Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
3 Siswa SD Ini Raih Penghargaan Internasional Berkat Proyek Inovasi Pangan
1 Mei 2025 17:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Indonesia tak pernah kekurangan prestasi! Ya Moms, kali ini kabar menggembirakan datang dari 3 siswi kelas 4 Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri, Depok, Jawa Barat, yang meraih Grand Award, penghargaan tertinggi di ajang International Creativity and Innovation Awards (ICIA) 2025 yang diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 27 April 2025.
ADVERTISEMENT
Ketiga siswi tersebut adalah Prishana Kamila Ilham, Medinavia Zaldin, dan Naura Qanita Satria. Dengan proyek bertajuk "The Precious Foods (Implementation of 3R+D Quick Actions as Golden Strategy to Fight Food Waste)", tim ini berhasil mencuri perhatian juri berkat solusi inovatif mereka terhadap isu ketahanan pangan dan pengelolaan sampah makanan secara berkelanjutan.
Kerennya lagi, ketiganya merupakan peserta termuda dari lebih dari 5.000 peserta dari 26 negara. Tak hanya satu penghargaan, mereka bahkan berhasil menyabet tiga sekaligus! Yakni:
• Grand Award – Penghargaan tertinggi ICIA, hanya diberikan kepada dua tim terbaik secara global.
• Titanium Award – Diberikan kepada lima tim dengan proyek terbaik secara global.
• Special Award – Untuk kategori 10 proyek terbaik di bidang pangan.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala SDIT Nurul Fikri, Sri Mulyani, berdasarkan informasi dari orang tua siswa, proyek anak-anak terpilih dari lebih dari 1.000 proyek yang mendaftar ke ICIA tahun ini. Hanya 100 proyek yang lolos ke babak global round di Vietnam, dan dari sana, tim SDIT Nurul Fikri berhasil meraih posisi tertinggi.
Sebagai pemenang Grand Award, Shana, Medina, dan Naura mendapat kehormatan untuk makan siang bersama para VVIP board member ajang ICIA, termasuk juri dari Harvard dan MIT alumni, Menteri Pendidikan dan Pariwisata Vietnam, Rektor UEH, serta CEO Krya Global dan dewan penasihat ICIW (Canada).
Tentang Inovasi Pangan yang Dilombakan
Sri Mulyani menjelaskan ketiga anak didiknya ini memilih topik sustainable food solution karena isu ini sangat dekat dengan Indonesia. Ketertarikan mereka untuk mengangkat topik ini berasal dari data UN environmental program yang menyebut Indonesia sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara yang menghasilkan lebih dari 21 juta ton sampah makanan setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, berdasarkan data dari Global Hunger Index 2024, Indonesia berada di urutan kedua di Asia Tenggara, dengan lebih dari 23 juta penduduk yang tidak mampu mencukupi asupan nutrisi harian dan 26% anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting karena malnutrisi.
"Hal ini merupakan sebuah ironi yang sangat memprihatinkan, yang mana ternyata di satu sisi banyak masyarakat Indonesia yang membuang makanan, sementara di sisi lain, ada pihak yang membutuhkan makanan/kekurangan makanan untuk kebutuhan harian mereka," tutur Sri.
Shana, Medina, dan Naura juga melakukan beberapa survei di sekolah untuk menguji data UN environmental dan Global Hunger Index 2024 tersebut. Hasilnya, menemukan bahwa 80% siswa mengaku sering menyisakan makanan mereka, dan merasa bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa (normal), tidak ada yang salah dengan kebiasaan menyisakan makanan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan siswa juga tidak menyadari bahwa Indonesia merupakan negara penyumbang sampah terbesar di Asian Tenggara. Siswa juga tidak tahu, apa yang dapat mereka lakukan agar dapat membantu mengurangi sampah makanan.
Dari sini lah Shana, Medina, dan Naura merumuskan masalah utama yang harus dipecahkan:
- Tingginya sampah makanan yang diproduksi di Indonesia.
- Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya membuang makanan bagi lingkungan dan bagi kesejahteraan sosial.
- Rendahnya pengetahuan warga tentang cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi jumlah sampah makanan.
- Belum tersedianya media atau platform yang bisa digunakan untuk berbagi makanan antara orang yang memiliki kelebihan makanan dengan yang membutuhkan makanan. Sehingga seringkali kelebihan makanan berakhir begitu saja di tempat sampah.
Solusi yang ditawarkan:
ADVERTISEMENT
- Memformulasikan strategi untuk mengurangi sampah makanan melalui gerakan 3R+D: Reduce, Reuse, Recycle, dan Donate. Gerakan ini terdiri dari banyak aksi kecil yang dapat dilakukan siswa di rumah/sekolah, yang jika dilakukan secara kolektif, akan mendatangkan dampak yang besar.
- Melakukan kampanye online dan offline untuk mengajak lebih banyak teman dan Masyarakat luas untuk melakukan gerakan 3R+D dari rumah agar dapat mendatangkan dampak yang lebih signifikan.
- Membuat aplikasi untuk berbagi makanan (FoodShare apps), yang dapat diakses di HP/komputer. Aplikasi ini dapat menghubungkan orang yang memiliki kelebihan makanan (food donor) dengan mereka yang membutuhkan makanan (food recipient), sehingga kelebihan makanan dapat termanfaatkan oleh yang membutuhkan.
- Dengan berkurangnya sampah makanan, bumi pun akan semakin sehat, karena ternyata sampah makanan menghasilkan gas metana yang 80x yang lebih berbahaya dibandingkan gas CO2 dalam kontribusinya terhadap pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Shana mengaku sangat senang bisa membuat proyek yang bisa membantu mengurangi sampah makanan di Indonesia dan mencegah pemanasan global.
"Awalnya kami juga kadang masih suka menyisakan makanan karena nggak suka lauknya, atau nggak suka sayurnya. Tapi setelah mengerjakan project ini, kami jadi paham, bahwa makanan itu sangat berharga, jadi kami akan ambil porsi kecil semampu yang kami bisa habiskan," tuturnya.
Ia dan kedua temannya juga berencana mengembangkan aplikasi ini lebih jauh lagi. Sehingga proyek yang telah mereka selami selama 3 bulan ini dapat memberi manfaat untuk sesama.
Program Unggulan Sekolah Berperan Besar
Sri mengatakan, prestasi ini tak lepas dari peran program unggulan SDIT Nurul Fikri, yakni Research Culture dan Computational Thinking and Learning, yang merupakan bagian dari Nurul Fikri Learner Profile: SMART (Sholeh, Muslih, cerdAs, mandiRi, Terampil).
ADVERTISEMENT
• Research Culture bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir logis, analitis, dan kritis terhadap fenomena di sekitar siswa melalui pendekatan ilmiah yang sesuai dengan tahapan perkembangan mereka.
• Computational Thinking and Learning mempersiapkan siswa menghadapi era industri 4.0 dengan keterampilan teknologi dan pemikiran sistematis.
Dukungan pembinaan yang kuat, kolaborasi guru dan orang tua, serta semangat belajar tinggi dari para siswa menjadi kunci keberhasilan mereka menembus ajang internasional bergengsi ini.