Anak Jadi Pelaku Bullying, Apa yang Perlu Orang Tua Lakukan?

20 Desember 2022 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang membenarkan perilaku penindasan atau bullying yang dilakukan oleh siapa pun, termasuk anak. Apalagi, tidak tepat membenarkan perilaku bullying dengan dalih dia masih anak-anak. Justru, di sinilah peran orang tua untuk membantu anak menghentikan perilakunya.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menghentikan perilaku bullying anaknya?

Alasan Mengapa Anak Menjadi Pelaku Bullying

Moms, dikutip dari WebMD, orang tua perlu memahami bullying adalah perilaku dan bukan identitas seseorang. Melabeli anak sebagai 'pelaku bullying' justru akan menciptakan perasaan bahwa si kecil tidak akan pernah bisa mengubah perilaku negatifnya tersebut.
Dan bila anak menjadi pelaku penindasan, maka dia harus diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Di sisi lain, Anda pun perlu mencari tahu mengapa anak melakukan penindasan.
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan sifat berikut ini lebih mungkin melakukan bullying, seperti:
1. Kerap menyalahkan orang lain dan tidak mengakui tindakannya yang salah.
2. Menunjukkan sikap apatis terhadap perasaan orang lain.
ADVERTISEMENT
3. Pernah atau sedang diintimidasi.
4. Tidak memiliki keterampilan sosial yang baik.
5. Sering frustrasi, cemas, atau depresi.
6. Mencoba untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang melakukan perilaku bullying.
7. Berpikir bahwa bullying sekadar bercanda.
8. Merasa tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan.
9. Menganggap orang lain adalah musuhnya.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Ketika merasa perilaku si kecil jadi merugikan banyak orang, Anda bisa membantu untuk menghentikannya kok, Moms. Tapi ingat, caranya bukan dengan perilaku memarahi atau menghukum, namun lakukan dengan pendekatan kasih sayang dan berusaha mengerti apa yang sedang dialami maupun dirasakannya.
Ajarkan anak untuk tidak tinggal diam dan berani mempertahankan kebenaran Foto: Shutterstock
Saat Anda baru pertama kali mengetahui si kecil menjadi pelaku bullying, Anda mungkin akan kaget, marah, sedih, dan kecewa. Namun, penting untuk tetap mengendalikan diri dan tahan agar tidak terlalu emosional. Saat Anda sudah lebih tenang dan siap, barulah dekati anak dan bicara tentang tindakan bullying yang dilakukan terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Ingatlah untuk tidak langsung melabeli anak sebagai pelaku bullying, dan fokus pada anak dengan memastikan:
- Tidak membuat alasan atau menyangkal atas perilaku buruk yang dilakukannya.
- Buat mereka bertanggung jawab dan beri tahu mereka bahwa tindakannya memiliki konsekuensi.
- Beri tahu bahwa Anda akan membantunya menghentikan perilaku negatifnya.
- Tanyakan alasan mengapa dia melakukan penindasan terhadap temannya.
- Cobalah untuk tetap objektif dengan fakta, agar Anda bisa memahami perspektifnya dengan jelas.
Setelah memahami alasan anak dan memastikan dia tidak menyangkal tindakannya, maka orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa bullying bukanlah perilaku yang dibenarkan. Jangan lupa, bicaralah dengan penuh kasih sayang dan tanpa emosi. Ajari juga si kecil untuk memiliki rasa empati terhadap teman-temannya yang mendapat perilaku penindasan, termasuk mengenali perasaan mereka.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, ajaklah anak untuk meminta maaf kepada teman-teman yang mengalami bullying darinya, dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Bagi ayah dan ibu, tetap sabar serta terus beri perhatian agar dia merasa diperhatikan dan berharga, ya!