Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
7 Salah Kaprah Pengasuhan yang Mungkin Sering Anda Lakukan
15 Juli 2018 12:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda melakukan evaluasi pada cara pengasuhan Anda selama ini, Moms? Ternyata, evaluasi cara pengasuhan juga penting dilakukan, lho. Ini untuk memastikan kalau cara pengasuhan yang kita pilih dan lakukan tidak salah kaprah.
ADVERTISEMENT
Memang dalam mengasuh, semua orang tua ingin memberi kasih sayang dan kebahagiaan pada anak. Berbagai cara pengasuhan pun ditempuh untuk melakukannya, meski tiap orang tua punya caranya sendiri.
Tapi faktanya apa yang menurut orang tua baik belum tentu berlaku demikian bagi anak. Dilansir Healthy Way, ada cara pengasuhan yang tidak tepat bahkan bisa dikatakan ‘beracun’ karena membawa dampak buruk pada anak mulai dari bisa melukai fisik hingga psikis anak.
Sayangnya, banyak orang tua yang melakukan cara pengasuhan ini bahkan tidak menyadarinya. Lalu, apa saja tanda jika Anda termasuk orang tua ‘beracun’ yang mengancam anak? Yuk, kenali tanda-tandanya:
1. Selalu Ingin yang Didengar dan Dimengerti
Coba ingat-ingat, apakah Anda memposisikan diri sebagai seorang yang jadi pusat utama saat bersama anak? Anda menghadapi anak dengan sudut padang sebagai Anda bukan ia. Dampaknya, Anda selalu ingin anak Anda mendengar dan mengerti apa yang Anda mau.
ADVERTISEMENT
2. Menuntut Anak selalu Patuh
Memang wajar bila orang tua berharap anaknya patuh dan menurut dengan apa-apa yang dikatakannya. Tapi bila Anda sampai menganggap sikap membantah anak sebagai bentuk kenakalan yang tidak bisa ditolerir, ini bisa jadi ‘racun’ yang berbahaya juga!
Anak juga perlu diberi ruang untuk bersuara, Moms. Bila Anda selalu menuntut anak untuk untuk patuh tanpa kompromi, bukan saja jadi pembangkang tapi anak bisa tumbuh membenci orang tuanya karena merasa tak dihargai atau tak dianggap suaranya.
3. Gagal Menyediakan Rasa Aman
Apakah anak Anda terlihat seolah tak betah di rumah? Bisa jadi, akibat Anda sebagai orang tua yang tak berhasil menyediakan rasa aman bagi anak. Misalnya saja, Anda yang sering memarahinya, sering bertengkar dengan pasangan, hingga sering menghakimi anak.
ADVERTISEMENT
4. Tidak Mengajak Bicara
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak ialah ketika komunikasi terjalin baik. Ini penting sekali, Moms!
Komunikasi dapat terjadi baik bila antar anggota keluarga saling terbuka dengan pendapat, saling memberi kesempatan bicara, tidak enggan mengungkapkan rasa sayang bahkan sekadar kerap bertukar sapaan hangat yang ditunjukkan setiap waktu.
Sebaliknya, bila Anda tidak pernah mengajak anak berbicara dari hati ke hati, hanya bicara kalau ingin memerintah atau memberi instruksi pada anak saja atau jarang mengungkapkan rasa sayang bisa jadi racun bagi tumbuh kembang anak. Bukan saja secara fisik, tapi juga mental.
5. Memberi label dan Suka Membanding-bandingkan
Perilaku lain orang tua yang bisa jadi ‘racun’ bagi anak ialah seringnya melabeli dan membanding-bandingkan. Kebiasan Anda menjulukinya, si bandel, si nakal, si tukang tidur atau lainnya bisa berdampak negatif, lho.
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali, membanding-bandingkan dengan anak-anak lain (termasuk kakak atau adiknya) yang Anda katakan lebih pintar, penurut, atau rajin juga tak baik. Misalnya bilang, "Kamu nakal banget, enggak kayak sepupu kamu yang nurut dan pintar!" atau "Masak gitu aja nggak bisa? Adik kamu aja bisa, tuh!"
Jika Anda terus-menerus melakukannya, ‘racun’ berupa rasa rendah diri, tidak dihargai, bahkan rasa dengki dan sakit hati dapat tumbuh subur pada anak dan bisa sangat membahayakan.
6. Suka Menyalahkan Anak
Barangkali niat Anda mengomentari atau mengkritisi apa yang dilakukan anak. Tapi, ujung-ujungnya Anda fokus menyalahkan si kecil bukan pada perbaikan yang bisa bersama dilakukan.
Misalnya dengan bilang, "Gara-gara kamu, kita jadi telat!" atau "Kamu sih, bangunnya kesiangan!" Padahal, Anda bisa mengatakan, "Wah, kita terlambat, nih. Besok, bangun lebih pagi ya, Nak!" yang tetap bisa menyampaikan pesan sama pada anak tapi jauh lebih positif.
ADVERTISEMENT
7. Mengungkit-ungkit
Meski maksudnya mengingatkan atau membuat anak berpikir, kebiasaan mengungkit-ungkit kesalahan atau apa yang telah Anda beri ke anak bisa ‘beracun’ Moms. Misalnya, ketika anak menghilangkan mainan, Anda tak hentinya mengungkit mahalnya harga dan payahnya Anda mendapatkannya.
Waspada Moms, introspeksi dan evaluasi cara pengasuhan Anda agar malah tak jadi ‘racun’ bagi anak dan agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal.