Suka Duka Mudik yang Sudah Jadi Tradisi di Indonesia

9 April 2024 16:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mudik Lebaran. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mudik Lebaran. Foto: Shutterstock
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebaran semakin dekat. Senada dengan itu, banyak orang mulai mudik ke kampung halaman demi merayakan Hari Kemenangan sekaligus melepas rindu dengan orang-orang tersayang.
Enggak heran, jumlah pemudik cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT), tahun ini arus pemudik diprediksi mencapai 193 juta orang. Angka ini meningkat 26 persen dari mudik Lebaran 2023.
Ya, mudik memang jadi semacam tradisi yang melengkapi momen Lebaran di Indonesia. Saking banyaknya masyarakat yang mudik, setiap tahunnya para pemudik pun harus mengalami berbagai “tantangan” demi bertemu keluarga di kampung halaman.
Repot namun sering bikin kangen, ini beberapa lika-liku mudik yang sering dialami orang Indonesia!

Ketatnya War Tiket Mudik Lebaran

Enggak kalah dari war tiket konser K-Pop, berburu tiket mudik Lebaran juga kerap membuat hati berdebar-debar. Bagaimana tidak, kamu harus bersaing dengan ratusan ribu, bahkan jutaan pemudik lain untuk mendapatkan selembar tiket untuk pulang ke kampung halaman.
Hal ini membuat banyak orang sudah bersiap dari jauh-jauh hari untuk nge-war. Seperti halnya Lia (35), karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta yang rela begadang demi bisa mendapatkan tiket kereta api dengan harga yang masih terjangkau. Pasalnya, mendekati Lebaran, harga tiket kereta api maupun moda transportasi lainnya cenderung melambung tinggi.
Ilustrasi membeli tiket mudik secara online. Foto: Shutterstock
Keberuntungan pun masih bisa berpihak kepadanya. Meski harus cuti demi bisa mempercepat waktu pulang, ia berhasil mendapatkan tiket kereta dengan harga Rp 300 ribuan, jauh lebih murah dibandingkan tiket saat puncak arus mudik.
“Bela-belain beli tiket dari jauh-jauh hari dan cuti lebih awal biar bisa dapat tiket lebih murah. Aku pulang pas arus mudik belum terlalu padat dan pakai kereta ekonomi, yang penting bisa pulang udah lega banget,” terangnya.
Ketatnya war tiket ini tak dipungkiri membuat waktu istirahat pun berkurang. Apalagi keesokan harinya harus tetap berpuasa. Namun lemas dan lelah rela diterjang demi bisa menghabiskan waktu sejenak dengan keluarga di kampung halaman.

Macet di Mana-mana

Semakin mendekati puncak mudik, ruas-ruas jalan utama di Indonesia pun ikut mengalami kepadatan yang didominasi mobil dan sepeda motor. Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, pun telah merinci titik rawan macet mudik Lebaran 2024 di Pulau Jawa.
Menurutnya, ada beberapa titik yang perlu diwaspadai jadi sumber kemacetan pada periode Lebaran tahun ini. Di antaranya, Tol Cipali, terutama di pertemuan Tol Cipali dan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan; Pelabuhan Merak; dan Pelabuhan Ketapang.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di jalan Tol Jagorawi saat menuju kawasan wisata Puncak, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/5/2022). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Meski pemerintah telah merilis daftar titik rawan kemacetan, agaknya kepadatan lalu lintas tidak bisa benar-benar dihindari. Hal ini pula yang dialami oleh pemudik asal Brebes, Mayda (36), yang saat ini bekerja di kawasan industri Cikarang, Jawa Barat.
Memutuskan pulang di hari pertama libur Lebaran pada Sabtu (6/4) menggunakan mobil pribadi, ia harus terjebak macet parah di Exit Tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah. Mayda mengaku kemacetan sudah dirasakan sejak berangkat dari rumahnya di Bekasi, sehingga waktu tempuh pun menjadi lebih lama hingga dua kali lipat.
“Biasanya dari Bekasi sampai Pejagan paling 3-4 jam kalau santai, sekarang 5 jam lebih juga belum sampai juga. Makin parah karena ada antrean masuk rest area,” terang Mayda.

Susah Cari Makan dan Minum

Ya, tempat makan mungkin agak susah ditemukan saat kita sedang mudik. Mau masuk ke rest area pun tidak selalu lancar, karena kita juga harus “berebut” area istirahat dengan pemudik lain.
Di sisi lain, kurangnya asupan makanan dan minum bisa menyebabkan badan mudah lelah dan tidak fokus. Sebab, tubuh kekurangan asupan nutrisi dan mineral esensial. Hal ini tentu bisa berbahaya bila tidak segera ditangani.
Solusinya, mau tidak mau kamu harus membelinya di pedagang asongan. Sebenarnya tidak masalah kok, asal pastikan kebersihannya terjamin, termasuk dari kontaminasi debu jalanan.
Le Minerale. Foto: Dok. Istimewa
Seperti Le Minerale, satu-satunya air mineral yang punya segel khusus untuk menjamin debu dan kotoran tidak akan masuk ke sela-sela tutup botolnya. Jadi kamu tidak perlu cemas saat harus membeli air mineral di pinggir jalan atau di rest area karena Le Minerale terjamin kehigienisannya.
Selain menjaga air mineral dari paparan debu dan kotoran, segel pada kemasan serta botol Le Minerale yang keras sebelum dibuka ini juga berfungsi agar produk Le Minerale tidak mudah dipalsukan dan sekaligus memastikan kualitas mineral di dalamnya tetap terjaga sampai ke tangan kita.
Sebab, air minum Le Minerale berasal dari sumber mata air terpilih, dari jarak 100 meter di bawah permukaan tanah, sehingga mineral yang terkandung di tiap tetesnya sangat alami. Kesegarannya ini ditandai dengan sedikit rasa manis yang khas.
Kesegaran air minum juga berasal dari seimbangnya jumlah kandungan mineral alami dalam Le Minerale, di antaranya kalsium, magnesium, sodium, potassium, nitrate, bikarbonat, sulfat dan klorida. Inilah yang membuat Le Minerale ada manis-manisnya, segar, dan tidak bikin enek, sehingga cocok untuk di minum selama perjalanan mudik.
Jadi, tak perlu khawatir lagi kekurangan mineral saat mudik maupun aktivitas lainnya. Le Minerale bantu kamu atasi rasa lelah akibat kekurangan mineral saat nge-war tiket, terjebak macet, hingga sampai di kampung halaman.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio