Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Bayang-bayang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan di tengah pandemi virus corona, terus menghantui para karyawan atau pekerja di Indonesia. Berdasarkan data Kemnaker per 7 April 2020, terdapat 39.977 perusahaan yang melakukan PHK dan merumahkan 1.010.579 karyawan.
ADVERTISEMENT
"Total jumlah perusahaan yang merumahkan pekerja dan PHK sebanyak 74.430 perusahaan dengan jumlah pekerja/buruh/tenaga kerja sebanyak 1.200.031 orang, " kata Menaker Ida Fauziyah melalui keterangan tertulis, Rabu (8/4).
Adakah Anda atau suami mengalaminya juga, Moms?
Bila ya, tentu kondisi ini tidak mudah mengingat kebutuhan hidup tak mungkin bisa menunggu. Anak-anak tetap butuh makan dan bersekolah.
Tapi perlukah menjelaskan pada anak bahwa orang tuanya, entah itu ayah atau ibu tidak bekerja lagi karena sudah di-PHK? Ternyata perlu, Moms.
Menurut Vera Itabiliana M.Psi, Psi., psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI, anak yang kritis, meski anak masih TK misalnya, pasti akan memperhatikan jika ada perubahan rutinitas. Dan karena adanya perubahan rutinitas, anak kemungkinan besar akan mempertanyakan perubahan ini.
ADVERTISEMENT
"Karena itu sebaiknya orang tua jangan berbohong karena ini akan membuat anak bertambah bingung," ujar Vera kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Vera menjelaskan, kehilangan pekerjaan pasti akan berpengaruh besar bagi kita sebagai orang tua dan juga kehidupan keluarga. Pasti ada tekanan-tekanan yang menjadi beban pemikiran dan ini akhirnya akan mempengaruhi suasana hati yang bisa terbaca oleh anak.
"Jadi jangan pula berharap anak akan lupa atau tidak memikirkan hal ini," Vera berpesan.
Lantas, bagaimana sebaiknya kita sebagai orang tua bersikap?
Moms, coba terapkan 5 tips dari Vera berikut ini:
1.Bila anak bertanya, jawab apa adanya
Jawablah apa adanya bila anak bertanya tentang kondisi Anda. Tentunya dalam bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak. Misalnya “Ayah sudah tidak bekerja lagi di kantor Ayah dulu. Sekarang Ayah sedang cari pekerjaan di tempat lainnya.”
ADVERTISEMENT
2.Jelaskan perubahan yang akan terjadi
Jelaskan pada anak perubahan yang akan terjadi. Misalnya, “Karena Ayah belum dapat pekerjaan baru, yuk kita semua bantu Ayah dengan berhemat dan menabung,” atau “Kalau ingin camilan, enggak usah pesan-pesan dulu, ya. Tapi kita bisa lho, buat camilan sama-sama di rumah!”
3.Jelaskan pula apa yang tidak berubah
Menjelaskan hal-hal yang tidak akan berubah, dapat memberi anak rasa tenang dan aman, Moms. Misalnya, “Meski Ayah tidak ke kantor seperti dulu, nanti kalau kamu sudah mulai bersekolah lagi akan tetap diantar Ayah kok."
4.Jangan buat anak khawatir
Misalnya dengan membebani anak dengan kekhawatiran finansial yang memenuhi pikiran Anda. Menjelaskan soal biaya kontrak rumah atau cicilan kendaraan misalnya. Terutama bila si kecil masih usia balita.
ADVERTISEMENT
"Karena, apa sih, yang bisa dilakukan anak Anda di usia prasekolahnya? Soal-soal seperti ini tidak perlu dijelaskan," Vera mengingatkan.
Jangan juga biarkan anak melihat Anda menangis. Sebaliknya, bila perlu, katakan pada anak, “Saat ini Ayah/Ibu belum tahu mau kerja apa atau di mana... Tapi jangan khawatir, Ayah/Ibu pasti bisa cari ide. Kita semua akan baik-baik saja.”
5.Jadilah pendengar yang baik untuk anak
Jangan lupa, dengarkanlah apa yang masih menjadi pertanyaan anak dan berikan jawaban yang tepat pada setiap pertanyaannya. Baik itu tentang hal-hal yang terkait pandemi virus corona ini maupun mengenai pekerjaan Anda.
Vera pun menambahkan, "Sesulit apapun kondisi yang dihadapi, tetaplah berusaha membuat rencana. Ini bagian dari tanggungjawab kita sebagai orang tua. Jangan menyerah, yakin pasti ada jalan!"
ADVERTISEMENT