Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tren Film Konser dan Dokumenter Idola K-Pop
17 Januari 2019 15:34 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, penayangan film konser dan dokumenter idola K-Pop seolah menjadi tren baru. Berbagai film konser maupun dokumenter dari idola K-Pop siap ditayangkan di berbagai belahan dunia, termasuk di bioskop Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebut saja, film konser 'BTS World Tour Love Yourself in Seoul' yang akan tayang serentak di berbagai negara pada 26 Januari 2019. Kemudian, ada juga film konser 'Twiceland' milik Twice, yang siap tayang di berbagai bioskop, termasuk di bioskop Indonesia, mulai Kamis (17/1) ini.
Adanya film-film ini, ditambah dengan keberadaan film dokumenter BTS yang tayang pada November lalu, seolah menghidupkan tren baru. Padahal, sebenarnya, film dokumenter maupun film konser bukanlah hal yang sepenuhnya baru di industri Korea Selatan.
Sejak beberapa tahun silam, agensi-agensi Korea sudah merilis film konser dan juga video dokumenter. SM Entertainment, agensi yang menaungi Super Junior, TVXQ, hingga NCT, menghadirkan film konser 'I Am' pada 2012. Sementara, YG Entertainment pernah merilis film 'BIGBANG10 the Movie: BIGBANG MADE' pada 2016, disusul dengan film dokumenter 'Kwon Ji Yong Act III: Motte' pada 2018.
ADVERTISEMENT
Film-film ini disajikan dalam berbagai format, mulai dari format layar lebar, DVD, hingga YouTube Premium. Teknologi yang digunakan pun beragam. Tak sekadar menghadirkan film dengan format 2D, ada beberapa di antara film tersebut, khususnya yang baru dibuat belakangan ini, yang ditayangkan dalam format tiga layar atau ScreenX, seperti pada film konser Twice, 'Twiceland', dan 'BTS World Tour: Love Yourself in Seoul'.
Masifnya pembuatan film-film ini tentu menimbulkan pertanyaan, soal kenapa para artis dan perusahaan mereka seperti berlomba-lomba membuat film.
Menurut Jeongyeon Twice, mereka membuat film konser 'Twiceland', untuk memberikan kesempatan bagi para fans yang tak bisa menonton konser Twice secara langsung. Dengan kata lain, mereka menyediakan medium bagi para fans menonton keseruan konser mereka lewat layar lebar.
ADVERTISEMENT
“Bagi yang tidak bisa datang ke konser kami, kami sudah menyiapkan pengalaman yang lebih realistis dengan merekam film untuk (ditayangkan) di tiga layar (ScreenX),” sebut Jeongyeon Twice, seperti dikutip Soompi.
Sementara itu, Big Hit Entertainment yang menaungi BTS, menyajikan film dokumenter BTS, untuk memberikan kesempatan bagi para fans, melihat apa yang terjadi di balik layar. Contohnya, seperti yang tergambar dalam film 'Burn The Stage' (2018)'.
Lewat film yang berdurasi sekitar dua jam itu, fans diajak melihat interaksi balik layar BTS, selama mereka menggelar tur konser dunia bertajuk 'Wings Tour' pada 2017. Tentu saja, ini berarti penonton akan diajak melihat canda tawa, sekaligus momen-momen berat BTS yang tak mereka tampakkan di atas panggung.
ADVERTISEMENT
Bila dilihat dari persepektif lain, tentu kita bisa menganggap bahwa tren ini merupakan perpanjangan bisnis dari para agensi K-Pop. Mereka berlomba-lomba membuat inovasi untuk lebih memuaskan penggemar.
Strategi pelebaran bisnis ini dapat dikatakan berhasil. Apalagi, film-film ini dibuat dengan format tayangan terbatas, atau hanya ditayangkan selama beberapa hari. Adanya batasan durasi tayang bisa semakin memicu semangat fans untuk segera menonton film itu, sebelum filmnya diturunkan dari layar, terlepas dari harga tiketnya.
Ini terlihat, misalnya, dari antusiasme fans saat menonton film dokumenter 'Burn The Stage' pada 15 November 2018. Ketika itu, para ARMY(fans BTS), terlihat memadati berbagai bioskop di Indonesia. Tidak cuma membuat antrean yang mengular, sebagian fans bahkan menunjukkan antusiasme mereka dengan menari di halaman bioskop.
ADVERTISEMENT
Antusiasme serupa juga mereka tunjukkan saat BTS mengumumkan akan merilis film konser 'BTS World Tour: Love Yourself in Seoul' di Indonesia. Para fans berlomba-lomba mendapatkan tiket untuk menonton pada hari penayangan tersebut, mengakibatkan beberapa server online bioskop lokal crash, tak mampu menahan beban banyaknya pengunjung ke situs mereka, dalam waktu bersamaan.
Untuk lebih mengetahui mengapa para fans begitu antusias dengan film-film ini, kumparanK-Pop sempat mewawancarai fans yang hadir dalam penayangan perdana 'Burn The Stage: The Movie' di Indonesia. Rupanya, alasan mereka tentu tak jauh dari keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai idolanya.
“Kan saya suka BTS enggak dari awal, jadi pengen tahu aja (perjuangan) mereka dari awal (lewat film ini),” sebut Endah, salah satu fans BTS, saat ditemui kumparanK-Pop di Plaza Semanggi, 15 November 2018.
ADVERTISEMENT
Padahal, tentu saja harga tiket untuk film ini bisa dibilang tidak murah. Tiket film dokumenter 'Burn The Stage' dibanderol mulai Rp 150.000. Sementara, film konser 'Love Yourself in Seoul' dijual mulai Rp 180.000 untuk tanggal 26 Januari, atau Rp 230.000 untuk format ScreenX pada akhir pekan. Selebihnya, fans yang mau menonton pada hari biasa, harus merogoh kocek sebesar Rp 190.000 untuk menonton di format ScreenX.
Namun, promotor memiliki strategi yang berbeda untuk setiap film. Film konser Twice, misalnya. Tiket film ini dijual mulai Rp 75.000 untuk format 2D dan Rp 100.000 untuk format ScreenX. Tidak cuma dijual dengan harga yang lebih terjangkau, film ini juga memiliki periode penayangan yang lebih panjang dari film BTS, yaitu selama 17-20 Januari 2019.
ADVERTISEMENT
SM Entertainment sendiri pernah menyajikan film konser dengan sebutan surround viewing pada 2015. Sayangnya, format ini hanya digelar di bioskop Jepang dan Korea. Para fans bahkan bisa menyaksikan secara realtime pergelaran konser SM Town yang tengah berlangsung lewat surround viewing tersebut.
Tidak hanya konser SM Town, suguhan surround viewing ini juga memutar konser-konser solo artis SM secara eksklusif di SMTOWN Coex Artium.
Bagaimana menurutmu?