Anak-anak Rentan Terkena DBD, Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan?

23 Juli 2022 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak Rentan Terjangkit DBD, Apa yang Orang Tua Bisa Lakukan? Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Rentan Terjangkit DBD, Apa yang Orang Tua Bisa Lakukan? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang bisa menyerang orang dewasa hingga anak. Tercatat hingga minggu ke-22 tahun 2022, ada 45.387 kasus DBD di Indonesia dan 432 kasus di antaranya menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Anak-anak masih menjadi kelompok rentan terjangkit DBD. Apalagi, imunitas tubuh mereka belum sekuat orang yang lebih dewasa. Hal ini jugalah yang pernah dialami oleh model sekaligus momfluencer, Paula Verhoeven, saat terkena DBD ketika hamil anak keduanya, Kenzo Eldrago Wong.
"Aku pernah DBD pas hamil 7 bulan Kenzo dan itu sakitnya luar biasa banget, karena enggak pakai pain killer 1 minggu full ngerasain betapa sakitnya, pusingnya, enggak dikasih obat karena hamil. Itu pertama kali seumur hidup. Makanya aku jaga kesehatan banget lagi pancaroba di rumah banyak nyamuk jadi aku harus ekstra waspada," cerita Paula dalam acara Mom's Talk di Festival Hari Anak yang diselenggarakan kumparanMOM dan berkolaborasi dengan Soffell, Sabtu (23/7).
ADVERTISEMENT
Ya Moms, saat mengalami DBD, tubuh kita akan sangat tidak nyaman. Apalagi jika yang terjangkit DBD adalah anak-anak, bukan tak mungkin dia akan menjadi lebih sering rewel dan membuat orang tua pun khawatir.
Ilustrasi Anak Demam. Foto: Shutterstock
Apalagi di saat anak sedang aktif-aktifnya bermain dan melakukan hal-hal yang disukai, tiba-tiba sakit DBD pun bisa menghambat aktivitas si kecil. Lantas, benarkah anak-anak lebih rentan mengalami DBD?
"DBD bisa menyerang siapa aja, tetapi anak lebih rentan karena dia belum bisa mengutarakan. Misal dia pusing, anak di bawah 3 tahun enggak tahu rasanya. Badan lemas, enggak bisa mengatasi lemas sendirian. Jadi kalau anak rewel dan cenderung tidur. Enggak diberi asupan jadi lemas lagi. Jadi jaga-jaga anak jangan sampai kena DBD, dan lebih baik ke pencegahan," jelas Dokter Spesialis Anak, dr. Attila Dewanti Sp.A(K).
ADVERTISEMENT
Orang tua pun harus lebih peka terhadap situasi anak yang mulai menunjukkan gejala-gejala DBD, seperti demam mendadak hingga di atas 37,6 derajat, tubuh anak jadi lemas, tidak mau makan, lalu muncul ruam-ruam di perut atau pergelangan tangan pada hari ketiga demamnya. Kalau sudah terlihat tanda-tanda tersebut, ada baiknya Anda segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera diberi perawatan, Moms.

Cegah Anak dan Keluarga dari DBD

Nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD. Foto: Shutterstock
Memiliki anak yang sedang aktif-aktifnya tentu menjadi tantangan bagi para orang tua. Apalagi ketika si kecil suka bermain di outdoor, mau tak mau ayah dan ibu perlu menyiapkan perlindungan agar anak tidak sampai tergigit nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab penyakit demam berdarah.
Paula pun juga ikut memberikan tips agar anak-anak bisa terlindungi dengan baik dari DBD. Cara ini pun telah dilakukannya pada kedua putranya, Kiano dan Kenzo, di rumah.
ADVERTISEMENT
"DBD kan musiman aku sebisa mungkin seminggu sekali semprot DBD (fogging) rumah dan kantor. Kebersihan juga sebisa mungkin enggak ada genangan di dalam atau luar rumah, terutama kamar anak-anak banyak tumpukan mainan jadi aku minta dibersihin semua. Pokoknya enggak boleh ada sarang nyamuk sedikit pun. Juga di tumpukan baju. Yang ketiga, aku juga beri buah-buahan dan sayur untuk Kiano dan Kenzo," ungkap Paula.
Nah, tak ketinggalan, dr. Attila pun membagikan cara-cara yang bisa dilakukan untuk mencegah DBD menyerang anak-anak dan keluarga. Simak penjelasannya berikut.
Selain Paula, ada beberapa narasumber lain yang juga tak kalah seru untuk kita dengar pembahasannya. Untuk menyaksikan sesi Mom's Talk lainnya di Festival Hari Anak, Anda bisa menyimak video selengkapnya di bawah ini:
ADVERTISEMENT