Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Alasan Kenapa Donor ASI Tidak Boleh Sembarangan
1 Agustus 2018 11:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Donor ASI kerap dijadikan jalan keluar untuk memberikan ASI kepada bayi bila ditemui situasi atau kondisi tertentu yang mengakibatkan ibu tidak bisa menyusui. Misalnya karena aktivitas ibu bekerja di luar rumah, ibu jatuh sakit, ibu kurang memperoleh dukungan baik dari keluarga maupun lingkungan tempat kerja dan berbagai tantangan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tapi donor ASI tak bisa sembarangan lho, Moms. Apalagi mengingat di Indonesia belum tersedia Bank ASI untuk memfasilitasi hal ini. Di negara kita, praktik pemberian dan penerimaan ASI donor umumnya dilakukan sendiri oleh para ibu dan keluarga. Bahkan, seringkali permintaan dan penyaluran donor ASI disampaikan secara berantai melalui forum chat online atau media sosial saja.
Inilah yang menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) perlu diwaspadai. Pada laman AIMI, para konselor laktasi di antaranya, Mia Sutanto, mengatakan donor ASI bisa jadi bumerang atau justru berbalik merugikan.
Pasalnya, ASI donor bisa saja membawa penyakit karena ketidakhigienisan dalam penyiapan dan penyimpanan, ataupun kesehatan ibu yang memerah ASI. Ancaman penyakit yang paling ditakutkan muncul pada ASI perah ialah HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, HILV (human T lymphotropic virus), dan CMV (cytomegalovirus).
Seorang pendonor ASI seharusnya juga tidak memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi narkoba, kecanduan alkohol, hingga mempunyai riwayat ketergantungan obat yang bisa berpengaruh pada ASI yang dikonsumsi si kecil.
ADVERTISEMENT
Selain kekhawatiran mengenai risiko kesehatan yang mungkin timbul, cara penyimpanan ASI donor juga sangat menentukan baik itu memberikan donor ASI di rumah maupun yang dilakukan atas indikasi medis di Rumah Sakit.
AIMI menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga metode pemanasan terhadap ASI donor yang bisa Anda lalukan untuk mengurangi risiko penularan penyakit. Di antaranya:
1. Pasteurisasi Holder, yaitu ASI dipanaskan dalam wadah kaca tertutup pada suhu 62,5 derajat celcius selama sekitar 30 menit. Cara ini memang tak bisa sembarang dilakukan, karena biasa dilakukan di Bank ASI sebab dibutuhkan pengukur waktu dan suhu yang akurat.
2. Flash Heating, yaitu ASI sebanyak 50 ml diletakkan dalam botol kaca selai dengan ukuran 450 ml terbuka di dalam panci alumunium yang berukuran sekitar 1 L berisi 450 ml air. Setelah itu, lantas panci yang berisi ASI itu dididhkan dan didiamkan sampai suhunya siap untuk diminum bayi.
ADVERTISEMENT
3. Pasteurisasi Pretoria, yaitu memanaskan air sebanyak 450 ml pada panci dengan kapasitas 1 L hingga mendidih. Kemudian matikan kompor, dan letakkan botol kaca terbuka yang berisi ASI sebanyak 50 ml di dalam panci selama 20 menit. Angkat dan diamkan hingga suhu bisa diminum bayi Anda.
Jadi bagaimana, Moms? Apakah Anda akan memilih donor ASI dan siap memastikan semua syarat-syarat ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di kolom komentar.