Daftar Hitam Konser Musik Telan Korban Jiwa: Woodstock hingga AACC 2018

5 November 2022 20:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung menghadiri konser Fally Ipupa, di stadion Martyrs di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Foto: Paul Lorgerie/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung menghadiri konser Fally Ipupa, di stadion Martyrs di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Foto: Paul Lorgerie/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konser dan festival musik semakin ramai diadakan usai pagelaran ini sempat tak nampak pelupuknya kala pandemi COVID-19 mengancam global. Akhirnya di pertengahan 2022, penikmat musik dapat kembali menikmati secara langsung musisi favorit mereka bernyanyi di atas panggung.
ADVERTISEMENT
Namun, selama 2 tahun konser tak diselenggarakan itu, justru beberapa konser hingga festival musik saat ini banyak yang berakhir ricuh dan terpaksa harus dihentikan ketika acara masih berlangsung. Mayoritas pertimbangan konser tersebut dihentikan adalah karena alasan keselamatan.
Mitigasi tersebut dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa akibat kerumunan yang akhir-akhir ini kerap terjadi. Mirisnya, insiden stampede pernah terjadi di beberapa penyelenggaraan konser maupun festival musik hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Lantas, apa saja konser maupun festival musik tersebut?

Indonesia

Konser "A Night with Sheila on 7" di Gandaria City Hall, Jakarta, Kamis (5/12/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sheila On 7 merupakan band asal Yogyakarta yang hingga saat ini masih digandrungi banyak masyarakat Indonesia. Namun, dua konser Sheila On 7 yang diadakan di GOR Saburai, Bandarlampung pada 19 November 2000 dan di Stadion Lambung Mangkurat, Banjarmasin pada 23 Februari telah menelan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Peristiwa tahun 2000 di GOR Saburai terjadi lantaran penonton dari luar gedung merangsek masuk di saat gedung tersebut hanya memiliki kapasitas 1.000 orang. Sementara, panitia kedapatan menjual 4.000 tiket, kericuhan itu pun tak terkendali. Akibatnya, 4 orang tewas karena kehabisan oksigen Sementara, pada 2004, konser SO7 kembali menelan korban jiwa sebanyak 4 orang.
Konser grup band Beside di Gedung AACC, Bandung, Jawa Barat pada 9 Februari 2008. Tak tanggung-tanggung, 11 orang tewas akibat kerumunan konser tersebut.
Saat itu banyak orang merangsek masuk ke dalam arena gedung AACC yang hanya berkapasitas 400 orang. Akhirnya, panitia mengizinkan mereka yang memaksa masuk dan membuat penonton membeludak mencapai 1000 orang. Akibatnya, 3 orang pun ditetapkan sebagai tersangka.
ADVERTISEMENT
Ungu saat konser Korean Wave 2019 di Ecovention Ancol, Jakarta, Selasa (10/9). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tragedi terjadi di konser musik grup band Ungu pada 19 Desember 2006. Setidaknya 10 orang tewas akibat 13 ribu orang masuk ke arena konser.
Padahal saat itu arena Stadion Widya Manggala Krida, Pekalongan, Jawa Tengah hanya dapat menampung kapasitas sebanyak 3 ribu orang. Buntut dari kasus tersebut, 4 orang panitia penyelenggara akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan pihak Kepolisian.

Luar Negeri

Pengunjung menghadiri Festival Woodstock 99 di Roma, New York, pada 23 Juli 1999. Foto: Scott Gries/Getty Images
Festival musik terbesar di Amerika, Woodstock tahun 1999 menjadi tragedi yang memilukan. Konser ini berlokasi di Rome, New York, Amerika Serikat yang diadakan pada 22 hingga 25 Juli 1999. Berawal dari cuaca yang sangat panas, pengunjung saat itu sangat kehausan dan lapar, namun makanan dan minuman yang dijual saat itu harganya sangat mahal dan jumlahnya terbatas.
ADVERTISEMENT
Penonton pun mulai ricuh, mereka nekat membobol ATM. Di tambah dengan toilet yang terbatas, penonton semakin marah, banyak juga dari mereka yang mensabotase pipa-pipa penyalur, lantaran membutuhkan air. Keadaan semakin chaos dan 3 orang tewas akibat insiden tersebut.
Bunga dan lilin yang diletakkan di terowongan tempat 21 pengunjung festival musik Love Parade meninggal di Duisburg, Jerman barat, pada 31 Juli 2010. Foto: PATRIK STOLLARZ / AFP
Love Parade jadi salah satu sejarah paling kelam dalam perduniaan festival musik. Setidaknya 21 orang tewas akibat festival tersebut. Love Parade digelar di Duisburg, Jerman pada 24 Juli 2010.
Insiden ini dimulai dari penonton merangsek masuk melalui lorong bekas rel yang membuat kepanikan massa tak terbendung. Polisi setempat melaporkan, setidaknya 1,4 juta orang memadati festival tersebut. Banyak warga saat itu yang meninggal dan cedera akibat terjatuh. Polisi pun tidak menghentikan festival tersebut untuk mencegah terjadinya kepanikan massa yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Sebuah ambulans terlihat di antara kerumunan selama festival musik Astroworld di Houston, Texas, AS. Foto: REUTERS
Acara musik Astroworld Festival yang menampilkan rapper Travis Scott pada 5 November 2021 lalu telah menewaskan 10 orang. Saat itu, 50.000 penonton disebut mendesak ke arah panggung dan mulai jatuh pingsan.
Keadaan pun semakin kacau, korban meninggal mulai berjatuhan saat Travis Scott tengah aksi di atas panggung. Beberapa kali ia juga menghentikan penampilannya saat melihat beberapa orang pingsan. Dari laporan tim medis, mereka yang tewas diakibatkan oleh asfiksia, yaitu kadar oksigen dalam tubuh berkurang.
Pengunjung berdesakan untuk menghadiri konser Fally Ipupa, di stadion Martyrs di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Foto: Justin Makangara/REUTERS
Konser Fally Ipupa di Stadium of Martyrs, Kinshasa, Kongo pada 29 Oktober 2022 kemarin berakhir mengenaskan. Antusias penonton tak terbendung dan menyebabkan 80.000 orang saling berdesakan di dalam arena.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, 11 orang dilaporkan tewas, termasuk 2 orang polisi. Nahasnya peristiwa terjadi beberapa jam setelah tragedi Halloween di Itaewon yang menewaskan orang terjadi.
ADVERTISEMENT
Konser The Who pada 3 Desember 1979 di Cincinnati Riverfront Stadium, Ohio telah menewaskan 11 orang. Saat itu, 18.000 tiket telah terjual. Namun, anehnya, pihak Kepolisian hanya ada 25 orang.
Pintu masuk arena juga tak kunjung dibuka, padahal The Who pada saat itu sudah terdengar melakukan persiapan di atas panggung. Alhasil, penonton mendobrak pintu dan saling berebut mendapatkan tempat terdepan. Beberapa di antara mereka terinjak-injak, karena situasi yang terlalu berdesakan.
Seni Reak Juarta Purta tampil di Roskilde Festival 2022. Foto: @panca_dz
Sebuah konser rock bertajuk Roskilde Festival di Roskilde, Denmark pada 30 Juni 2000 telah menewaskan 9 orang. Setidaknya 100.000 orang memadati festival di saat hujan deras mengguyur acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Angka kematian Konser Callejeros pada 30 Desember 2004 berlokasi di Cromanon, Buenos Aires, Argentina mencapai 194 orang. Hal ini disebabkan karena penonton yang sangat membeludak. Saat itu penonton yang berada di konser tersebut mencapai 3.000 orang.
Jumlah tersebut besarannya 3 kali lipat dari kapasitas venue yang disediakan. Mereka pun berjibaku penuh sesak dan sulit bernapas. Situasi semakin kacau saat seorang penonton menyalakan kembang api, ditambah lagi dengan emergency exit yang sangat terbatas.
Deretan kematian yang terjadi di tengah-tengah konser dan festival musik mayoritas diakibatkan oleh jumlah penonton yang melebihi kapasitas. Hal ini membuat seseorang sulit bernapas, karena berdesak-desakan.
Pengunjung berdesakan untuk menghadiri konser Fally Ipupa, di stadion Martyrs di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Foto: Justin Makangara/REUTERS
Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan memperhatikan kapasitas merupakan hal sangat penting dalam sebuah acara yang mengharuskan adanya kerumunan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, satu orang paling tidak memiliki ruang dengan ukuran 1 meter persegi. Jadi perhitungannya, bila ada 1.000 orang, setidaknya venue acara harus memiliki lebih dari 1.000 meter persegi.
"Kapasitas ideal untuk event seperti itu (konser), paling tidak 1 meter persegi per orang atau individu. Jadi kalau ada 1.000 meter tidak boleh lebih dari 1.000 orang. Itu juga belum dikurangi bangunan-bangunan. Ini yang harus dilihat dari kapasitas, agar tidak berdesak-desakan," jelas Dicky kepada kumparan Sabtu, (5/11).