5 Informasi Tentang Imunisasi Ini Ternyata Hoaks!

28 April 2019 15:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Imunisasi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Imunisasi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua yang menolak imunisasi. Alasannya bisa macam-macam. Tapi yang paling umum karena memperoleh informasi yang salah tentang imunisasi atau terpengaruh hoaks anti imunisasi.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, saat ini ada banyak sekali informasi tidak benar atau hoaks yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Mereka bukan ahli imunisasi, bahkan banyak yang sebenarnya tidak mengerti sama sekali.
Informasi yang tidak benar tentang imunsasi itu bersumber dari pendapat perorangan atau pribadi di dalam dan luar negeri berdasarkan asumsi-asumsi sebelum tahun 2000-an, yang sangat berbeda dengan hasil penelitian ilmiah terbaru tahun 2002-2019 ini.
Agar lebih jelas, berikut kami rangkum beberapa hoaks tentang imunisasi yang sempat dipercayai banyak orang tua namun sudah terbukti salah. Apa saja?
Ilustrasi ibu yang ragu memberi imusisasi pada anaknya akibat hoaks Foto: Shutterstock
1."Vaksin MMR Bisa Menyebabkan Anak Autis"
Tidak benar! Hoaks mengenai vaksin MMR sebabkan autisme pertama kali disebar oleh Dokter Wakefield melalui tulisan dalam jurnal kedokteran The Lancet di mana ia mengaku sebagai ahli vaksin yang melakukan penelitian pada anak-anak di Inggris pada tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Faktanya, Wakefield menipu. Pertama, ia bukanlah seorang ahli vaksin atau imunisasi, juga bukan psikolog atau ahli autisme. Wakefield tercatat sebagai seorang dokter bedah digestif atau gangguan kesehatan yang terjadi pada bagian pencernaan tubuh.
Kedua, Wakefield terntata hanya meneliti 12 anak saja di mana 5 dari 12 anak yang diteliti diketahui sudah memeiliki masalah perkembangan sebelum divaksinasi dan 7 di antaranya tidak autis.
Bukan cuma itu, Wakefield juga terbukti memalsukan data atau riwayat pasien dan menggunakan metode penelitian yang tidak sahih sehingga jelas saja kesimpulannya salah. Wakefield pun diketahui menerima USD 674.000 dari pengacara yang menangani tuntutan orang tua.
Karena perbuatan tercelanya ini, tulisan Wakefield akhirnya juga dicabut, begitu juga dengan izin prakteknya karena telah menyalahgunakan posisi dan profesinya. Hal ini sudah pernah diumumkan resmi dalam majalah kedokteran Inggris British Medical Journal pada Februari 2011.
Ilustrasi ibu menolak percaya hoaks. Foto: Shutterstock
Sayangnya, meski kebohongan Wakefield sudah terbongkar 10 tahun lalu, hingga tahun 2019 ini masih saja ada orang tua yang memercayainya. Apalagi selain Wakefield juga sempat terbit buku yang berjudul Children With Starving Brains karya Jaquelyn McCandless, MD, yang menyebut bahwa vaksin menyebabkan seorang anak autis. Padahal, seperti juga Wakefied, Jaquelyn bukan ahli vaksin atau imunsasi. Ia adalah seorang Psikiater Seksualitas dan Wanita, Moms. Enggak nyambung, kan?
ADVERTISEMENT
Rupanya, tulisan Jaquelyn hanya berdasarkan data dan asumsi pribadinya karena cucunya yang mengalami autisme. Jaquelyn juga diketahui meninggalkan dunia medis dan beralih ke pengobatan alternatif, anti penuaan, nutrisi otak dan terapi hormon di California, AS.
Setelahnya, para ahli vaksin juga melakukan 26 penelitian mengenai hal ini dan ke-26 hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan vaksin MMR dengan autisme.
5 jenis vaksin untuk imunisasi Foto: Shutterstock
2."Vaksin Mengandung Pengawet Beracun"
Tidak benar! Setiap vaksin memang mengandung pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri ataupun jamur. Pengawet yang paling sering digunakan adalah timerosal. Tapi timerosal tidak berbahaya dan tidak memiliki efek buruk terhadap kesehatan.
Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kita juga perlu memahami bahwa timerosal dalam vaksin adalah hasil metabolisme etil merkuri. Zat ini tidak akan terakumulasi dalam tubuh karena cepat dimetabolisme dan dapat dikeluarkan melalui urin. Karena aman, etil merkuri sudah digunakan sebagai pengawet vaksin selama 80 tahun lebih.
ADVERTISEMENT
Lantas kenapa sampai ada yang berpikir zat ini berbahaya? Mungkin karena zat etil merkuri ini sering tertukar dengan metil merkuri yang merupakan zat berbahaya bagi tubuh. Metil merkuri bersifat neurotoksik dan nefrotoksik yang memiliki efek beracun terhadap sistem saraf manusia sehingga tidak digunakan sebagai pengawet.
Tapi bagaimana kalau Anda tetap merasa khawatir dengan kandungan etil merkuri dalam vaksin? Dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A(K), PJS Ketua Umum PP IDAI mengatakan bahwa pada bayi usia 6 bulan yang telah diimunisasi rutin, jumlah kadar merkuri dalam vaksin yang diterima adalah 1,25 mcg/kgBB/minggu. Angka tersebut masih sangat aman, melihat batas maksimal kadar merkuri yang diperbolehkan oleh EPA (Environmental Protection Agency) dan WHO (Wolrd Health Organization) adalah 34 mcg/kgBB/minggu dan 159 mcg/kgBB/minggu secara berurutan.
Ilustrasi bayi menyusu Foto: Shutterstock
3."Vaksin Tidak diperlukan Karena ASI Saja Cukup"
ADVERTISEMENT
Tidak Benar. Faktanya, menurut Satgas Imunisasi IDAI, Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, pemberian ASI dan imunisasi sama-sama diperlukan oleh anak. Imunisasi diperlukan untuk melindungi si kecil dari penyakit-penyakit spesifik berbahaya. Sedangkan ASI diperlukan untuk perlindungan kesehatan yang bersifat umum.
4."Demam, Bengkak, Merah dan Nyeri Setelah Imunisasi adalah Bukti Vaksin Berbahaya"
Tidak benar. Prof. Soedjatmiko menjelaskan, demam, bengkak, dan kemerahan sedikit di sekitar tempat suntikan adalah reaksi yang wajar, tidak berbahaya, dan akan hilang dalam beberapa hari. Demam setelah imunisasi tidak berhubungan dengan kualitas vaksin atau kualitas perlindungannya
Ilustrasi anak sedang diimunisasi. Foto: Shutter Stock
5."Vaksin Tidak Bermanfaat"
Tidak benar. Pakar-pakar di 194 negara menyatakan imunisasi terbukti aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, wabah, cacat dan kematian akibat penyakit berbahaya. Demikian pulakesimpulan tim penelitian lembaga-lembaga resmi internasional maupun nasional yang beranggotakan pakar-pakar imunologi, mikrobiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, biostatistik, farmakologi, penyakit infeksi dan spesialis anak.
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan percaya lagi terhadap hoaks tentang imunisasi yang selama ini beredar ya Moms. Bila Anda ragu, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter atau ahli imunisasi.
---------------------------------------------------------------------
kumparanMOM mendukung penuh Pekan Imunisasi Dunia dengan menyiapkan puluhan artikel tentang imunisasi sepanjang minggu ini khusus untuk Anda, Moms. Baca semuanya dengan mengikuti topik Pekan Imunisasi Dunia dan jangan lupa sebarkan pada seluruh keluarga dan teman-teman Anda, ya.