8 Cara Membantu Korban KDRT

30 September 2022 20:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cara Membantu Korban KDRT. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Cara Membantu Korban KDRT. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Moms, sering kali kita tidak tahu bagaimana caranya menolong seseorang yang sedang mengalami atau diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena khawatir salah berucap atau bertindak. Namun, kekhawatiran tersebut jangan sampai membuat kita akhirnya tidak berbuat apa-apa. Padahal bisa jadi bantuan tersebut dapat menyelamatkan hidup seseorang.
ADVERTISEMENT
Korban KDRT bisa jadi merasa kesepian, terisolasi, dan hidup penuh ketakutan. Terkadang sekadar menanyakan kabar dan memastikan korban tahu bahwa kita siap membantu jika dibutuhkan akan sangat berarti dan memberikan perasaan lega untuk korban.
Lantas, apa sih yang bisa kita lakukan untuk membantu korban KDRT? Dikutip dari Verywell Mind, beberapa cara ini bisa dilakukan untuk membantu seseorang yang sedang dalam situasi tersebut.

Bagaimana Caranya Membantu Korban KDRT?

1. Luangkan Waktu
Luangkan waktu untuk mengobrol dengan korban KDRT. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Jika Anda memutuskan untuk menghubungi korban kekerasan, lakukanlah ketika situasinya sedang tenang. Jangan melibatkan diri ketika situasi memanas, karena hal tersebut bisa membahayakan diri sendiri. Pastikan kita menyediakan waktu yang cukup luang. Sehingga ketika korban memutuskan untuk menceritakan ketakutan dan kekhawatirannya, kita tidak terburu-buru karena harus mengerjakan hal lain.
ADVERTISEMENT
2. Membuka Obrolan
Moms, kita bisa membuka obrolan dengan mengatakan "Aku khawatir akan kondisi kamu karena.." atau "Aku cemas dengan keselamatan kamu.." atau "Aku melihat perubahan sama kamu yang bikin aku khawatir.."
Mungkin, kita melihat seseorang yang kita curigai mengalami kekerasan tiba-tiba memakai pakaian tertutup atau syal untuk menutupi lebam atau ia tiba-tiba menunjukan sikap yang tidak biasa dan jadi lebih pendiam. Keduanya bisa menjadi tanda bahwa telah terjadi kekerasan.
Pastikan korban tahu bahwa kita bisa menanggapi dengan bijak mengenai apa yang akan diceritakannya. Perlu diingat ya Moms, jangan memaksa korban untuk cerita, biarkan korban bercerita ketika ia sudah nyaman.
3. Dengarkan Tanpa Menghakimi
Jika korban memutuskan untuk bercerita, dengarkan ceritanya tanpa menghakimi, menasihati, atau memberi solusi. Jika kita menjadi pendengar yang baik, korban akan menyampaikan apa yang ia betul-betul butuhkan. Berikan korban kesempatan untuk berbicara sampai ia merasa lega.
ADVERTISEMENT
Kita boleh bertanya, namun sifatnya hanya untuk mengklarifikasi. Sebisa mungkin biarkan korban meluapkan perasaan dan ketakutannya. Karena bisa jadi kita adalah orang pertama yang korban percaya lho, Moms.
4. Perhatikan Tanda Kekerasan
Perhatikan tanda kekerasan. Foto: otnaydur/Shutterstock
Banyak korban berusaha untuk menutupi kekerasan karena berbagai alasan, dengan memperhatikan tanda-tandanya bisa memudahkan kita untuk membantu mereka.
Tanda kekerasan fisik bisa berupa mata lebam, bibir sobek, warna biru atau kemerahan pada leher, pergelangan tangan terkilir dan bekas lebam di lengan.
Tanda kekerasan emosional bisa berupa perasaan tidak berharga, takut salah dan menjadi sangat penurut, terlihat ketakutan, perubahan ekstrem dalam pola makan dan tidur, perasaan cemas, ketergantungan obat penenang, menunjukan tanda depresi, hilang semangat dalam beraktivitas atau hobi, atau bicara tentang bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Korban kekerasan juga bisa menunjukkan perilaku tertentu seperti menarik diri, menjaga jarak, sering tiba-tiba membatalkan janji, sangat tertutup mengenai kehidupan pribadinya atau mengisolasi diri dari teman dan keluarga.
5. Berpihak Kepada Korban Kekerasan
Umumnya KDRT lebih cenderung kepada relasi kuasa pelaku terhadap korban daripada amarah. Tidak jarang hanya korban yang bisa melihat sisi gelap tersebut. Sering kali, orang lain pun tidak menyangka bahwa pelaku dapat melakukan kekerasan tersebut.
Karena itu, korban sering merasa tidak akan ada orang yang percaya bahwa ia telah mengalami kekerasan. Moms, penting untuk kita memilih percaya kepada korban dan memastikan korban tahu bahwa kita mempercayainya. Memiliki orang yang mengetahui penderitaannya, akan memberikan secercah harapan dan perasaan lega bagi korban.
ADVERTISEMENT
Katakan kepada korban, "Aku percaya kamu" atau "Ini bukan salah kamu" atau "Kamu tidak layak diperlakukan seperti ini".
6. Validasi Perasaan Korban
Validasi perasaan korban. Foto: TORWAISTUDIO/Shutterstock
Perasaan korban terhadap pasangan dan situasi yang terjadi seringkali membuat korban KDRT mengalami konflik batin. Perasaan tersebut bisa berupa marah namun merasa bersalah, putus asa namun berharap keadaan akan lebih baik, atau takut namun masih cinta.
Jika kita ingin membantu, sangat penting untuk kita memvalidasi perasaan korban dengan mengatakan bahwa konflik batin tersebut adalah normal ia rasakan. Namun tak kalah penting untuk kita meyakinkan korban bahwa kekerasan tidak dapat dibenarkan, dan hidup dalam ketakutan mengalami kekerasan fisik bukanlah hal yang wajar.
Beberapa korban kekerasan mungkin tidak menyadari bahwa situasinya tidak normal karena mereka tidak mempunyai referensi hubungan yang sehat, sehingga berangsur korban menjadi 'terbiasa' dengan siklus KDRT. Katakan kepada korban bahwa kekerasan bukanlah bagian dari relasi yang sehat. Tanpa menghakimi, yakinkan mereka bahwa mereka dalam situasi yang berbahaya dan kita mengkhawatirkan keselamatan korban.
ADVERTISEMENT
7. Tawarkan Bantuan yang Spesifik
Moms, kita bisa membantu korban dengan mencarikan nomor hotline pengaduan, nomor kantor polisi terdekat, rumah aman, pengacara, konselor, support group atau informasi lain mengenai bantuan untuk korban KDRT atau bahkan informasi mengenai payung hukum terkait dengan permohonan perlindungan diri dan anak.
Hal terpenting adalah memastikan korban tahu bahwa kita ada jika mereka membutuhkan bantuan. Tawarkan diri jika korban ingin butuh ditemani ketika ingin melapor ke pihak berwajib.
Beritahu korban bahwa ia juga menghubungi SAPA 129 (021-129) dan hotline 081111129129 sebagai layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan dan anak dari KemenPPPA yang dapat diakses oleh semua kalangan di seluruh Indonesia.
8. Bantu Korban Membuat Rencana Aman
Dengan membuat safety plan atau rencana aman, kita bisa membantu korban menyelamatkan diri jika kekerasan terjadi lagi sehingga korban bia memvisualisasikan apa yang ia butuhkan dan menyiapkan mental untuk melaksanakannya, misalnya:
ADVERTISEMENT
- Di mana tempat yang aman ketika situasi darurat dan korban ingin meninggalkan rumah
- Alasan untuk keluar dari rumah jika korban sedang merasa terancam
- Kalimat kode yang bisa dipahami keluarga atau teman jika korban membutuhkan bantuan, tas darurat berisi uang, dokumen penting, peralatan mandi, kunci dan pakaian ganti
- Daftar nomor penting seperti rumah aman, kantor polisi terdekat, keluarga atau teman yang bisa korban percaya
Moms, perlu diingat untuk selalu berhati-hati dalam membantu korban KDRT agar bantuan kita tidak menjadi pemicu amarah pelaku dan pada akhirnya membahayakan korban dan diri kita sendiri.