Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anak Indonesia Kekurangan Omega 3 dan 6, Ini Penyebabnya
8 September 2024 12:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak hanya membantu tumbuh kembang anak, makanan yang mengandung omega 3 dan 6 juga meningkatkan fungsi otak dan suasana hatinya, khususnya pada pembelajaran, memori, dan perkembangan otak.
Ya Moms, hal itu disampaikan Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB University, Prof. Dodik Briawan, MCN, dalam acara Upfield Indonesia dengan tema #TambahkanBlueBand di Pastis Pool Bar, Oakwood Suites, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (4/9).
"Peranan terhadap pertumbuhan tidak hanya otak tapi juga fisik. Bisa jadi, karena kadang-kadang kalau soal gizi itu kita nggak sadar ya. Beda kalau karbohidrat ya. Kalau kurang karbohidrat kan anaknya lemas. Kalau (kurang) omega 3 dan 6 kan nggak sadar tapi anaknya mudah sakit, sekolah nggak konsentrasi, namanya zat gizi mikro. Kecil tapi penting," kata Prof. Dodik.
ADVERTISEMENT
Anak Indonesia Kekurangan Omega 3 dan 6
Dalam studi pada tahun 2016, menemukan 8 dari 10 anak di Indonesia mengonsumsi omega 3 di bawah jumlah yang direkomendasikan. Sementara 3 dari 10 anak kekurangan omega 6.
Studi terbaru hasil kerja sama yang dirilis IPB University telah mengonfirmasi temuan tersebut. IPB melakukan kajian dengan mengamati kebiasaan makan siswa dari daerah perkotaan dan pedesaan di Bogor. Hasilnya, anak-anak di daerah tersebut diketahui kekurangan asupan omega 3 dan Omega 6.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa 74,4 persen anak memiliki asupan omega 3 (ALA) yang tidak memadai. Kemudian 55,4 persen anak memiliki asupan omega 6 yang tidak memadai.
Menurut Prof. Dodik, ada beberapa faktor penyebab anak bisa mengalami kekurangan asupan omega 3 dan 6.
ADVERTISEMENT
-Keterbatasan waktu dalam menyiapkan makanan
-Persepsi bahwa makanan kaya omega 3 dan 6 itu mahal
-Kecenderungan anak-anak untuk memilih jajanan yang tidak sehat di sekolah diduga berkontribusi pada kekurangan ini.
Temuan terbaru ini mengevaluasi program Gerakan Sarapan Bergizi Berprestasi (GESIT). Program ini dibuat untuk mengukur dampak intervensi pendidikan gizi dan program sarapan bergizi di sekolah selama 30 hari terhadap pengetahuan gizi, kebiasaan, asupan gizi, dan prestasi akademik anak-anak.
Penelitian ini melibatkan hampir 250 siswa berusia 9 hingga 12 tahun dari enam sekolah dasar di Bogor. Mereka mewakili sampel daerah perkotaan dan pedesaan, yang dibagi menjadi kelompok kontrol, intervensi pendidikan gizi, dan intervensi pendidikan gizi ditambah sarapan.