Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Anak Bertanya Soal Seks, Mesti jawab Apa? Lakukan 5 Hal Ini
29 Agustus 2018 16:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Anak-anak cenderung punya rasa penasaran besar tentang berbagai hal, salah satunya tentang seks . Jika awalnya si kecil bertanya ‘kenapa langit berwarna biru?’ atau ‘kenapa bunga melati baunya wangi?’, mungkin itu belum jadi masalah buat Anda.
ADVERTISEMENT
Tunggulah sampai suatu hari nanti ia akan bertanya ‘kenapa dada ibu besar tapi aku enggak?’ atau ‘Adik bayi datangnya dari mana sih?’ Bagaimana, Moms, sudah siapkah?
Sebagian orang tua akan canggung mendapat pertanyaan berbau seks. Wajar Moms, sebab masyarakat kita masih menganggap diskusi seksualitas adalah hal tabu. Anda barangkali juga ragu, mungkin anak Anda terlalu kecil untuk mendapat informasi tentang seksualitas.
Padahal pendidikan seks justru sebaiknya ditanamkan sedini mungkin, Moms, tentunya dalam tahapan-tahapan sesuai usia anak. Sebab dari orang tualah seharusnya anak mendapatkan informasi tentang seks untuk pertama kalinya.
Dalam diskusi Puberty Talk yang diusung Ruang Tumbuh, psikolog tumbuh kembang anak Irma Gustiana M.Psi memaparkan 5 hal yang bisa dilakukan oang tua saat anak bertanya tentang seks:
ADVERTISEMENT
1. Jangan Panik!
Panik adalah hal yang harus dihindari saat anak penasaran dengan hal berbau seks. Sebab seringnya, reaksi panik Anda yang berlebihan justru membuat anak makin penasaran.
“Enggak usah panik. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu normal. Kadang-kadang yang bikin anak makin penasaran itu justru reaksi orang tuanya yang agak berlebihan,” tutur Irma saat ditemui kumparanMOM pada Sabtu (25/8).
Alih-alih memberikan ekspresi panik dan balik bertanya menyelidik, tetaplah tenang, Moms. Anda bisa menjawab pertanyaan itu secara sederhana namun tetap informatif.
2. Ajak Anak Bertemu Ahlinya
Saat Anda tidak bisa atau bingung menjawab pertanyaan si kecil, jawablah dengan jujur bahwa Anda tidak tahu. Jangan menghindar atau malah mengalihkan topik pembicaraan.
Anda bisa mengajak anak untuk bertemu ahlinya. Misalnya saat anak bertanya bagaimana adik bayi dibuat, lalu ibu bingung bagaimana menjelaskannya, ibu bisa mengajak anak bertemu dokter kandungan.
ADVERTISEMENT
“Anda bisa menjawab anak dengan, ‘oke kita harus ketemu teman ibu yang dokter kandungan ya, soalnya ibu enggak tahu cara menjelaskannya.’ Itu lebih baik daripada kita ignorant lalu anak googling sendiri ‘cara membuat bayi’,” papar Irma.
Ketika rasa penasaran anak tidak terjawab oleh orang tua, anak akan mencari sumber lain. Nah, sumber informasi lain inilah yang belum tentu terpercaya dan berisiko menjerumuskan anak pada konten ponografi.
3. Jangan Harap Anak Langsung Paham
Irma menegaskan berkali-kali bahwa pendidikan seks bukanlah pelajaran yang bisa diberikan sekali waktu saja. Daripada dihindari, pendidikan seks untuk anak justru seharusnya dilakukan berulang-ulang dan berkelanjutan.
“Masalah seksualitas bukanlah single lecture. Tak bisa sekali diberikan langsung anak mengerti. Kalau saya biasanya dua minggu sekali saya review, karena dalam dua minggu itu pasti terjadi perubahan,” papar Irma.
4. Jangan Menggunakan Bahasa yang Rumit
ADVERTISEMENT
Saat menjawab pertanyaan anak tentang seks, pastikan jawaban Anda tidak malah membuatnya bingung, Moms.
“Jawab sederhana. Enggak usah berbelit-belit. Apalagi kalau anak masih kecil, dia akan semakin bingung jika kita menjelaskannya terlalu spesifik atau menggunakan bahasa yang terlalu ilmiah,” kata Irma.
Orang tua juga bisa menggunakan alat peraga yang banyak dijual di pasaran, seperti poster atau patung anatomi tubuh manusia. Anda juga bisa meminta anak menonton video yang telah Anda saring lebih dahulu untuk menjawab rasa penasaran si kecil.
5. Selalu Bicarakan Seksualitas dalam Konteks Pernikahan, Keagamaan dan Norma yang Berlaku
Tak hanya menjelaskan seksualitas secara informatif, orang tua sebaiknya juga memaparkannya dalam konteks pernikahan, keagamaan, dan norma yang berlaku. Sehingga perlahan anak paham bahwa seks dibatasi oleh sejumlah peraturan sosial.
ADVERTISEMENT
Misalnya, saat anak bertanya tentang dari mana bayi datang, Anda bisa menjelaskan subjek-subjek yang terlibat adalah ayah sebagai suami dan ibu sebagai istri yang telah menikah.