4 Strategi Penting Pemberian MPASI Sesuai Rekomendasi WHO

16 September 2022 10:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi makan MPASI. Foto: Yaoinlove/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi makan MPASI. Foto: Yaoinlove/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian ibu, memberikan makanan untuk bayi menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, anak pada usia tersebut mungkin diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan. Namun, di sisi lain, bayi terkadang pilih-pilih makanan. Alhasil, makanan yang disediakan pun tidak dimakan.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa strategi pemberian makanan untuk bayi yang dapat diterapkan? Simak penjelasan dokter spesialis anak dr. Reza Abdussalam, Sp.A berdasarkan rekomendasi WHO berikut ini, Moms.

Strategi Pemberian MPASI

Ilustrasi bayi makan MPASI. Foto: Getyy Images
Memasuki usia 6 bulan, bayi umumnya mulai memasuki tahapan makanan pendamping ASI (MPASI). Pada fase ini, kebutuhan kalori bayi tidak hanya bergantung pada ASI, tetapi juga makanan padat yang dibuat seperti bubur.
“Anak pada usia di awal-awal, usia 0 sampai 5 bulan anak hanya butuh yang namanya ASI. Nah, setelah usia 6 bulan ke atas, ternyata ada tambahan kalori yang ternyata harus diisi dari makanan padat selain dari ASI,” kata dr. Reza dalam talkshow bertajuk ‘Kreasi MPASI Si Kecil’ yang diadakan oleh Mothercare di Pullman Hotel Central Park, Jakarta Barat, pada Rabu (14/9).
ADVERTISEMENT
Menurut dr. Reza, ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan saat memberikan MPASI pada bayi. Apa saja?
1. Tepat Waktu
Dimulai sejak 6 bulan atau lebih awal jika ada indikasi, sesuai dengan tanda kesiapan anak. Tanda kesiapan anak antara lain sudah bisa mengangkat leher dengan tegak, menunjukkan ketertarikan terhadap makanan, dan menjadi lebih lapar meski sudah diberi ASI secara rutin.
2. Adekuat
MPASI yang diberikan memenuhi kebutuhan zat gizi makronutrien (karbohidrat, protein, lemak), dan mikronutrien (vitamin dan mineral).
3. Aman dan Higienis
Makanan yang diberikan harus aman. Kemudian proses pembuatannya harus higienis mulai dari penggunaan alat masak hingga penyajiannya, termasuk alat makan yang digunakan juga harus higienis.
4. Diberikan secara responsif
ADVERTISEMENT
MPASI diberikan secara konsisten dengan jadwal yang teratur. Selain itu orang tua perlu memahami sinyal lapar dan kenyang anak. Anak tidak perlu dipaksa menghabiskan makanan yang disajikan, Moms.
Namun jika anak ogah-ogahan, beri durasi makan maksimal 30 menit. Setelah itu jika ia terlihat lapar padahal belum memasuki jadwal makan berikutnya, tetaplah konsisten untuk tidak memberinya makan sehingga jadwal pemberian MPASI tidak terganggu.
Untuk itu, orang tua perlu lebih sabar dalam memberikan makanan pada balita. Hindari memaksa anak untuk makan karena itu bisa menimbulkan trauma dan memperpanjang masalah makan di kemudian hari.
“Jadi, kalau bisa pemberian makan harus sabar. Sabar kenapa? Namanya makan adalah fase belajar anak gitu. Kebanyakan orang tua ekspektasinya terlalu ketinggian gitu, misalnya makanan harus dihabisin, enggak gitu,” kata dr. Reza.
ADVERTISEMENT
Selain keempat poin tersebut, penting untuk menjauhkan anak dari distraksi ketika sedang makan, baik distraksi dari TV, gadget, atau aktivitas bermain.
"Kalau anak dia makan sambil nonton (TV atau gadget lain) itu nggak bakal bisa. Kenapa? Konsentrasinya akan fokus ke tontonan tersebut, sehingga lupa apa yang dia makan. Makanya harus dihindarkan dari distraksi walaupun itu bermain. Jadi, kalau bisa makan duduk dan kalau bisa bersama keluarga yang lain,” pungkas dr. Reza.