Mengenal Rasputin, Dukun Mesum di Serial Netflix 'The Last Czars'

23 Juli 2019 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rasputin (tengah). Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Rasputin (tengah). Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Grigori Rasputin adalah tokoh fenomenal dalam sejarah Rusia. Ia dianggap sebagai salah satu biang keladi atas runtuhnya tatanan monarki absolut yang menguasai 1/6 daratan dunia--kekaisaran Tsar.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Rasputin bukanlah politikus, jenderal, atau bahkan kamerad revolusioner. Lain dari itu, Rasputin merupakan ‘orang suci’, tabib, pemuka agama, sekaligus maniak seks. Meminjam istilah lokal, Rasputin adalah seorang dukun.
Sebagai Tsar terakhir, Nicholas II barangkali tak pernah mengira akan kedatangan orang seperti Rasputin di kediamannya, di Istana Musim Dingin, Saint Petersburg. Tanpa rasa curiga, Nicholas II mempersilakan orang asing itu masuk ke rumahnya. Hingga kemudian menjadi duri dalam daging di pemerintahan yang ia emban.
Semua bermula pada 1 November 1905 di Istana Peterhof. Kala itu, Nicholas II berjumpa untuk pertama kalinya dengan Rasputin. Dalam pertemuan yang singkat itu, Nicholas II menilai Rasputin sebagai orang baik. Hal itu ia tuangkan dalam buku hariannya.
ADVERTISEMENT
Di situ ia menulis bahwa ia dan istrinya, Alexandra, telah berkenalan dengan seorang pendeta.
“Saya merasa percakapan kami baru lima menit, padahal aslinya sudah berlangsung lebih dari satu jam,” tulis Nicholas II.
Tsar Nicholas II. Foto: Getty Images
Lama tak ada kabar, Nicholas II berjumpa lagi dengan Rasputin pada 18 Juli 1906. Kala itu, Nicholas II tengah frustrasi lantaran anak laki-lakinya, Alexei, yang baru berusia dua tahun mengidap penyakit hemofilia.
Hemofilia adalah kelainan genetik yang menyebabkan darah sukar membeku. Akibatnya, satu-satunya pewaris tahta Tsar itu rentan kehabisan darah bila ada sedikit memar.
Tentu saja, Nicholas II tak bisa tidur tenang. Semua dokter dan tabib telah dikerahkan, meski hasilnya nihil. Hanya Rasputin seorang yang rupanya mampu mengobati Alexei.
ADVERTISEMENT
Paling tidak, Rasputin mampu menghentikan pendarahan anaknya itu. Jampi-jampi yang diberikan ampuh, nyawa Alexei berkali-kali diselamatkan oleh Rasputin.
Meski demikian, peran Rasputin di istana rupanya tak berhenti di situ. Alih-alih sebagai tabib bagi Alexei, Rasputin rupanya punya peran lebih sebagai ‘pembisik’ Nicholas II. Kebijakan ekonomi-politik, atau bahkan keputusan militer berasal dari pengaruh Rasputin.
Kelak, ‘bisikan’ dari Rasputin itu justru membawa malapetaka bagi keluarga Romanov (sebutan untuk keluarga Tsar). Nicholas II, istrinya Alexandra, serta kelima anak mereka Olga, Tatiana, Maria, Anastasia, dan Alexei tewas dibantai oleh kaum Bolshevik pada 17 Juli 1918.
Kisah tentang Rasputin dan runtuhnya Tsar Rusia itu dengan apik diabadikan dalam film ‘The Last Czars’. Sebuah serial asli dari Netflix yang dirilis pada 3 Juli 2019, atau sekitar 101 tahun sejak peristiwa berdarah itu menimpa keluarga Romanov.
ADVERTISEMENT
Rasputin, Siapakah Dia?
Rasputin awalnya bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang petani miskin yang lahir di sebuah desa kecil Siberia, Pokrovskoye, pada tahun 1869.
Dalam catatan The Archive, Rasputin tidaklah menerima pendidikan formal. Akibatnya, ia tak bisa membaca maupun menulis. Ia lalu menikah di usia 17 tahun, menjalani kehidupan yang miskin dan sunyi di pedalaman Siberia.
Saking miskinnya, bau tubuh Rasputin kerap disebut mirip bau tubuh binatang. Dalam Rasputin: A Short Life, Frences Welch mencatat bau tubuh Rasputin mirip dengan bau kambing. Lalu semua mulai berubah pada tahun 1897, kala itu Rasputin mengembara untuk mencari Tuhan.
Rasputin (tengah). Foto: Wikipedia
Dalam pengembaraan itu, Rasputin pergi dari gereja ke gereja. Hingga kemudian ia menemukan sebuah sekte bawah tanah gereja ortodoks Rusia, yaitu Khlyst. Sekte tersebut mencampuradukan antara agama dan seks. Dan tentu saja, Rasputin memutuskan untuk bergabung dalam sekte itu.
ADVERTISEMENT
Bagi penganut Khlyst, berbuat salah adalah jalan bagi penebusan dosa. Maka, berbuat dosa, seperti halnya melakukan seks kepada sembarang orang adalah jalan bagi penebusan itu. Mereka katarsis dalam hubungan seks, sekaligus larut dalam keilahian Tuhan.
Bagi Rasputin, ritual semacam itu bisa semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Dengan cara itu pula, entah bagaimana, ia bisa menyembuhkan orang. Tak ada yang tahu pasti bagaimana ia dapat melakukan itu. Yang jelas, ia cukup menyentuh seseorang itu, sembari memejamkan matanya dan berdoa kepada Tuhan.
Keluarga Tsar. Foto: Wikimedia Commons
Di kalangan sejarawan, ada sejumlah teori mengapa Rasputin dapat melakukan hal-hal di luar nalar. Douglas Smith dalam Rasputin: Faith, Power and the Twilight of the Romanovs misalnya, menyebut bahwa yang dilakukan Rasputin ke Alexei, putra mahkota Tsar, adalah sugesti semata.
ADVERTISEMENT
Menurut Douglas, Rasputin sukses menenangkan hati Alexandra. Kala ibu Alexei tenang, itu membawa dampak positif bagi anaknya. Secara psikologis, kata Douglas, sang anak akan merasa lebih baik saat melihat ibunya tersenyum.
Selain itu, aspirin yang biasa diberikan dokter ke Alexei justru menambah pendarahan. Kala itu, dokter-dokter Tsar belum tahu bahwa aspirin dapat berdampak buruk ke penderita hemofilia. Secara kebetulan pula, anjuran Rasputin untuk membuang seluruh aspirin berdampak positif bagi kesehatan Alexei.
Kematian Rasputin
Di kalangan menteri-menteri Tsar, kehadiran Rasputin kerap tak disukai. Ia dinilai menganggu jalannya pemerintahan lantaran memberikan saran ke Nicholas II yang tidak sesuai kenyataan
Misalnya kala Rasputin meyakinkan Nicholas II bahwa rakyat masih mencintainya. Padahal, situasi politik di Rusia itu tengah kacau. Revolusi siap meletus. Namun, Nicholas II justru menganggapnya sebagai angin lalu.
ADVERTISEMENT
Sejarawan Orlando Figes dalam esainyaRasputin mengatakan, para sejarawan percaya bahwa seandainya Rasputin disingkirkan di waktu yang tepat, revolusi tak akan terjadi. Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Nicholas II sudah kepalang percaya kepadanya.
Grigory Rasputin (kedua kiri) dan pengikutnya. Foto: Wikimedia Commons
Meski demikian, belum ada bukti kuat mengapa Rasputin memberikan nasihat-nasihatnya ke istana. Salah satu teori yang sempat mengemuka bahwa Rasputin adalah mata-mata Jerman. Meski, itu tak pernah bisa dibuktikan.
Satu-satunya yang tersisa adalah tak ada penjelasan tentang apa sebetulnya motivasi Rasputin kala membisiki Nicholas II melalui Alexandra.
Rasputin memiliki motivasi politik yang teramat misterius,” kata Frances Welch dalam Rasputin: A Short Life (2014).
Memang, Rasputin memiliki hubungan yang teramat spesial dengan Alexandra. Dalam sebuah suratnya kepada Rasputin, terungkap bahwa Alexandra menyimpan cinta terhadap ‘orang suci’ tersebut.
Grigory Rasputin. Foto: Wikimedia Commons
Hal itu terungkap dalam surat yang diberikan Alexandra kepada Rasputin. ‘Aku ingin tidur, tidur selamanya di pundakmu, dalam rangkulanmu’.
ADVERTISEMENT
Pada 30 Desember 1916, Rasputin dibunuh di ruang bawah tanah Istana Moika, kediaman Pangeran Felix Yussupov di Saint Petersburg. Ia tewas karena meminum racun sianida. Tubuhnya dipenuhi luka tembak, juga babak belur dipukuli. Jasadnya ditemukan di Sungai Neva beberapa hari setelah kematiannya.