10 Jenis Gangguan Perkembangan yang Bisa Dialami Anak

30 Mei 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Klinik Tumbuh Kembang Anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Klinik Tumbuh Kembang Anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap anak terlahir unik dengan segala keistimewaannya. Oleh karena itu, orang tua juga perlu tahu kondisi anaknya agar bisa menentukan perawatan dan pola asuh yang tepat.
ADVERTISEMENT
Termasuk anak yang terlahir dengan gangguan tertentu, pertumbuhannya akan tetap optimal jika orang tua tahu apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan potensi si kecil. Karena semakin dini orang tua mengetahui gangguan yang dialami anak, penanganan yang dilakukan juga semakin optimal.
Dikutip dari Mom Junction, berikut gangguan perkembangan yang bisa terjadi pada anak.

Macam-macam Gangguan Perkembangan yang Bisa Dialami Anak

1. Gangguan pemusatan perhatian
Gangguan pemusatan perhatian atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat didiagnosis pada masa kanak-kanak. Dalam beberapa kasus, gangguan ini dapat bertahan hingga masa dewasa.
Hingga kini, penyebab pasti ADHD tidak diketahui. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik menjadi salah satu penyebabnya. Anak dengan ADHD biasanya berperilaku impulsif, terlalu aktif, dan cenderung menunjukkan kurangnya perhatian.
Ilustrasi anak autis. Foto: Freepik
2. Gangguan spektrum autisme
ADVERTISEMENT
Gangguan spektrum autisme (ASD) adalah sekelompok gangguan perkembangan yang menyebabkan anak sulit berkomunikasi, berperilaku, dan menempatkan diri pada lingkungan sosial. Sama seperti ADHD, autisme pada anak dapat bertahan seumur hidup.
Ada beberapa penyebab dan faktor risiko autisme pada anak, yaitu riwayat keluarga dengan autisme, usia ibu lebih dari 35 tahun, lahir prematur, dan berat badan lahir rendah.
Namun, anak dengan autisme juga memiliki kelebihan seperti unggul dalam ilmu matematika, sains, musik dan seni, serta memiliki tingkat kecerdasan lebih dari rata-rata dan ingatan yang detail.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan pada anak merupakan penyakit jiwa dengan tingkat prevalensi 10-20 persen. Salah satu tanda anak mengalami gangguan kecemasan adalah sulit mengatasi ketakutan yang dihadapi. Akibatnya, anak-anak berisiko mengalami depresi, mencoba bunuh diri, atau penyakit mental lainnya pada usia dewasa.
ADVERTISEMENT
Jenis gangguan kecemasan pada anak pun bervariasi, antara lain:
Biasanya, anak yang mengalami gangguan kecemasan menunjukkan perilaku sering gemetar, gelisah, dan beberapa waktu kerap mengalami sesak napas.
Ilustrasi anak kecil takut ketinggian dan tak berani berjalan Foto: Shutter Stock
4. Gangguan Bipolar
Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan ekstrem suasana hati. Anak dengan bipolar terkadang sangat bersemangat sehingga mereka sulit untuk tidur. Di satu sisi, anak juga kerap merasa sedih dan tertekan di lain waktu.
ADVERTISEMENT
Sekitar 50 persen gangguan bipolar pada anak disebabkan oleh faktor genetik, dan sisanya oleh faktor lingkungan, riwayat keluarga depresi, dan neurotransmiter atau perubahan zat kimia dalam otak.
5. Gangguan perilaku
Anak-anak dengan gangguan perilaku sering memiliki masalah emosional dan perilaku. Misalnya, sulit bersikap baik dan ramah kepada orang lain, mencari kesenangan dengan menyakiti orang lain, tidak menunjukkan empati, dan sulit mengikuti aturan. Oleh karena itu, anak yang mengalami gangguan perilaku sering dilabeli sebagai anak nakal. Padahal, gangguan perilaku yang dialami termasuk dalam jenis penyakit mental.
6. Gangguan belajar
Gangguan belajar atau ketidakmampuan belajar adalah kondisi di mana otak anak merasa sulit untuk membaca, menulis, mendengarkan, mengartikan, atau memahami konsep-konsep tertentu. Penyebab gangguan ini bermacam-macam seperti faktor genetik, cedera kepala, lahir prematur, malnutrisi, hingga gangguan autisme. Ada banyak jenis gangguan belajar seperti disleksia, disgrafia, diskalkulia, dan lain-lain.
Ilustrasi kesulitan belajar pada anak. Foto: Shutter Stock
7. Depresi
ADVERTISEMENT
Depresi bukan dialami orang dewasa saja, tetapi anak-anak juga, Moms. Ya, depresi adalah kondisi di mana seseorang mengalami pasang surut emosi yang disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, masalah keluarga, kondisi lingkungan, hingga penyakit. Anak dengan depresi rentan mengalami gangguan perilaku, mudah tersinggung, merasa putus asa, dan sering kelelahan.
8. Disabilitas intelektual
Disabilitas intelektual atau cacat intelektual dapat terjadi karena sindrom genetik, paparan racun saat bayi, penyakit ibu, infeksi saat hamil, hingga masalah saat lahir. Umumnya, anak dengan cacat intelektual mengalami kesulitan berbicara dan berpikir, belajar duduk, merangkak, dan berjalan. Oleh karena itu, mereka perlu diberikan pendidikan dan kurikulum khusus.
9. Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Di samping itu, penyakit ini juga memengaruhi kemampuan berbicara, makan, bernapas, dan sulit mengontrol kandung kemih pada anak. Kondisi ini dapat terjadi karena infeksi saat hamil, kelainan genetik, gangguan kesehatan ibu saat hamil, dan penyakit kuning yang tidak diobati.
ADVERTISEMENT
10. Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan obsesif-kompulsif atau dikenal dengan OCD ditandai ketika anak-anak terobesesi dengan pikiran, kecemasan, ritual, dan dorongan untuk mengulangi perilaku itu terus menerus. Biasanya, bila keluarga memiliki riwayat OCD, bukan hal yang tidak mungkin generasi berikutnya akan mengalami hal yang serupa. Anak dengan OCD umumnya menjadi obsesi tentang kotoran dan kuman, ragu-ragu, memperhatikan detail secara berlebihan, dan bersifat agresif.