4 Strategi Pengasuhan yang Bisa Dukung Tumbuh Kembang Anak

2 Desember 2020 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cara pengasuhan yang positif membuat anak memiliki kecerdasan kognitif serta kemampuan fisik dan psikis yang baik untuk masa depan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Cara pengasuhan yang positif membuat anak memiliki kecerdasan kognitif serta kemampuan fisik dan psikis yang baik untuk masa depan. Foto: Shutterstock
Pola pengasuhan orang tua mempunyai peran penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Cara pengasuhan yang positif membuat anak memiliki kecerdasan kognitif serta kemampuan fisik dan psikis yang baik untuk masa depannya nanti, Moms.
Tak hanya tugas ibu, ayah juga punya peran penting dalam mengasuh anak. Keterlibatan ayah dalam pola pengasuhan bisa memberikan dampak positif bagi proses belajar si kecil. Penelitian menunjukkan, anak-anak yang mendapat perhatian dari kedua orang tua cenderung bahagia, sukses dalam akademis, hingga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial di masa depan.
Dalam A+ Live Talk The Series bertajuk Strategi Kompak dalam Mengasuh Anak (9/10), momfluencer Astrid Satwika mengaku telah menerapkan strategi ini dalam pola pengasuhan anak, Moms. Sejak bayi lahir, ia membagi tugas mengurus si kecil dengan sang suami.
"Dari awal kita sepakat untuk bagi tugas, karena aku gak mau anak diurus sama baby sitter. Suamiku juga ikut kasih makan, ganti diapers, bikin susu. Jadi kalau pagi, anakku yang gede pasti maunya dipegang sama ayahnya. Nanti siang baru dipegang sama aku. Jadi kita kerja sama dalam mengurus anak," ungkap Astrid.
Pada acara yang sama, dokter spesialis anak sekaligus konsultan tumbuh kembang, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si., memaparkan ada empat cara mengasuh anak agar tumbuh kembang si kecil berjalan optimal. Yuk simak, Moms!

1. Memberikan stimulasi dengan bermain

Permainan yang bervariasi, sesuai keinginan anak, dan didasari kasih sayang, dapat mengaktifkan jutaan sel otak serta membuat hubungan antarsel di otak anak bertambah kompleks dan kuat. Foto: Shutterstock
Menurut Prof. Soedjatmiko, orang tua bisa mencari ide bermain untuk menstimulasi perkembangan otak anak. Meski kelihatannya sederhana, permainan yang bervariasi, sesuai keinginan anak, dan didasari kasih sayang, dapat mengaktifkan jutaan sel otak serta membuat hubungan antarsel di otak anak bertambah kompleks dan kuat, Moms.
"Kalau dia belum bisa (bermain sesuatu) dikasih contoh, disuruh mencoba sendiri, dan dihargai. Ini yang penting: sekecil apapun prestasi anak, itu harus dipuji dan dihargai. Dengan begitu, anak akan semakin kreatif, lebih percaya diri serta lebih berani mengekspresikan diri," jelas Prof. Soedjatmiko.
Salah satu ide bermain yang bisa Anda lakukan bersama anak adalah mengelompokkan benda-benda, Moms. Tak perlu mahal, benda-benda yang ada di rumah seperti sendok, gelas, tissue, atau sisir bisa dijadikan mainan. Biarkan anak memilih, memainkan, dan membereskannya sendiri.
Lebih lanjut, Prof. Soedjatmiko menerangkan orang tua perlu terus mencari ide bermain untuk anak. Sumbernya banyak, Moms. Bisa dari buku, internet, dan lain-lain. Satu hal yang perlu diingat, usahakan untuk memberikan stimulasi sesuai usia dan mood si kecil ya, Moms. Sebab, jika orang tua terlalu memaksakan kehendak, hal tersebut justru membuat anak mengalami over stimulation.

2. Memberikan nutrisi yang tepat dan seimbang

Nutrisi yang bergizi dan seimbang mengoptimalkan struktur dan fungsi otak anak. Foto: Shutterstock
Tak hanya bermain, nutrisi juga jadi salah satu faktor penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Prof. menjelaskan, nutrisi yang bergizi dan seimbang mengoptimalkan struktur dan fungsi otak anak.
"Orang tua harus memberi karbohidrat, protein, dan lemak setiap anak makan agar makronutrien terpenuhi. Sedangkan buah dan sayur secukupnya saja. Karena buah dan sayur mengandung serat yang bisa membuat anak cepat kenyang, nanti malah (anak mengonsumsi) protein jadi kurang," ujarnya.
Jika anak susah makan, Anda perlu mencari tahu penyebabnya, Moms. Bisa saja karena makanan yang tidak menarik, anak belum lapar, atau cara pemberian makan yang terkesan memaksa. Menurut Prof. Soejatmiko, orang tua bisa membiasakan proses makan yang menyenangkan sejak anak MPASI.
"Proses makan bukan proses biologis, tapi juga psikologis. Buatlah rasa lapar agar anak tidak picky eater. Misalnya, satu jam sebelum makan jangan dikasih makanan apapun. Bikin suasana makan menyenangkan sejak masa bayi. Banyak masalah sulit makan di usia toddler karena bermula di masa bayi. Pas MPASI, jangan dipaksakan (makannya)," jelasnya.
Anda juga bisa memberikan susu pertumbuhan untuk menambah asupan nutrisi anak jika susah makan. Salah satu susu yang bisa dipilih yaitu Enfagrow A+ Neuro Pro.
Sebagai susu pertumbuhan untuk anak, Enfagrow A+ Neuro Pro mengandung Omega 3 dan Omega 6 tertinggi yang dapat mendukung perkembangan otak.
Tak hanya itu, Enfagrow A+ Neuro Pro juga telah diformulasikan secara unik dengan adanya nutrisi PDX:GOS, Beta-Glucan, serta DHA yang terbukti klinis dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh seperti mengurangi hari sakit si kecil, mengurangi penggunaan antibiotik, juga mengurangi periode sakit pernapasan akut.

3. Memberikan perlindungan dengan imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Foto: Shutterstock
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Meski di tengah situasi pandemi, Prof. Soedjatmiko menyarankan agar orang tua tetap melengkapi imunisasi anak. Jika tunggu pandemi usai, dikhawatirkan anak-anak menjadi rentan tertular penyakit yang seharusnya bisa dicegah oleh vaksin, Moms.
"Lihat jadwal imunisasi dari IDAI. Kalau takut ke rumah sakit, orang tua bisa melakukan 2-3 suntikan atau imunisasi sekaligus. Itu tidak berbahaya, makanya kita (IDAI) menganjurkan (untuk imunisasi)," jelas Prof. Soedjatmiko.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merancang jadwal imunisasi hingga anak berusia 18 tahun. Hal ini dimaksudkan agar si kecil tetap sehat di masa depan nanti, Moms. Pemberian vaksin yang tepat dan terjadwal akan mencegah masuknya penyakit ke tubuhnya. Namun, jika kebetulan anak sedang sakit seperti demam dan batuk, Anda dianjurkan untuk menundanya, Moms. Jika si kecil sudah sembuh, baru ajak ia melakukan imunisasi.

4. Mengevaluasi perkembangan anak

Melalui evaluasi, orang tua bisa mengetahui jenis pertumbuhan dan perkembangan anak yang mana yang perlu diasah. Foto: Shutterstock
Setelah memberikan stimulasi, memenuhi kebutuhan nutrisi, dan melindungi dengan imunisasi sesuai jadwal, mengevaluasi tumbuh kembang anak juga penting dilakukan, Moms. Melalui evaluasi ini, orang tua bisa mengetahui jenis pertumbuhan dan perkembangan anak yang mana yang perlu diasah.
"Evaluasi bisa dilakukan sendiri (oleh orang tua). Cek pertumbuhan secara berkala, sehingga orang tua bisa menyesuaikan stimulasi apa yang harus diberikan. Anak jadi cerdas, sehat, dan punya karakter wonderful kid.” tutup Prof. Soedjatmiko.
Anda juga bisa menonton A+ Live Talk The Series bertajuk Strategi Kompak dalam Mengasuh Anak pada video di bawah ya, Moms!
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Enfagrow