Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“(Saat bayi diare) Kotoran akan memiliki konsistensi encer dan buang air besar (BAB) akan terjadi lebih sering,” jelas Shaista Safder, MD, ahli gastroenterologi anak di Arnold Palmer Hospital for Children Orlando, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari Parents.
Saat bayi masih berusia di bawah satu bulan, ia biasanya akan BAB setelah menyusu atau mungkin lebih sering. Setelah melewati usia satu bulan, bayi biasanya akan BAB 3 – 4 kali dalam sehari. Setelah melewati usia dua bulan, biasanya bayi akan BAB sekali dalam sehari. Namun, jika si kecil BAB 2 – 3 kali dalam sehari, bisa jadi ia mengalami diare.
Saat bayi diare, fesesnya terlihat encer dan lebih banyak. Warnanya berkisar antara kuning, hijau, hingga cokelat tua. Bayi yang diare biasanya juga lebih rewel. Selain itu, kondisi ini biasanya juga disertai dengan gejala lain, seperti demam dan menurunnya nafsu makan.
ADVERTISEMENT
Penyebab Diare pada Bayi
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare pada bayi, yaitu sebagai berikut.
1. Infeksi Virus
Rotavirus merupakan penyebab diare paling umum pada anak-anak di bawah dua tahun. Itulah sebabnya bayi disarankan untuk mendapatkan imunisasi rotavirus untuk mencegah diare.
“Anak-anak yang divaksinasi masih bisa terkena rotavirus, tetapi mereka cenderung memiliki gejala yang lebih ringan dan sembuh lebih cepat,” ungkap dr. Safder.
2. Antibiotik
Konsumsi antibiotik pada bayi dapat memicu diare, mual, dan sakit perut. Pasalnya, antibiotik bisa saja membunuh bakteri baik yang ada di perut si kecil.
“Selain menargetkan bakteri jahat, antibiotik membunuh bakteri sehat di susu, yang dapat menyebabkan sakit perut dan diare,” jelas Iona Munjal, MD, direktur Pediatric Antimicrobial Stewardship Program di The Children’s Hospital Montefiore Medical Center, New York, Ameriksa Serikat.
ADVERTISEMENT
Jika bayi Anda mengalami diare yang disebabkan oleh antibiotik, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter. Sebab, menghentikan antibiotik sendiri tanpa anjuran dari dokter dapat memicu resistensi antibiotik dan menyebabkan infeksi bakteri kembali.
3. Parasit
Paparan parasit atau virus bisa terjadi melalui mainan, makanan, tangan, atau benda lain yang disentuh dan dimasukkan ke mulut bayi. Bayi memiliki risiko lebih tinggi terpapar parasit saat berada di tempat penitipan anak.
4. Alergi Protein Susu
Sebanyak tiga persen anak-anak alergi terhadap protein yang ditemukan pada produk susu, termasuk susu formula. Bayi yang menyusu juga bisa mengalami alergi protein susu jika ibunya mengonsumsi produk susu tertentu. Selain diare, alergi protein susu juga dapat memicu muntah dan gatal-gatal pada bayi.
ADVERTISEMENT