7 Masalah Plasenta yang Bisa Dialami Ibu Hamil

19 Oktober 2022 8:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil. Foto: aslysun/Shuttterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil. Foto: aslysun/Shuttterstock
ADVERTISEMENT
Plasenta termasuk salah satu organ vital selama kehamilan. Plasenta berfungsi memberikan asupan nutrisi dan oksigen untuk janin di dalam kandungan. Dengan begitu, si kecil bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kondisi plasenta selama kehamilan, Moms. Sebab jika terjadi masalah pada organ tersebut akan mempengaruhi kondisi bayi dan juga diri Anda sendiri.
Agar ibu hamil lebih waspada, berikut beberapa masalah plasenta yang bisa terjadi selama kehamilan.

Masalah Plasenta yang Bisa Dialami Ibu Hamil

Ilustrasi solusio plasenta pada ibu hamil. Foto: Shutter Stock
1. Solusio plasenta
Mengutip Better Health, solusio plasenta merupakan kondisi di mana sebagian atau seluruh plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum melahirkan. Kondisi ini dapat menghentikan aliran oksigen dan nutrisi untuk bayi di dalam kandungan. Sehingga, solusio plasenta dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur, lahir mati, dan masalah pertumbuhan pada si kecil. Bagi ibu, solusio plasenta dapat menyebabkan pendarahan hebat saat proses persalinan yang berisiko pada keselamatan mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam kebanyakan kasus, solusio plasenta lebih sering ditemukan pada ibu yang hamil pada trimester ketiga –terutama menjelang waktu melahirkan. Ibu hamil dengan solusio plasenta akan menunjukkan gejala umum seperti, pendarahan vagina, sakit perut, sakit punggung, rahim kaku, dan kontraksi.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui secara pasti. Namun, riwayat trauma atau cedera pada perut karena jatuh, paparan benda tumpul, atau jatuh bisa menjadi faktor penyebabnya, Moms.
Ilustrasi plasenta previa pada ibu hamil. Foto: Shutter Stock
2. Plasenta previa
Plasenta previa terjadi ketika plasenta terletak di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh serviks. Hal ini dapat menghalangi jalan lahir bayi, sehingga membuat ibu harus melahirkan dengan operasi caesar. Oleh karena itu, plasenta previa dianggap berbahaya jika terjadi di akhir kehamilan. Sementara, jika di awal kehamilan, plasenta masih bisa berpindah ke bagian atas rahim saat waktu melahirkan tiba.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Medlineplus, plasenta previa dapat menyebabkan persalinan prematur, pendarahan antepartum dan intrapartum, serta robekan plasenta. Kondisi ini tidak hanya berbahaya bagi bayi, tetapi juga berisiko untuk keselamatan ibu.
Ilustrasi plasenta ibu hamil. Foto: Shutter Stock
3. Plasenta akreta
Plasenta akreta termasuk komplikasi kehamilan yang langka di mana plasenta tumbuh ke dalam dinding rahim sehingga tidak bisa terlepas dengan sempurna saat persalinan. Plasenta akreta dapat menyebabkan pendarahan vagina dan pendarahan hebat setelah melahirkan.
Ada tiga tingkat keparahan komplikasi yang satu ini yaitu, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta, seperti dikutip dari Cleveland Clinic:
Ilustrasi plasenta. Foto: Shutter Stock
4. Retensi plasenta
ADVERTISEMENT
Kondisi ini terjadi ketika plasenta tersangkut di belakang otot rahim, sehingga sebagian atau seluruh plasenta tertinggal di dalam saat melahirkan. Komplikasi ini berisiko mengancam jiwa ibu karena dapat menyebabkan infeksi dan pendarahan, sehingga perlu dilakukan pengangkatan plasenta beberapa jam setelah persalinan.
5. Insufisiensi plasenta
Insufisiensi plasenta terjadi ketika saluran ini tidak berfungsi dengan baik selama kehamilan. Artinya, plasenta tidak dapat mentransfer nutrisi dan oksigen yang cukup untuk janin. Hal ini menyebabkan bayi gagal tumbuh, kekurangan oksigen, lahir prematur, lahir dengan berat rendah, hingga lahir mati.
Ilustrasi plasenta. Foto: Shutter Stock
6. Plasenta anterior
Mengutip Mom Junction, komplikasi ini berkembang ketika plasenta tumbuh di bagian depan rahim dengan janin di belakangnya. Hal ini menyebabkan ibu kesulitan untuk merasakan aktivitas bayi seperti tendangan atau pukulan saat kehamilan mulai membesar. Selain itu, dokter juga akan kesulitan mendeteksi detak jantung bayi saat Anda melakukan tes USG, Moms.
ADVERTISEMENT
7. Pengapuran plasenta
Pengapuran plasenta sebenarnya merupakan kondisi normal yang akan terjadi pada semua ibu hamil menjelang kelahiran bayi. Namun, kondisi ini bisa berbahaya ketika terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 37 minggu. Kondisi ini disebut dengan pengapuran plasenta dini atau prematur.
Plasenta akan dipenuhi oleh endapan kalsium yang membuat oksigen dan nutrisi tidak bisa tersalurkan dengan baik ke bayi di dalam kandungan. Tak jarang, pengapuran plasenta dini menyebabkan berbagai risiko seperti hambatan pertumbuhan janin, kelahiran prematur, hingga komplikasi pada ibu.