Air Liur Berlebihan pada Anak, Kapan Perlu Diwaspadai?

18 Januari 2024 19:21 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Air Liur Berlebihan pada Anak, Kapan Perlu Diwaspadai?  Foto: Marina Demeshko/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Air Liur Berlebihan pada Anak, Kapan Perlu Diwaspadai? Foto: Marina Demeshko/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moms, bayi biasanya masih mengeluarkan air liur atau ngiler hingga usia 19 bulan. Meski air liur terlihat sebagai hal biasa, namun Anda perlu waspada apabila si kecil tetap ngiler berlebihan hingga usia 4 tahun.
ADVERTISEMENT
Sialorrhea atau hipersalivasi, biasanya terjadi pada anak-anak dengan kelainan neurologis dan anatomi. Sialorrhea adalah sekresi mulut atau air liur yang berlebihan. Anak-anak biasanya menghasilkan hingga 1,5 liter air liur per hari, namun anak-anak dengan hipersalivasi dapat menghasilkan hingga 5 liter. Kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak yang memproduksi air liur dalam jumlah rata-rata, namun tidak dapat menelan dengan baik.

Hingga kini telah ditemukan dua jenis sialorrhea:

Sialorrhea anterior atau yang biasa disebut dengan air liur. Air liur berlebih akan tumpah ke wajah hingga pakaian. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada perawatan dan kebersihan kulit. Karena itu, anak dengan sialorrhea anterior kemungkinan juga mengalami masalah dalam bersosialisasi.
Kemudian sialorrhea posterior adalah air liur yang tumpah ke saluran napas anak, bukannya tertelan. Bentuk hipersalivasi ini menyebabkan iritasi paru-paru kronis hingga dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Ilustrasi anak. Foto: PANNARUJ SIRAPOTHIVONG/Shutterstock

Apa Penyebab Sialorrhea atau Air Liur Berlebihan?

Dikutip dari WebMD, sialorrhea pada anak seringkali disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya. Kondisi yang mempengaruhi otak bisa menyebabkan berkurangnya kontrol otot, terutama di sekitar mulut dan tenggorokan. Hal ini menyebabkan kesulitan menelan air liur dan mengakibatkan air liur berlebihan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hingga 58% anak-anak dengan Cerebral Palsy juga menderita sialorrhea.
ADVERTISEMENT
Tingkat keparahan sialorrhea biasanya bergantung pada tingkat keparahan penyakit yang mendasarinya. Misalnya, jika cedera otak tidak memburuk seiring berjalannya waktu, air liur yang berlebihan juga tidak akan bertambah parah.
Sialorrhea juga terjadi pada anak dengan kelainan anatomi yang menyebabkan kesulitan fisik dalam menelan. Penyebab hipersalivasi mungkin termasuk:
Ilustrasi anak. Foto: BonNontawat/shutterstock
-Lidah yang besar
-Rahang yang kurang sempurna
-Tenggorokan yang kurang sempurna
-Celah pada bibir, langit-langit, atau laring
Air liur berlebih juga bisa disebabkan karena tubuh anak terlalu banyak memproduksi air liur atau lendir dibandingkan ketidakmampuannya menelan. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi neurologis atau pernapasan lainnya atau sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu.

Apa Gejala Sialorrhea?

Anak-anak dengan sialorrhea anterior terlihat mengeluarkan air liur yang biasanya disertai dengan pakaian basah. Jika ngilernya parah, seprai anak juga bisa basah ketika mereka tidur.
ADVERTISEMENT
Air liur yang terus-menerus dapat menyebabkan ruam pada wajah dan kerusakan kulit di sekitar mulut dan dagu. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan nyeri.
Anak-anak dengan sialorrhea mungkin juga mengalami dehidrasi ringan, kesulitan berbicara, dan masalah makan sebagai efek samping dari air liur yang terus-menerus keluar.
Sementara, anak-anak dengan sialorrhea posterior mungkin memiliki gejala yang lebih serius akibat iritasi paru-paru kronis dan penyumbatan saluran napas. Gejalanya bisa meliputi tersedak, batuk, tersedak, muntah hingga kesulitan bernapas.
Ilustrasi bayi. Foto: MIA Studio/Shutterstock

Bagaimana Sialorrhea Diobati?

Perawatan sialorrhea bisa dilakukan dengan minum termasuk obat, suntik botox, prosedur pembedahan, hingga pelatihan motorik.
-Obat-obatan
Dokter mungkin meresepkan obat oral untuk mengurangi produksi air liur atau memperlancar saluran napas anak. Efek samping obat ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan atau menyebabkan komplikasi kesehatan lainnya. .
ADVERTISEMENT
-Suntikan toksin botulinum atau botox
Penelitian menunjukkan bahwa toksin botulinum atau botox dapat dengan aman mengobati sialorrhea pada anak-anak. Dokter dapat mengurangi produksi air liur selama kurang lebih 4 bulan dengan menyuntikkan botox ke dalam kelenjar ludah.
-Prosedur operasi
Ada banyak operasi untuk pengobatan sialorrhea. Biasanya, tindakan ini melibatkan pengangkatan atau pemutusan beberapa kelenjar ludah dari mulut anak. Dengan mengurangi produksi air liur secara permanen, beberapa operasi dapat mengobati air liur berlebihan secara kuratif.
-Pelatihan motorik lisan
Anak-anak yang ngiler karena kelainan fisik sebaiknya mempertimbangkan untuk melakukan pelatihan motorik mulut, seperti terapi bicara atau menelan, jika bisa. Hal ini dapat membantu mereka belajar cara menelan dengan benar dan mengurangi jumlah air liur berlebih.
ADVERTISEMENT
Kasus sialorrhea ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Anda dapat mengatasi air liur dengan menggunakan kain untuk menyerap kelebihan cairan mulut. Selain itu, Anda dapat menggunakan krim pelindung di sekitar mulut dan dagu untuk membantu mencegah iritasi kulit.