Mengapa Film Berbahasa Asing Belum Pernah Menang Best Picture?

8 Februari 2020 18:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Podcast "Prediksi Oscar 2019, Siapa yang Akan Menang?" Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Podcast "Prediksi Oscar 2019, Siapa yang Akan Menang?" Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Film Parasite asal Korea Selatan membuat kejutan. Itu karena, menjadi satu-satunya film berbahasa asing yang jadi nominasi kategori Best Picture di Oscars 2020.
ADVERTISEMENT
Parasite akan bersaing dengan 8 film lain yang menggunakan bahasa Inggris. Saingan Parasite antara lain “1917”, “Once Upon a Time in Hollywood”, “Ford v Ferrari”, “The Irishman”, “Jojo Rabbit”, “Joker”, “Little Women” dan “Marriage Story”
Best Pictures, bisa dibilang, sebagai kategori paling bergengsi dan ditunggu di malam penghargaan Oscars. Biasanya, nominasi untuk kategori ini diumumkan di ujung acara.
Mekanisme pemilihannya pun berbeda dengan kategori lain. Yakni, semua pemegang hak suara ikut memilih dalam kategori ini. Sementara untuk kategori lain, hak pilih hanya dimiliki peserta yang punya relevansi dengan kategori yang dipilih. Misal, seorang sutradara hanya punya hak suara untuk kategori Best Director
Terpilihnya Parasite dalam nominasi Best Picture menjadi selebrasi di negara asalnya. Pasalnya, Parasite menjadi film pertama asal Korea Selatan yang masuk nominasi tersebut. Selain itu, Parasite juga meraih Best Foreign Language Film di ajang Golden Globe Awards, sepakan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Untuk film-film Asia, Parasite terhitung menjadi yang ketiga masuk nominasi Best Pictures setelah ‘Crouching Tiger, Hidden Dragon’ (2000) asal China dan ‘Letters from Iwo Jima’(2006), asal Jepang. Walaupun, dua film Asia sebelumnya, gagal membawa pulang piala tersebut. Senasib dengan deretan film lain yang tidak menggunakan bahasa Inggris. Selama 91 kali penyelenggaraan Oscars, tak satupun dari 12 film yang dikategorikan berbahasa asing membawa pulang piala Best Pictures.
Preferensi Budaya
“Once you overcome the 1 inch tall barrier of subtitles you will be intoduced to so many more of amazing films”
Saat Anda mampu melewati penghalang subtitle 1 inci, Anda akan diperkenalkan dengan lebih banyak lagi film yang menakjubkan.
ADVERTISEMENT
Bong Joon Ho saat menerima penghargaan Best Foreign Film untuk Parasite mengatakan, . Sharon Choi selaku penerjemah mempertegas kata-kata Bong Joon Ho, yang mengajak english speaker untuk terbiasa dengan subtitle.
Pesan tersebut menyiratkan bahwa pengguna bahasa Inggris punya hambatan dalam menonton film dengan bahasa asing. Bagi masyarakat Indonesia, tentunya pesan ini kurang relevan. Itu karena, penonton di Indonesia sudah sangat terbiasa dengan subtitle.
Hambatan ini diduga menjadi hambatan film berbahasa asing untuk memenangkan nominasi kategori Best Picture di Oscars. Selain celah perbedaan bahasa, ada pula faktor preferensi budaya.
Dalam risetnya, Dr. Huw Jones dari University of Southampton menemukan, 3 faktor yang menyebabkan film-film berbahasa non-Inggris kurang diminati di negara yang mayoritas warganya berbahasa Inggris.
Ilustrasi piala oscar. Foto: Shutter Stock
Pertama, banyak penonton yang tertunda memahami isi filmnya karena adanya subtitle. Disebutkan, bahwa menyimak subtitle membutuhkan konsentrasi yang cukup besar. Bagi anak-anak dan manula, subtitle seringkali sulit untuk diperhatikan sehingga cerita dan makna filmnya tidak selalu tersampaikan dengan optimal.
ADVERTISEMENT
Genre film seperti aksi-petualangan atau thriller yang menggabungkan banyak aksi di layar dan dialog juga menyulitkan penonton. Hal ini ternyata bahkan menjadi masalah bagi penonton di negara-negara Eropa. Padahal, mereka pada dasarnya lebih terbiasa dengan subtitle.
Kedua, film berbahasa asing seringkali tidak meninggalkan impresi yang positif di benak penonton. Karena berbagai alasan historis, film-film berbahasa asing dikenal sebagai film 'art house' di Inggris. Yakni, film yang identik dengan narasi yang tidak lazim serta alur yang cenderung lambat. Kurang memenuhi kriteria film yang paling dicari penonton berbahasa Inggris.
Ketiga, faktor sikap masyarakat Britania Raya terhadap bahasa, budaya, dan identitas bangsa lain. Beberapa budayawan meyakini, rendahnya minat masyarakat Inggris terhadap film berbahasa asing berasal dari prasangka budaya yang dipelihara sejak lama.
ADVERTISEMENT
The Academy dan Masalah Pengakuan Keragaman
Anggota The Academy sebagai pihak yang menentukan nominasi dan pemenang dalam Oscars kerap kali diprotes soal isu keragaman. Banyak pihak yang menganggap, komposisi anggota yang kurang bervariasi membuat keputusan mereka tidak berpihak terhadap kelompok minoritas.
The Academy juga kurang terbuka terhadap komposisi anggotanya. Mereka tidak pernah merilis informasi mengenai nama-nama anggotanya. Dilansir dari The Warp, jumlah anggota The Academy per Desember 2019 berjumlah 8.952 orang. Angka tersebut terdiri dari 17 profesi yang terlibat dalam industri perfilman.
Ketika nominasi Oscars 2020 diumumkan, banyak pihak yang protes tidak imbangnya representasi keragaman dalam nominasi. Misalnya dalam kategori Best Director yang tidak memasukkan sutradara wanita di dalamnya. Greta Gerwig, sutradara ‘Little Women’, dianggap beberapa media layak mendapatkan nominasi. Terlebih ‘Little Women’ juga dimasukkan ke dalam nominasi Best Picture.
ADVERTISEMENT
Pada 2015, The Academy juga menerima protes keras. Puncaknya, muncul tagar #OscarSoWhite sebagai kritik karena dari 20 nominasi aktor dan aktris, semuanya berkulit putih. Kejadian tersebut kembali berulang di Oscars 2020. Padahal, ada beberapa aktris seperti Jennifer Lopez, Awkwafina, dan Lupita Nyong’o yang pada periode 2019-2020 mendapatkan nominasi dan penghargaan dari berbagai festival.
Komposisi anggota The Academy yang kurang beragam inilah yang diduga membuat minimnya peluang menang bagi talenta maupun film berbahasa bukan Inggris. Lalu, bagaimana dengan Parasite? Jawabannya, akan kita temukan dalam Academy Awards atau Oscars 2020 yang akan digelar 10 Februari.