Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Memutar Balikkan Roda Pendidikan: Pemulihan dan Perubahan di Era Pasca Pandemi
3 Juni 2023 21:24 WIB
Tulisan dari Keysha Aurora Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah jeritan ketakutan dan kesedihan, pendidikan menjadi lanskap yang tak terduga dalam perjuangan global melawan pandemi. Dengan seketika, kita dipaksa untuk menavigasi arus pendidikan yang tidak lagi konvensional, membuka lembaran baru yang ditandai dengan kata-kata seperti 'pembelajaran jarak jauh', 'kelas virtual', dan 'digitalisasi'. Namun, seiring berakhirnya pandemi, kini tiba waktunya bagi kita untuk memutar balik roda pendidikan, menyesuaikan diri dengan pemulihan dan perubahan di era pasca pandemi.
ADVERTISEMENT
Mengutip kata-kata Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling kuat yang bisa digunakan untuk mengubah dunia." Tapi apa jadinya jika 'senjata' itu sendiri berubah bentuk? Dalam tahun-tahun pandemi, UNESCO mencatat bahwa lebih dari 1,2 miliar pelajar di 186 negara terpengaruh oleh penutupan sekolah. Bahkan di Indonesia, Kemendikbud mencatat ada sekitar 68,9 juta pelajar dari PAUD hingga perguruan tinggi yang harus belajar dari rumah. Data ini menunjukkan betapa besarnya dampak pandemi terhadap pendidikan.
Pandemi telah mengubah cara kita belajar dan mengajar. Belajar dari rumah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Meski demikian, transisi ini membuka pintu bagi pendidikan yang lebih inklusif dan merata, di mana setiap siswa, terlepas dari latar belakang geografis dan ekonomis, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimanakah kondisi pendidikan pasca pandemi? Apakah kita kembali ke sistem pendidikan pra-pandemi, atau menerima norma baru ini sebagai masa depan pendidikan?
Menurut laporan McKinsey & Company, transisi cepat ke pembelajaran online selama pandemi telah mendorong inovasi pendidikan dan akselerasi digitalisasi. Apakah ini berarti kita harus terus menjaga roda pendidikan tetap berputar ke arah digitalisasi? Atau seharusnya kita mencoba menemukan keseimbangan antara pendidikan tradisional dan digital, membentuk suatu sistem pendidikan hibrida?
Alih-alih kembali sepenuhnya ke metode konvensional, mungkin inilah saatnya kita memanfaatkan pelajaran dari pandemi. Seperti yang dikatakan oleh Benjamin Franklin, "Kesalahan lalu adalah pelajaran untuk masa depan". Dalam konteks pendidikan, ini berarti mengintegrasikan aspek-aspek positif dari pendidikan digital ke dalam sistem pendidikan konvensional kita.
ADVERTISEMENT
Namun, harus diingat bahwa perubahan ini tidak akan mudah. Memutar balik roda pendidikan membutuhkan usaha bersama dari pemerintah, pendidik, orang tua, dan siswa. Harus ada dukungan yang cukup dalam hal infrastruktur, aksesibilitas, dan kesiapan sumber daya manusia.
Untuk memastikan bahwa roda pendidikan berputar dengan baik, hal pertama yang harus dilakukan adalah merancang kurikulum yang fleksibel dan adaptif. Ini melibatkan pengembangan bahan ajar digital dan teknologi pendidikan, serta peningkatan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Namun, juga harus ada peluang untuk interaksi sosial dan belajar tatap muka, yang memainkan peran penting dalam perkembangan keterampilan emosional dan sosial siswa.
Kedua, kita harus berinvestasi dalam pengembangan profesional guru. Sebagaimana kata Albert Einstein, "Bukanlah tugas kita untuk mempersiapkan siswa untuk dunia yang lalu. Tugas kita adalah mempersiapkan mereka untuk dunia yang belum terbentuk." Untuk itu, guru harus diberi pelatihan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membimbing siswa dalam era pasca pandemi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, kita harus memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Ini berarti memperkuat infrastruktur teknologi dan memberikan akses internet yang terjangkau dan andal, terutama di daerah-daerah terpencil dan marjinal. Ini juga berarti memberikan dukungan kepada siswa yang kurang mampu, melalui bantuan keuangan atau program makanan sekolah.
Jangan lupa, kita harus memprioritaskan kesejahteraan psikologis siswa. Pandemi telah menimbulkan stres dan kecemasan besar pada siswa, dan kita harus memastikan bahwa ada dukungan psikologis yang memadai di sekolah dan di rumah.
Untuk memutar balik roda pendidikan, kita harus berani menerima perubahan dan melihat masa depan dengan kacamata baru. Seperti yang dikatakan oleh John Dewey, filsuf pendidikan Amerika, "Jika kita mengajar hari ini seperti kita mengajar kemarin, kita merampas masa depan anak-anak kita." Jadi, mari kita ambil langkah-langkah besar menuju pendidikan pasca pandemi yang lebih baik, lebih inklusif, dan lebih adaptif. Karena pada akhirnya, pendidikan adalah tentang mempersiapkan generasi berikutnya untuk masa depan yang belum kita ketahui.
ADVERTISEMENT