleh lebih dari 1.000 orang. Itu juga belum dikurangi bangunan-bangunan. Ini yang harus dilihat dari kapasitas, agar tidak berdesak-desakan," jelas Dicky kepada kumparan Sabtu, (5/11).