Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.81.0
Ahli: Makin Banyak Masalah Mata yang Dialami Anak di Era Modern
18 Juni 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Meski demikian, masalah mata termasuk salah satu risiko kesehatan yang sering terjadi pada anak, apalagi di era modern seperti saat ini, di mana gadget makin tak terpisahkan dengan manusia.
Lantas, apa saja sih masalah kesehatan mata yang kerap terjadi pada anak?
Masalah Mata yang Sering Dialami Anak
Menurut Optometris (tenaga kesehatan yang membidangi kelainan mata) Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO masalah kelainan refraksi jadi kasus yang paling banyak ditemukan. Kelainan refraksi yakni mata minus, mata silinder, rabun jauh ataupun pandangannya berbayang.
Selain itu, ada juga kondisi disebut sebagai mata malas pada anak. Mata malas terjadi dikarenakan ketimpangan ukuran antara mata kanan dan mata kiri.
"Jadi misalnya yang ukuran mata kanannya minus satu, ukuran mata kirinya minus lima. Jadi secara umum masalah mata yang kadang-kadang terjadi adalah mata yang minus tinggi itu tidak bekerja secara maksimal gitu, jadinya mata males," kata Andri dalam acara Media Briefing Kampanye "PERMADANI” di Jakarta Selatan, Kamis (13/6).
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, mata anak juga bisa mengalami masalah apabila sering dikucek. Mata yang terlalu sering dikucek akan berubah menjadi merah. Kemudian anak yang terlalu banyak main gadget juga bisa mengalami masalah pada matanya.
Dokter Andri mengatakan jumlah orang yang mengalami mata minus akan semakin banyak. Anak-anak masuk ke dalam kategori potensi orang dengan mata minus.
"Ada riset yang mengatakan diprediksi di tahun 2050 pun kemungkinan 50% dari penduduk dunia termasuk Indonesia juga akan mengalami mata minus dan silinder," ungkapnya.
Riset tersebut menunjukkan ada beberapa faktor utama penyebab mata minus. Selain aktivitas jarak dekat dalam waktu lama, seseorang yang jarang memeriksa mata juga berpotensi mengalami mata minus.
Di sisi lain, risiko penyakit-penyakit mata yang dapat mengakibatkan kebutaan pada seseorang juga akan semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
"Jadi misalnya ablasio retina, jadi retinanya lepas hingga mengakibatkan kebutaan. Terus meningkatkan risiko penyakit glukoma, di mana tekanan bola matanya makin tinggi sehingga dapat menyebabkan kebutaan juga itu makin tinggi," pungkas Andri.