7 Masalah yang Sering Terjadi saat Bayi Memulai MPASI

4 Oktober 2023 14:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi MPASI atau makanan bayi untuk anak perempuan. Foto: ABWitzPix089/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi MPASI atau makanan bayi untuk anak perempuan. Foto: ABWitzPix089/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Orang tua biasanya akan sangat bersemangat saat bayi mulai memasuki periode makan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Proses pemberian makan untuk pertama kali ini sering kali meninggalkan kesan tersendiri. Mulai dari ekspresi bayi yang lucu atau raut wajah yang bingung saat pertama kali makanan masuk ke dalam mulut.
ADVERTISEMENT
Namun, tak semua bayi langsung bisa lahap selama periode MPASI. Beberapa bayi bisa melepeh bahkan menolak makanan yang disajikan. Momen-momen seperti ini kadang membuat orang tua khawatir apakah bayi mendapat nutrisi yang cukup atau tidak.
Dikutip dari WebMD, orang tua sebaiknya tak terlalu khawatir atau bahkan frustrasi apabila mengalami hambatan saat memberi makan si kecil. Sebab, apabila bayi Anda tumbuh dan berkembang secara normal, biasanya tidak ada alasan untuk khawatir.

Berikut 7 Masalah yang Sering Terjadi saat Bayi Memulai MPASI

1. Menolak Makanan
Bayi menolak makanan karena berbagai alasan. Mereka mungkin kenyang, lelah, perhatiannya terganggu atau sakit. Jangan khawatir, bayi akan selalu makan jika lapar.
Jadi jika si kecil memukul sendok, memalingkan muka, atau menutup mulutnya, ia memberitahu Anda bahwa ia sudah kenyang. Pastikan bayi Anda diberi makanan sehat.
ADVERTISEMENT
Cobalah untuk percaya bahwa bayi Anda tahu berapa banyak makanan yang mereka butuhkan dan jangan pernah memberi makan anak Anda secara paksa. Hal itu dapat mengubah waktu makan menjadi waktu 'berkelahi'.
2. Menghindari Makanan Baru
Hampir setiap anak mengalami masa penolakan terhadap makanan baru. Terkadang memerlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk mengenalkan makanan baru.
Bantu bayi Anda menerima makanan baru dengan lebih mudah dengan memastikan makanan baru tersebut terlihat mirip dengan makanan favoritnya yang sudah dikenal. Misalnya bubur wortel dan bubur ubi jalar atau kentang tumbuk dan ubi tumbuk. Kemudian, mulailah dengan porsi yang sangat kecil.
3. Bayi Rewel dan Picky Eater
Ini adalah keluh kesah banyak orang tua. Ada banyak alasan bayi rewel soal makanan. Mereka mungkin sedang tumbuh gigi, lelah, belum siap menerima makanan padat, atau tidak membutuhkan makanan sebanyak yang Anda berikan.
Ilustrasi anak yang diberikan MPASI sesuai usianya. Foto: alice-photo/Shutterstock
4. Tersedak
ADVERTISEMENT
Kebanyakan bayi sudah siap menerima makanan padat antara usia 4 dan 6 bulan, namun beberapa bayi mungkin merasa sulit untuk mengonsumsi makanan padat pada awalnya. Jadi, bayi mungkin seringkali tampak muntah saat menyusu.
Jika bayi Anda kesulitan menelan makanan padat, cobalah mengurangi jumlahnya. Jika bayi Anda masih tersedak, ia mungkin belum siap menerima makanan padat.
5. Membuat Berantakan
Kadang-kadang, waktu pemberian makan disebut "feeding the floor", karena seringkali bayi hanya memainkan makanannya dan menjatuhkannya melantai, bukannya memakannya dengan lahap.
Tanda-tanda klasik kemandirian makan ini sering kali muncul sekitar bulan kesembilan bayi, saat si kecil ingin sekali mengontrol makan dan berinteraksi dengan makanannya.
Meskipun sering kali aksi bayi makan sendiri membuat rumah berantakan, langkah ini penting dalam membantu bayi Anda belajar, tumbuh dan menjadi lebih mandiri.
ADVERTISEMENT
6. Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
Alergi makanan yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini terjadi pada 8% anak-anak dan dapat muncul secara tiba-tiba. Gejala yang muncul mulai dari diare, muntah, ruam, sakit perut hingga gangguan pernapasan.
Bayi sering kali alergi karena mengonsumsi susu, kedelai, telur, gandum, kacang-kacangan dan kerang.
Intoleransi makanan lebih sering terjadi dibandingkan alergi makanan. Meski gejalanya mungkin serupa, intoleransi makanan melibatkan sistem pencernaan bayi, bukan sistem kekebalan tubuh.
Intoleransi makanan yang umum termasuk masalah laktosa, jagung, atau gluten. Gejala intoleransi makanan meliputi gas, kembung, diare, dan sakit perut.
7. Gumoh, Refluks, atau Muntah
Gumoh tampaknya merupakan hal yang lumrah bayi lakukan. Kabar baiknya adalah gumoh cenderung berkurang saat bayi mencapai ulang tahun pertamanya.
ADVERTISEMENT
Anda dapat mengurangi kemungkinan bayi Anda gumoh dengan menyendawakannya secara teratur, menghindari makan berlebihan, menjaga bayi tetap tegak saat Anda menyusu dan menghindari bermain dengan bayi segera setelah makan.
Sementara, refluks adalah ketika isi perut kembali naik ke kerongkongan bayi. Untuk membantu mengatasi refluks, beri makan bayi sedikit lebih sedikit atau lebih lambat setiap kali makan.
Selain itu, menjaga agar mereka tetap tegak setelah menyusui setidaknya selama 30 menit, batasi permainan aktif setelah makan, meninggikan kepala tempat tidur bayi dengan menopang kasur di bawah kepala anak juga bisa mengurangi refluks.
Kemudian muntah. Muntah terjadi ketika lebih banyak makanan menyembur atau keluar dari mulut bayi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal salah satunya sistem pencernaan yang belum matang, infeksi, pengobatan, mabuk perjalanan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Meskipun muntah-muntah biasanya akan membaik dengan sendirinya, hubungi dokter anak jika bayi Anda tampak dehidrasi, muntah-muntah secara terus-menerus atau muntah-muntah selama lebih dari 24 jam.