Ahli: 1 dari 3 Anak di Indonesia Mengalami Anemia Defisiensi Besi

21 September 2023 17:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahli: 1 dari 3 Anak di Indonesia Mengalami Anemia Defisiensi Besi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ahli: 1 dari 3 Anak di Indonesia Mengalami Anemia Defisiensi Besi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tahukah Moms, zat besi merupakan salah satu komponen nutrisi yang penting didapat oleh anak. Kekurangan zat besi bisa berdampak pada tumbuh kembang anak, karena berpengaruh langsung pada sistem saraf pusat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya saat ini di Indonesia banyak anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi atau anemia defisiensi besi (ADB). Bahkan menurut Dokter spesialis gizi klinik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami ADB.
Padahal, kebutuhan zat besi cukup vital, terutama pada periode kritis kehidupan anak yakni masa kanak-kanak awal dan remaja. Zat besi ini dibutuhkan, salah satunya untuk perkembangan sistem saraf pusat.
"Berbagai proses yang melibatkan perkembangan persarafan yang nantinya akan terlibat dalam proses belajar dan memori seorang anak terjadi saat masa-masa kehidupan seorang anak di awal," jelas Dokter Juwita dalam acara Webinar Bicara Gizi Danone, Rabu (20/9).
Menurut Dokter Juwalita, zat besi juga ikut berperan sebagai co-faktor berbagai enzim. Hal itu nantinya terlibat dalam pembentukan selubung saraf serta neurotransmitter yang memiliki peran penting dalam sistem saraf. Sistem ini penting, sebab sebagai pengontrol setiap aktivitas manusia.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada studi tahun 2017, ditemukan bahwa anemia defisiensi besi bisa menjadi gejala tunggal pada kondisi alergi susu sapi. Studi itu juga menyebutkan, pada anak di bawah empat tahun yang mengalami anemia defisiensi besi, ternyata sebanyak 13,7 persennya mengalami alergi protein susu sapi.
"Sehingga kita juga perlu mempertimbangkan ketika menemui anak dengan anemia defisiensi besi apakah ada kemungkinan alergi susu sapi atau tidak," ujar Dokter Juwalita.
Zat besi sebetulnya dibutuhkan karena akan mempengaruhi bagaimana seorang anak berperilaku, memengaruhi juga proses belajar anak serta memorinya.
"Kita bisa bayangkan bahwa ketika anak kekurangan zat besi maka seluruh proses ini bisa saja terganggu," katanya.
Oleh karena itu, kata Dokter Juwalita, anak-anak yang telah terbukti secara klinis mengalami alergi susu sapi maka hal yang bisa dilakukan pertama yakni mengeliminasi atau menghindari susu sapi terlebih dulu.
ADVERTISEMENT
"Tapi jangan sampai anak mengalami kekurangan nutrisi sehingga memastikan bahwa anak-anak mendapatkan seluruh nutrisi yang diperlukan menjadi hal penting," tutup Juwita.
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutter Stock

Bahaya Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Dikutip dari WebMD, anemia defisiensi besi terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah. Padahal fungsi sel itu untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Tubuh membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin, protein yang membantu sel darah merah membawa oksigen. Saat zat besi yang dibutuhkan kurang, anak bisa mengalami gejala seperti lelah, lemah, kulit pucat atau kuning, sesak napas, pusing dan sakit kepala.
Anak juga bisa mengalami detak jantung cepat atau tidak teratur, nyeri dada, kaki dan tangan dingin, kuku rapuh, rambut rontok, pika (ingin mengonsumsi hal-hal selain makanan, seperti tanah liat, pasir atau batu) dan sakit pada lidah.
ADVERTISEMENT

Jenis Anemia pada Anak

- Anemia defisiensi besi. Ketika tidak ada cukup zat besi dalam darah.
- Anemia megaloblastik. Hal ini terjadi ketika sel darah merah terlalu besar akibat kekurangan asam folat atau vitamin B-12.
- Anemia hemolitik. Ketika sel darah merah hancur, biasanya karena infeksi serius atau pengobatan tertentu.
- Anemia sel sabit. Jenis anemia yang diturunkan dimana anak mempunyai sel darah merah yang bentuknya tidak normal.
- Anemia Cooley (talasemia). Suatu bentuk anemia bawaan yang berbeda dengan sel darah merah yang abnormal.
- Anemia aplastik. Ketika sumsum tulang anak gagal membuat sel darah.