7 Kondisi Bayi yang Kerap Bikin Ibu Khawatir Tapi Sebetulnya Tak Berbahaya

12 Maret 2023 18:59 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebagai ibu baru yang belum pernah punya pengalaman mengurus bayi sebelumnya, terkadang beberapa hal yang terjadi pada si kecil membuat panik. Dari pernapasan bayi yang tidak menentu, warna kulit berubah, hingga sembelit, acapkali membuat ibu kelimpungan dan segera membawanya ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, tubuh bayi baru lahir memang masih rentan, sehingga wajar jika ibu mudah khawatir. Namun beberapa gejala yang tampak berbahaya bagi orang dewasa, terkadang sebenarnya normal bagi bayi. Misalnya gemetar tak terkendali umumnya normal bagi bayi jika tak disertai gejala lain. Kondisi itu terjadi karena terjadi perubahan hormon yang cepat sedangkan pertumbuhan bayi belum sempurna sehingga tubuh meresponsnya dengan cara yang unik.
Agar ibu tidak mudah panik, berikut beberapa kondisi yang kerap membuat khawatir namun sebenarnya normal. Namun perlu digarisbawahi, jika Anda tetap merasa ada yang salah dengan kondisi si kecil, segeralah hubungi dokter. Tidak ada salahnya mempercayai insting ibu karena bagaimanapun lebih baik berhati-hati daripada terlambat, Moms.

Kondisi Bayi yang Tampak Tak Biasa Tapi Normal

1. Kedutan Saat Tidur

Ilustrasi Bayi Tidur. Foto: Shutterstock
Jika kedutan hanya terjadi satu kali mungkin tidak membuat ibu dan ayah khawatir. Namun saat bayi baru lahir kedutan berkali-kali dan hampir selalu terjadi setiap tidur tentu membuat orang tua khawatir dan segera membawanya ke IGD. Namun tahukah, Moms? Ternyata kondisi itu normal, lho!
ADVERTISEMENT
Kiwi Magazine melansir, kondisi itu disebut mioklonus tidur jinak. Kondisi ini tidak berbahaya, bahkan disebut lebih aman dari mioklonus lainnya, yakni cegukan.
"Bayi memiliki sistem saraf yang belum matang, dan gerakan mereka bahkan lebih tidak terkoordinasi selama tidur daripada saat mereka bangun. Gerakan menyentak ini tidak berbeda dengan gerakan orang dewasa saat tidur,” ujar dokter spesialis saraf anak di Rady Children's Hospital di San Diego, AS, Michael Zimbric, MD.
Sejauh ini belum diketahui penyebab pasti mioklonus tidur jinak. Namun menurut penelitian yang dipublikasi di National Library of Medicine pada tahun 2014, kondisi ini dapat disebabkan oleh suara keras atau sentuhan.
Kapan perlu khawatir jika bayi kedutan saat tidur?
Tanda utama kejang sebenarnya adalah gerakan mata yang tidak normal bersamaan dengan gerakan tubuh. Apalagi jika bayi juga tampak kesulitan bernapas, membiru, ungu, atau abu-abu, atau kejang berlangsung lebih dari lima menit, segeralah bawa ke IGD terdekat.
ADVERTISEMENT

2. Napas Grok-grok

Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutter Stock
Moms, pernahkah mendengar suara napas bayi seperti bunyi grok-grok? Ternyata kondisi itu normal, kok.
IDAI melansir, napas bayi yang terdengar seperti grok-grok muncul karena adanya lendir yang cukup banyak di saluran napas. Karena organ tubuhnya masih berkembang, bayi belum terampil membersihkan lendir dalam saluran napasnya. Nah, suara udara napas yang melewati cairan lendir itulah yang menimbulkan suara grok-grok.
Kondisi ini tidak akan selamanya terjadi kok, Moms. Seiring dengan tumbuh kembangnya, bayi akan lebih mahir bernapas seperti manusia dewasa.
Kapan perlu khawatir jika napas tidak normal?
Segera bawa ke IGD jika si kecil melebarkan lubang hidungnya saat bernapas, karena artinya itu adalah satu-satunya cara ia membuka saluran udara. Selain itu, jika dada atau perutnya tertarik masuk saat bernapas, juga perlu diwaspadai karena ini adalah tanda gangguan pernapasan.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa tanda gangguan pernapasan pada bayi dan balita yang memerlukan perhatian medis segera:
- Pernapasan cepat, yang mungkin berarti anak Anda tidak mendapatkan cukup oksigen.
- Suara mendengus saat anak Anda mengembuskan napas.
- Berkeringat, terutama saat kulit tidak hangat saat disentuh atau terasa dingin dan lembap.
- Suara mengi atau bersiul, yang mungkin menunjukkan saluran udara terbatas.

3. Benjolan Payudara

Ya Moms, beberapa bayi memiliki benjolan di dadanya, dan biasanya benjolan ini jinak akibat adanya paparan hormon estrogen dari ibu di dalam rahim. Hormon ini sama dengan yang menyebabkan payudara ibu membengkak untuk merangsang kelenjar ASI.
Bahkan mengutip WebMD, jika Anda mencubitnya, ASI mungkin akan keluar dari puting si kecil. Namun, hormon ibu bukan satu-satunya penyebab adanya benjolan di dada atau payudara bayi baru lahir. Berikut beberapa penyebab lainnya.
ADVERTISEMENT
Faktanya, setidaknya 50% bayi baru lahir yang sehat mengalami hal ini, seringkali hanya pada satu sisi. Lima persen anak laki-laki yang baru lahir bahkan akan menghasilkan zat seperti susu. Pembesaran biasanya hilang dalam bulan pertama, tapi bisa bertahan selama tiga bulan atau lebih.
Kapan harus khawatir?
Jika payudara tampak merah, terasa lunak, atau jika si kecil demam, segera temui dokter untuk memastikan apakah ada infeksi. Selain itu, meskipun perkembangan jaringan payudara sangat umum terjadi pada bayi baru lahir dan selama masa pubertas (bahkan pada anak laki-laki), hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah hormonal jika terjadi di lain waktu.

4. Gumoh Berdarah

Ilustrasi Bayi Gumoh Foto: Sage Ross/Flickr
Gumoh adalah hal yang normal terjadi pada bayi karena sistem pencernaannya belum sempurna, bahkan jika tampak ada sedikit darah, Moms! Darah tersebut bisa jadi dari luka pada puting ibu atau ada robekan kecil di kerongkongan bayi. Termasuk jika ternyata ada robekan kecil di esofagus, akan sembuh dengan mudah, kok.
ADVERTISEMENT
Kapan harus khawatir?
Jika bayi tampak sakit, memuntahkan banyak darah, memuntahkan darah setelah diberi susu formula, segera temui dokter.

5. Kulit Berwarna Oranye

Orang tua mungkin tak lagi khawatir jika bayinya terlihat kuning. Tapi bagaimana jika kulitnya jadi berwarna oranye?
Nah, kondisi yang disebut karotenemia itu sebetulnya sama normalnya, kok. Karotenemia disebabkan karena bayi makan banyak sayuran yang kaya akan beta-karoten. Bayi lebih menyukai rasa manis dari makanan kaya karoten seperti ubi jalar dan wortel.
Karotenemia biasanya tidak terjadi pada orang dewasa karena perbedaan cara mengolah makanannya. Pembuatan makanan bayi seperti ditumbuk dan dihaluskan, memecahkan serat tanaman yang terbuka sehingga lebih banyak karoten yang diserap oleh usus bayi. Proses ini berbeda dengan cara gigi orang dewasa mengunyah sayuran.
ADVERTISEMENT
Jadi, ketika bayi makan lebih banyak karoten dari yang mereka butuhkan, kelebihannya dikeluarkan bersama keringat sehingga membuat kulit ikut berubah warna. Biasanya bagian tubuh bayi yang pertama terlihat oranye adalah area memiliki kelenjar keringat paling banyak, yakni hidung, telapak tangan, dan telapak kaki.
Kapan harus khawatir jika kulit bayi berubah oranye?
Tak ada yang perlu dikhawatirkan kok, Moms. Anda terus menyajikan banyak makanan kaya beta-karoten, kulit si kecil akan tetap berwarna oranye, tetapi tidak berbahaya.

6. Napas Putus-putus Tak Teratur

Napas bayi putus-putus ini biasanya terjadi saat ia baru lahir. Bayi bernapas lebih cepat daripada anak yang lebih tua karena paru-paru mereka relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
Namun, menurut jurnal yang dipublikasi di National Library of medicine pada 2016, para peneliti menduga alasan pernapasan tidak teratur adalah karena sensor kimiawi yang mendeteksi karbon dioksida belum sepenuhnya berkembang pada bayi baru lahir. Ternyata bayi terkadang tidak tahu bahwa mereka perlu bernapas lho, Moms! Sehingga terkadang bayi berhenti bernapas sejenak sampai kadar karbondioksida cukup tinggi sehingga memicu sensor pernapasan ini.
ADVERTISEMENT
Kapan harus khawatir jika napas bayi tidak teratur? Perhatikan perubahan warna kulit yang menandakan kekurangan oksigen, seperti warna kebiruan, keabu-abuan, atau keunguan pada kulit (terutama di sekitar bibir dan bantalan kuku) atau selaput lendir (seperti gusi) atau tanda bahwa bayi Anda berjuang untuk bernapas. Tanda-tanda ini memerlukan bantuan medis segera.

7. Sembelit

Parents melansir, suatu hari di rumah sakit di San Diego, seorang ibu membawa bayi perempuannya yang berusia 2 bulan ke ruang gawat darurat karena tidak buang air besar selama lima hari. Bayi itu mendengus, wajahnya memerah, dan perutnya keras, tetapi hanya sedikit kotoran yang keluar.
Rasanya kasihan ya Moms, melihat bayi mungil harus berjuang untuk buang air besar. Tetapi ingat, bayi semuda itu baru bisa berbaring, sehingga wajar jika kesulitan mengeluarkan tinja dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
"Bayi kecil belum tahu bagaimana mengontrol dan mengkoordinasikan sfingter anus–otot yang menahan feses di rektum. Mereka harus mendorong dan mendengus agar tinja melewati otot ini," kata dokter anak di Sharp Rees-Stealy Medical Center di San Diego, Rebecca Preziosi, MD.
dr. Preziosi menjelaskan, tak masalah bayi tak rutin buang air besar, bahkan jika seminggu sekali. Lama kelamaan proses pencernaannya akan lebih baik dan durasi BAB-nya lebih sering.
Kapan harus khawatir saat bayi sembelit
Bicaralah dengan dokter Anda jika kotoran si kecil keras atau jika anak tidak buang air besar rutin selama bulan pertama kehidupannya. Ini bisa menandakan masalah langka dengan saraf yang mengendalikan rektum.