Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Amankah Sinar-X untuk Bayi dan Ibu Hamil
15 Januari 2018 11:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Di bandara, mal, hingga gedung perkantoran, alat pemeriksaan keamanan semakin umum kita temui di mana-mana. Anda tahu alat ini digunakan antara lain untuk memindai metal -yang mungkin Anda bawa. Tapi bagaimana dengan kemanan kehamilan dan bayi dalam kandungan? Akan terkena dampak kah, bila melaluinya? Ini mungkin hanya dua dari sekian banyak pertanyaan ibu hamil terkait alat-alat yang menggunakan sinar-X. Memang sih, umumnya ibu bila menyatakan sedang hamil dan keberatan melalui alat pemeriksaan —akan dibiarkan lewat oleh petugas keamanan. Tapi tentunya dalam berbagai kondisi, tidak selalu begitu.
ADVERTISEMENT
Vessa, yang bekerja di agensi periklanan dan tengah hamil 4 bulan misalnya, bercerita pada KumparanMom (kumparan.com), “Saat hendak mengurus visa di satu kedutaan, saya menolak melewati alat pemindai dengan alasan sedang hamil. Tapi petugas keamanan minta saya tetap melaluinya —atau dipersilakan keluar saja. Karena saya harus pergi ke luar negeri untuk urusan kerja, saya terpaksa menurut. Tapi sampai sekarang jadi merasa bersalah dan khawatir, nih. Takut bayi saya kenapa-napa.”
Lain lagi dengan cerita Dinda. Saat kehamilannya mencapai usia 3 bulan, dokter meminta wanita yang berdomisili di Tangerang ini memeriksakan gigi. “Lalu gigi saya harus di-rontgen. Aduh, takut dan bingung banget jadinya. Rotgen kan pakai sinar-X. Kalau janinnya kena radiasi, gimana?”
ADVERTISEMENT
Apakah Anda juga punya pertanyaan yang serupa, Moms? Sebelum tambah takut atau bingung, Anda harus tahu bahwa penggunaan sinar-X ada bermacam-macam tingkatannya sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Dijelaskan oleh Health Physics Society pada alat-alat pemindai atau keamanan yang banyak Anda temui misalnya, energi sinar-X yang digunakan sangat rendah sehingga tidak menembus kulit dan hanya membuat gambar garis besar batang tubuh eksternal Anda. Sementara organ internal Anda (termasuk kandungan) bisa dikatakan hampir tidak menerimanya. Dengan kata lain, melewati alat pemindai keamanan tidak menimbulkan risiko bagi wanita hamil maupun bayi yang dikandungnya.
Berbeda hal-nya dengan penggunaan sinar-X untuk keperluan medis. Sebelum memutuskan untuk melakukan foto rontgen misalnya, bicarakanlah terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda untuk mempertimbangkan apakah sinar-X adalah pilihan terbaik untuk situasi kesehatan Anda saat ini.
ADVERTISEMENT
Misalnya, jika sinar-X diperlukan untuk membantu dalam evaluasi saluran akar gigi Anda. Ini mungkin dianggap aman oleh dokter dan memberi manfaat yang lebih besar untuk kehamilan Anda daripada risiko yang terkait. Karena tanpa perawatan gigi, infeksi bisa terjadi yang berpotensi menyebabkan gangguan yang lebih besar pada janin.
Penting juga untuk dicatat bahwa sinar-X dalam peralatan medis tidak meningkatkan risiko bayi yang belum lahir akan dilahirkan dengan cacat lahir. Namun menurut penelitian, paparan radiasi dapat meningkatan risiko leukemia pada bayi yang belum lahir. Oleh karena itu, yang terbaik adalah mendiskusikan penggunaan sinar-X dengan dokter Anda. Siapa tahu, dokter merekomendasikan alternatif tindakan untuk menghindari sinar-X.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan ultrasound yang juga disebut sonografi atau biasa disingkat dengan USG dapat digunakan sebagai ganti sinar-X untuk merawat pasien hamil. Dengan teknik ini, gelombang suara frekuensi tinggi untuk melihat organ di dalam tubuh. Selain USG, pasien hamil juga umum menggunakan MRI atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) di mana magnet dan gelombang radio untuk melihat struktur dalam tubuh. Baik USG maupun MRI tidak membawa risiko radiasi pada ibu maupun janin yang dikandungnya.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana jika penggunaan sinar-X dilakukan sebelum ibu tahu dirinya hamil? Jika Anda menggunakan sinar-X sebelum tahu Anda hamil, tindakan terbaik adalah segera mendiskusikannya dengan dokter. Risiko paparan radiasi pada bayi yang belum lahir sangat minim sehingga dokter mungkin memutuskan bahwa tidak ada tindakan pencegahan ekstra yang harus dilakukan. Namun, jika risikonya tampak tinggi, dokter bisa saja meminta fisikawan radiasi bisa menghitung berapa banyak radiasi yang terpapar janin untuk kemudian memutuskan langkah atau perawatan yang Anda butuhkan.