9 Hal yang Jadi Kekhawatiran Ayah Milenial

12 November 2019 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ayah dan anak perempuannya - POTRAIT Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ayah dan anak perempuannya - POTRAIT Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ayah yang lahir di tahun 1980-2000 atau yang kerap disebut ayah milenial, secara perlahan tampaknya ingin menghapus anggapan bahwa tugas ayah tidak hanya mencari nafkah saja. Para ayah masa kini ingin menunjukkan bahwa peran mereka juga sama pentingnya seperti ibu dalam mengasuh anak.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, sama halnya dengan ibu, ayah juga punya kekhawatiran tersendiri. Salah satu kekhawatiran mereka adalah takut tumbuh kembang anaknya tidak bisa berjalan maksimal tanpa kehadiran dari ayah.
Terkait hal itu, kumparanMOM bertanya pada 9 orang ayah milenial di Jabodetabek, kira-kira apa sih, kekhawatiran mereka sebagai ayah?
Kesehatan Anak
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
Kesehatan anak tampaknya jadi kekhawatiran utama banyak ayah. Mereka sangat takut bila putra-putrinya harus terbaring lemah di atas kasur. Oleh karena itu, sebisa mungkin para ayah milenial melakukan segala hal yang terbaik untuk mencegah berbagai penyakit yang bisa menyerang anak-anaknya, Moms. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Ega Krisma. Ayah dari Aurora (3,5) ini mengaku selalu membawa tisu basah bila bepergian bersama putrinya tersebut, agar kebersihannya tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
"Aku sangat khawatir terhadap kesehatannya, termasuk apa yang dia makan dan kebersihannya. Aku sangat prefer banget tisu basah. Aku selalu bawa kemana-mana. Itu penting banget. Aku enggak tahu apakah orang lain seperti itu atau tidak. Itu paling utama, apalagi kalau lagi sama anak. Kebersihan aku paling utama. So far aku lakuin itu, anakku sehat bener-bener enggak pernah sakit", ujar Ega.
Aditya Panji yang merupakan ayah dari Rumi Arkadewi yang saat ini berusia 3,5 bulan juga mengaku khawatir terhadap kesehatan anaknya yang masih terbilang belia itu. Ia sebisa mungkin melengkapi jadwal imunisasi anak untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya yang bisa menimpa putri kecilnya itu.
"Kesehatan itu penting. Ada kekhawatiran soal kesehatan dan kebersihan di rumah. Gue sama istri bener-bener jaga kebersihan untuk menghindari penyakit-penyakit yang tidak diinginkan. Itu juga kenapa ambil imunisasi, gue riset soal imunisasi. Imunisasi apa yang harus gue ambil, ada yang wajib dan ada yang disarankan. Apakah gue harus ambil yang disarankan ini, bila gue ambil apa kelebihan dan kekurangan. Karena kakak gue yang pertama meninggal akibat meningitis, jadi pas tau imunisasi PCV buat meningitis, gue langsung bilang ini ambil sama istri," kata Ayah Adit, sapaan akrabnya.
ADVERTISEMENT
Ayah Michael Agustinus pun khawatir terhadap hal yang sama, Moms. Ia sangat khawatir terhadap kesehatan putri kecilnya Leona yang kini berusia 15 bulan.
"Pertama khawatir terhadap kesehatannya. Kalau anakku berat lahirnya kurang karena dia sempat dua kali masuk rumah sakit, karena produksi sel darah merahnya kurang jadi sering ke rumah sakit. Itu jadi pusing. Dia batuk aja langsung khawatir, bayi kalau batuk itu kan kasian dan paling repot ya dia enggak bisa ngeluarin dahak, enggak bisa mengeluarkan ingus sendiri, dia enggak bisa tidur jadinya," katanya.
Takut Anak Mati
Sindrom kematian mendadak bayi belum diketahui penyebab pastinya Foto: Shutterstock
kepada kumparanMOM, ayah Gadi Kurniawan Makitan (30) mengaku sangat takut bila anaknya yang bernama Banyu yang saat ini berusia 2 bulan mengalami kematian saat baru dilahirkan, Moms. Ini karena bayi yang baru lahir rentan mengalami SIDS yaitu Sindrom Kematian Bayi Mendadak secara tidak terduga tanpa alasan yang jelas.
ADVERTISEMENT
"Kekhawatirannya dia tiap tahap, pas newborn itu takut dianya mati. Misalnya dia gumoh, aku takut, dia nangis semalaman, takut. Di minggu-minggu awal tuh akut takut keselamatannya dia bisa survive enggak. Pokoknya muncul aneh dikit pasti takut, setelah sebulan itu hampir masuk dua bulan udah enggak terlalu khawatir. Pas awal gendong aja khawatir," ujar Gadi.
Tumbuh Kembang Anak
Ilustrasi Klinik Tumbuh Kembang Anak. Foto: Shutter Stock
Hampir semua ayah milenial yang diwawancarai kumparanMOM mengaku khawatir terhadap tumbuh kembang anaknya. Mereka khawatir anak-anaknya tidak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan perkembangan anak normal pada umumnya. Mereka juga khawatir tidak bisa memfasilitasi anak dengan baik dalam hal mendukung tumbuh kembangnya.
Pergaulan Anak
Ilustrasi anak bermain. Foto: Shutterstock
Semua ayah juga khawatir terhadap pergaulan anak-anaknya, Moms. Sebisa mungkin ayah menjaga putra-putrinya agar tidak terpapar dengan hal-hal yang buruk seperti perkataan yang kasar atau terjebak dalam pergaulan bebas di kemudian hari. Meski begitu, ayah juga dilema. Sebab ayah tentu tidak bisa hadir 100 persen mendampingi putra-putrinya berada di luar rumah. Berikut diantaranya beberapa pengakuan ayah terkait hal ini:
ADVERTISEMENT
"Yang paling khawatir adalah pergaulan. Kadang makanya orang tua tuh effort nyari sekolah mahal lingkungan rumah yang lebih mahal juga. Pengalaman saya hidup di kampung gitu dengan orang-orang yang terbatas, karena pendidikannya yang terbatas saat mereka berkembang jadi orang dewasa pun jadi orang tua yang kurang mendidik anak-anaknya, mereka banyak bicara kasar atau ngomongnya enggak pantas," kata Suci Prasetyo Seto, ayah dari Ratih yang saat ini berusia 8 tahun.
anak dan ayah Foto: Shutterstock
"Ketakutan menghadapi masyarakat sosial, bullying pasti dia akan hadapi itu, dan bagaimana cara dia bersosialisasi dengan orang, soal pergaulan lah, tau lah pergaulan sekarang ini," kata Ayah Pandhu Wiguna (30).
"Sama khawatir terhadap pergaulannya ya, kan sekarang pergaulan sekarang lebih keras dan terbuka," kata Achmad Maulana yang merupakan ayah dari Narita.
ADVERTISEMENT
"Jakarta tuh bukan cuma bahaya polusi juga ya, tapi juga bahaya di bersosialnya ya. Orang-orang Jakarta tuh individualistis, itu kenapa jadi tantangan berat buat orang tua," kata Adit.
"Kalau untuk sekarang lebih pada pergaulan ya. Karena impact dari pergaulan itu bener-bener mempengaruhi masa depan dia ya," kata Rizki, ayah dari Raisa (4,5)
Tidak Bisa Hadir Sepenuhnya untuk Anak
ayah dan anak perempuannya Foto: Shutterstock
Sebagai ayah yang bekerja tentu ada rasa kekhawatiran tidak bisa hadir sepenuhnya mendampingi istri dalam mengasuh atau bermain bersama anak, Moms. Sehingga ayah sadar betul, waktu bersama anak momen yang sangat berharga.
"Bagaimana gue sebagai ayah punya banyak waktu ke Rumi. Karena pengin aja berlama-lama sama anak. Terus kalau pagi dia lihat bangun, misalnya yang tadinya mau berangkat kantor cepat nih tapi ternyata enggak bisa karena harus mandiin dulu, gantiin bajunya dulu makein popok dulu dan segala macam. Itu momen-momen yang menurut gue bukan cuma di 3 bulan ini aja, tapi seterusnya sampai nanti dia besar. Karena gue juga bekerja ada stresnya, kadang sampai rumah juga capek, sampai sekarang tapi pas pulang lihat Rumi kadang gue bangunin demi main sama dia. Bini gue untungnya enggak keberatan dengan bangunin dia. Karena Rumi tidurnya gampang. Waktu itu kaitanya dengan belajar, main gitu sih," kata Aditya.
ADVERTISEMENT
Berat Badan Anak
Ilustrasi timbangan berat badan naik. Foto: Shutter Stock
Berat badan yang kurang ternyata juga menjadi salah satu kekhawatiran ayah milenial, Moms. Ayah khawatir berat badan anak yang rendah bisa mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang si kecil di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak dengan berat badan kurang berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan yang harus diwaspadai.
"Aku khawatir karena pas lahir dia kecil ya, 1,8 kilogram. Dia BBLR dan sampai sekarang belum ngejar berat badannya. Sekarang tumbuh kembangnya agak terhambat. Anak yang seusia dia harusnya sudah merangkak, dia masih belum," ujar Achmad Maulana.
Ilustrasi anak dan ayah. Foto: Pixabay
Anak Bingung Terhadap Pola Asuh
Aditia Noviansyah yang merupakan ayah dari Naira Priscilla Noviansyah (5) dan Arsyanendra Aksara Noviansyah (3) mengaku bahwa ia khawatir anak-anaknya akan kebingungan terhadap pola asuh yang diterapkan oleh keluarganya, Moms. Ini lantaran Aditia masih tinggal satu atap bersama mertuanya. Pola asuh yang diterapkannya bersama istri tidak sejalan dengan pola asuh yang diterapkan oleh nenek atau kakeknya di rumah.
ADVERTISEMENT
"Bedanya orang tua sama eyangnya, kalau gue sebagai orang tua untuk ngajarin nabung dan investasi. Sedangkan mertua gue jor-joran ngasih apa pun, ngasih mainan apa pun. Dimanjakan banget. Tiap minggu ada gerobak yang lewat dan itu dia pasti akan di sana. Gue jadinya merasa ini salah nih. Gue udah bilang sama mertua jangan dituruti, tapi namanya kakek dan nenek. Gue enggak setuju sama yang kaya gitu-gitu," kata Ayah Aditia.
Ilustrasi kebingungan karena masalah keuangan Foto: Shutterstock
Keuangan
Ayah Pandhu sangat khawatir terhadap keuangan keluarganya, Moms. Bagaimana pun menurut ayah dari Gala (2) ini, tanpa uang kebutuhan anak seperti pendidikan salah satunya tidak bisa terpenuhi dengan baik. Tanpa uang juga menurutnya anak tidak bisa mendapat akses pendidikan atau sekolah yang layak bagi putra kecilnya itu.
ADVERTISEMENT
"Sebagai ayah pasti khawatir soal finansial ya, karena pendidikan kan butuh biaya ya. Sekarang pendidikan tiap tahun inflasinya tinggi banget," kata Pandhu.
anak main gagdet Foto: Shutterstock
Gadget
Pro kontra terhadap penggunaan gadget untuk anak terjadi pada ayah milenial, Moms. Ada ayah yang tidak masalah anak diberikan gadget karena dampaknya tidak selalu buruk selama penggunaannya dibatasi. Namun ada juga ayah yang melarang keras pemberian gadget untuk anak-anaknya karena gadget memang tidak memberikan dampak yang baik terhadap diri anak.
"Jadi kekhawatiran buat anak saya soal pengaruh gadget. Sekarang gadget sudah mempengaruhi tumbuh kembang anak, ketika anak misalnya rewel dikasih gadget terus anak diam. Takutnya terlalu ketergantungan terhadap gadget. Soal lingkungan juga, jadi dia takut enggak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena dia ketergantungan sama gadget," ujar Erandhi Hutomo, ayah dari Gendhis yang berusia 11 bulan.
ADVERTISEMENT
"Khawatir dari sisi medium yang dia tonton, entah itu dari youtube atau tv itu juga mempengaruhi pola pikir dan tumbuh kembang dia seperti itu. Misalnya dia nonton cinta-cintaan sebelum usianya, itu sih kekhawatiran dia," kata Rizki.
"Aku enggak larang anak main gadget, walaupun ada kekhawatiran, tapi sekarang gini ya. Anak sekarang gimana menghindari gadget karena dia dari lahir aja udah direkam sama bapak ibunya. Jadi dia anak yang generasinya sudah terpapar sama itu, jadi sebenarnya enggak semua gadget itu buruk," kata Pandhu.