Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali mitos tentang bayi baru lahir. Mitos-mitos tersebut tidak hanya 'ditakuti' tapi juga terus tumbuh dengan subur.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mitos yang dipengaruhi oleh budaya, Anda juga bisa saja mendengar mitos-mitos yang seolah terkait dengan alasan atau fakta-fakta medis. Bahkan tak jarang, mitos-mitos 'medis' ini jadi sebab timbulnya kesalahpahaman antara orang tua atau keluarga dengan bidan atau dokter yang memeriksa anaknya.
Sebagian dari mitos 'medis' itu adalah 7 mitos yang kumparanMOM (kumparan.com ) rangkum di sini:
1. "Dokter anak bisa membuat pusar si kecil tidak bodong!"
SALAH. Orang tua seringkali mengeluh, posisi pusar bayinya terlalu menyembul keluar atau bodong akibat proses pemotongan tali pusat yang salah pada saat bayi baru lahir. Pada kenyataannya, proses penjepitan dan pemotongan tali pusat bayi Anda pada saat lahir tidak ada hubungannya dengan bagaimana posisi pusarnya kelak.
ADVERTISEMENT
Yang benar, bodong tidaknya pusar si kecil sebenarnya diturunkan secara genetis.
2. "Bayi baru lahir tidak boleh keluar rumah hingga usia 2 minggu."
SALAH. Memang, pada minggu-minggu pertama kehidupannya, bayi masih sangat rentan terhadap berbagai kuman yang ada di sekitarnya. Karena itu tentu saja sangat berbahaya untuk membawa bayi mengunjungi seorang kerabat yang sedang sakit misalnya, atau mengajaknya ke pusat perbelanjaan yang dipenuhi ratusan bahkan ribuan orang yang tentu tidak kita ketahui kondisi kesehatannya masing-masing.
Sekalipun demikian, rentan tidaknya tubuh si kecil tidak ada hubungannya dengan apakah ia berada di dalam atau di luar rumah.
3."Udara dingin membuat bayi pilek."
SALAH. Seperti halnya orang dewasa, bayi akan terkena infeksi saluran napas bagian atas (pilek) hanya jika berdekatan dengan seorang pembawa virus infeksi saluran napas. Jadi selama bayi tetap merasa nyaman, tidak merasa kedinginan (dan berpakaian sesuai), sedingin apapun suhu udara atau ruangan tidak akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya.
ADVERTISEMENT
4. "Bayi yang bersin-bersin atau batuk, pasti pilek!"
BENAR dan SALAH. Batuk dan bersin memang bisa menjadi pertanda si kecil sakit. Namun berbeda dengan orang dewasa, bayi belum bisa melegakan tenggorokannya atau membersihkan sendiri lendiri di hidungnya. Jadi (selain pertanda sakit) bisa saja batuk atau bersinnya itu merupakan mekanisme tubuh untuk melapangkan saluran napasnya dari berbagai kotoran yang menumpuk.
Mekanisme ini umumnya tampak hingga kira-kira usia bayi 2 sampai 3 minggu setelah dilahirkan. Tapi kalau Anda merasa ragu dan khawatir si kecil sakit, segera bawa saja ke dokter ya, Moms.
5. "Suhu tubuh bayi sehat adalah 37 derajat Celsius."
BENAR dan SALAH. Biasanya, orang tua baru merasa bingung saat menemukan suhu tubuh bayinya ada di bawah batas normal suhu tubuh manusia atau 37C. Namun sebenarnya batas suhu normal untuk bayi baru lahir memang lebih luas dibandingkan dengan orang dewasa, Moms.
ADVERTISEMENT
Normalnya, suhu tubuh bayi Anda berkisar antara 36 - 37.5 C. Jadi Anda tak perlu panik dengan turun-naiknya suhu tubuh si kecil kecuali jika Anda mencurigai ia betul-betul sakit. Dan jangan lupa, segera hubungi dokter bila suhu tubuh bayi mencapai 38C.
6. "Bayi tidak dapat melihat."
SALAH. Ketika lahir, sebenarnya perkembangan penglihatan bayi sudah jauh lebih sempurna ketimbang perkembangan organ tubuh lainnya. Walaupun masih samar-samar, si kecil sudah dapat 'melihat' dari jarak tertentu. Misalnya senyum Ibu saat menyusuinya, wajah Ayah saat menggantikan popoknya, juga mainan bergerak di atas boks tidurnya.
Bayi bahkan juga sudah dapat membedakan warna khususnya warna-warna yang kontras seperti hitam dan putih. Kemampuan penglihatan ini akan terus bertambah seiring pertumbuhannya.
7. "Bayi berjerawat karena ibu makan cokelat selama hamil."
ADVERTISEMENT
SALAH. Kebanyakan bayi baru lahir memang memiliki bintik pada kulit yang menyerupai jerawat. Namun ini tidak ada hubungannya dengan makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil. Bahkan hingga kini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan atau mengaitkan efek makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil terhadap kulit bayi yang dilahirkan.
Seperti halnya pusar, tekstur dan jenis kulit si kecil tergantung pada 'warisan' genetik dari Anda dan suami, Moms.