7 Perayaan Unik di Jepang Sebagai Wujud Syukur Kehadiran Anak

25 Oktober 2020 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak Jepang. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak Jepang. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Setiap negara punya tradisi sendiri untuk menunjukkan rasa syukur atas kehadiran dan kesehatan anak. Tak terkecuali di Jepang. Jepang dikenal sebagai negara yang sangat memegang teguh budaya dan tradisi untuk dilakukan di masa moderen seperti sekarang ini Misalnya saja, perayaan untuk anak.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai perayaan unik yang dilakukan oleh orang tua di Jepang sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat Tuhan dan menjadi doa dari orang tua. Hal itu juga dilakukan agar anaknya bisa lebih bahagia di masa mendatang. Lalu, apa saja perayaan-perayaan unik di Jepang tersebut? Berikut kumparanMOM rangkum informasinya untuk Anda.

7 Tradisi Unik di Jepang untuk Kebahagiaan Anak

1. Obi Iwai - Sabuk Kimono

Hari pertama di bulan kelima kehamilan seorang ibu adalah hari di mana dilakukannya ritual yang dinamakan Obi Iwai. Ini adalah upacara mengikat sabuk katun di sekitar perut ibu hamil untuk melindungi bayinya. Orang-orang di Jepang biasannya pergi ke kuil untuk melakukan Obi Iwai dan berdoa memohon kelancaran persalinan serta kesehatan bayi.
ADVERTISEMENT
Hari pertama ini juga disebut 'Hari Anjing' dalam kalender asli Jepang. Dinamai demikian karena anjing diketahui memiliki proses melahirkan dengan mudah. Jadi orang-orang Jepang pada zaman dulu mulai berdoa di hari itu untuk mendapatkan kemudahan selama persalinan. Hingga saat ini, upacara Obi masih terus dilakukan dan dianggap sebagai hadiah pertama yang bisa diberikan ibu kepada anaknya.

2. Oshiciya - Malam Ketujuh Setelah Kelahiran Bayi

Pemberian nama bayi secara resmi di Jepang, bukan pada saat ibu melahirkan bayinya. Tetapi harus menunggu 7 hari dulu untuk mengumumkannya. Ya, pada malam ketujuh setelah kelahiran bayi adalah waktu untuk mengumumkan nama bayi secara resmi kepada keluarga dan kerabat.
Biasanya ayah akan menuliskan nama bayi dan tanggal kelahirannya di selembar kertas putih menggunakan kaligrafi Jepang dan menempelkannya di dinding. Keluarga juga akan merayakan makan makan bersama. Perayaan bernama Oshiciya ini adalah upacara pertama yang dilakukan bayi setelah ia lahir ke dunia.
Boneka Hina ningyo untuk festival Hinamatsuri. Foto: Unsplash

3. Hatsu-Zekku untuk Anak Perempuan

Bagi anak perempuan di Jepang, tanggal 3 Maret pertama dalam hidupnya disebut dengan Hatsu-Zekku atau Hinamatsuri pertama. Himatsuri dirayakan oleh semua anak perempuan di Jepang dan sangat spesial bagi keluarga. Orang tua akan mendekorasi boneka-boneka hina ningyo atau boneka berbentuk perempuan dengan memakai kimono di rumah dan menikmati sajian sushi beraneka ragam dan sake manis Jepang untuk berbagi kegembiraan karena memiliki bayi perempuan.
ADVERTISEMENT
Asal muasal pelaksanaan tradisi ini berasal dari budaya aristokratis selama abad ke-8, dan boneka-boneka hina menunjukkan kehidupan yang elegan dari kaisar dan keluarga bangsawan pada saat itu.

4. Hatsu-Zekku untuk Anak Laki-laki

Bila anak perempuan merayakan perayaan tanggal 3 Maret, berbeda halnya dengan anak laki-laki. Hatsu-Zekku untuk anak laki-laki juga sangat spesial bagi keluarga. Boneka-boneka samurai dengan baju zirah didekorasi di dalam rumah, sementara di luar rumah, keluarga akan memasang koinobori yakni bendera yang berbentuk seperti ikan koi.
Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bawa ada anak laki-laki di keluarga mereka. Ada pula makanan manis yang khusus dibuat pada musim tersebut sebagai simbol untuk memohon agar anak laki-laki tersebut mempunyai kehidupan yang lebih sukses. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-7.
Ilustrasi Isshou Mochi. Foto: TinyTokyo

5. Isshou Mochi - Perayaan Ulang Tahun Pertama Anak

Jika biasanya perayaan ulang tahun identik dengan tiup lilin dan potong kue, beberapa orang tua di Jepang merayakannya dengan cara unik. Ya Moms, mereka membiarkan anaknya berjalan sendiri sambil membawa mochi seberat hampir 2 kilogram di punggungnya. Mochi dianggap sebagai simbol makanan sakral dalam agama Shintoisme.
ADVERTISEMENT
Si kecil memang tidak diwajibkan bisa berjalan membawa mochi, tetapi dengan mencoba membawanya di belakang punggung mereka dengan diikatkan dengan sehelai kain, keluarga ingin memberikan kekuatan suci pada anak-anaknya. Selain itu, bila si kecil jatuh ketika membawanya, artinya kesialan pun akan hilang.

6. Shichi-Go-San untuk Anak Perempuan

Pada usia tiga dan tujuh tahun, anak-anak perempuan merayakan tradisi yang bernama Shichi-go-san. Mereka semua mengenakan kimono formal dan mengunjungi kuil bersama keluarga untuk melakukan doa khusus.
Tradisi ini berasal dari ritual yang dilakukan pada abad ke-8, lalu menjadi populer di masyarakat umum di akhir abad ke-19. Ini adalah salah satu momen terbaik untuk mengambil foto kenang-kenangan keluarga. Sebab, anak-anak perempuan berpakaian dan didandani layaknya seorang putri Jepang.
Ilustrasi anak perempuan pakai kimono. Foto: Pixabay

7. Shichi-Go-San untuk Anak Laki-laki

Sementara untuk anak laki-laki, Shichi-go-san dilakukan pada saat usia si kecil 3 tahun dan 5 tahun. Mereka juga mengenakan kimono formal seperti shogun atau samurai terhormat pada zaman Edo, dan pergi ke kuil bersama keluarga. Persis yang dilakukan oleh anak perempuan saat Shichi-go-san. Bedanya adalah anak laki-laki tidak berdandan, sebagai gantinya, mereka diperbolehkan memegang pedang tiruan.
ADVERTISEMENT