4 Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Dampaknya untuk Anak

19 Agustus 2024 17:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang tua menasehati anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua menasehati anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap orang tua punya cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anak. Dikutip dari Verywell Mind, ada beberapa gaya pengasuhan anak. Mulai dari gaya pengasuhan permisif hingga otoritatif. Para peneliti berpendapat, ada hubungan antara gaya pengasuhan anak dan dampaknya terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
Berikut empat gaya pengasuhan pada anak yang diidentifikasi oleh Psikolog klinis Baumrind dan peneliti lainnya, Maccoby dan Martin. Coba cek, kira-kira, Anda menerapkan gaya pengasuhan seperti apa pada anak.

4 Gaya Pengasuhan Anak

1. Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh ini, anak diminta untuk selalu menaati aturan yang sudah ditetapkan orang tua. Bila anak melakukan kegagalan atau kesalahan, artinya ia akan menerima hukuman. Orang tua otoriter juga tidak menjelaskan alasan di balik peraturan ini. Intinya, orang tua mengharapkan anak-anak tidak melakukan kesalahan.
"Orang tua dengan model ini berorientasi pada kepatuhan dan status, dan mengharapkan perintah mereka dipatuhi tanpa penjelasan. Mereka sering digambarkan sebagai orang yang mendominasi dan diktator, " ujar Baumrind.
Ilustrasi ketegangan hubungan antara anak dan orang tua Foto: Shutterstock
Pola asuh otoriter umumnya mengarah pada anak yang patuh. Namun, pola ini juga dapat menyebabkan meningkatnya kecemasan, rendahnya kemandirian, dan berkurangnya motivasi. Anak-anak juga cenderung berbohong untuk menghindari hukuman.
ADVERTISEMENT
2. Pola Asuh Otoritatif
Orang tua dengan gaya pengasuhan ini menetapkan aturan dan pedoman, namun gaya pengasuhan ini lebih demokratis. Orang tua yang otoritatif ini tanggap terhadap anak-anaknya dan bersedia mendengarkan pertanyaan. Orang tua ini berharap banyak pada anaknya, namun juga memberikan kehangatan, masukan dan dukungan yang memadai.
Baumrind menyebut, orang tua yang berwibawa pandai menetapkan standar dan memantau perilaku anaknya. Metode pendisiplinan mereka bersifat tegas dan suportif, bukan mengganggu, membatasi, atau menghukum.
Pola asuh otoritatif cenderung menghasilkan anak yang bahagia, cakap, dan sukses. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak ini sering kali memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Ilustrasi ayah dan anak. Foto: Shutter Stock
3. Pola Asuh Permisif
Orang tua yang permisif terkadang disebut sebagai orang tua yang memanjakan karena tidak banyak menuntut anak-anaknya. Orang tua seperti ini jarang mendisiplinkan anaknya karena mereka mempunyai ekspektasi yang relatif rendah terhadap kedewasaan dan pengendalian diri.
ADVERTISEMENT
Orang tua yang permisif lebih mengutamakan menjadi sahabat anaknya dibandingkan menjadi orang tua. Mereka hangat dan penuh perhatian, namun cenderung menetapkan sedikit aturan, jarang menegakkan aturan dan memiliki sedikit harapan. Selain itu, mereka membiarkan anak-anaknya mengambil keputusan sendiri.
Menurut Baumrind, dampak dari orang tua yang tak mengharapkan perilaku dewasa dari anak-anaknya, bisa membuat si kecil mungkin kesulitan menentukan batasan bagi diri mereka sendiri.
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutterstock
4. Pengasuhan yang Tidak Terlibat
Selain tiga gaya utama yang diperkenalkan oleh Baumrind, psikolog Eleanor Maccoby dan John Martin juga mengusulkan gaya keempat, yakni pola asuh yang tidak terlibat atau mengabaikan.
Gaya pengasuhan yang tidak terlibat ditandai dengan sedikitnya tuntutan, rendahnya daya tanggap dan sangat sedikit komunikasi.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri lain dari gaya pengasuhan tidak terlibat antara lain:
Ilustrasi ibu dan anak praremaja. Foto: Shutterstock
1. Meskipun orang tua ini memenuhi kebutuhan dasar anak, mereka umumnya 'terpisah' dari kehidupan anak mereka.
2. Mereka mungkin memastikan bahwa anak-anak mereka diberi makan dan tempat tinggal, namun tidak memberikan apa pun dalam bentuk bimbingan, struktur, aturan, atau bahkan dukungan.
3. Orang tua ini mungkin tampak cuek, tidak responsif dan meremehkan.
Sebuah studi pada tahun 2019 menemukan, bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang lalai cenderung mengalami kesulitan di sekolah. Serta mengalami lebih banyak depresi, memiliki hubungan sosial yang lebih buruk, kesulitan mengendalikan emosi, dan mengalami lebih banyak kecemasan.