Anak Kabur dari Rumah karena Mengaku Dimarahi, Apa yang Perlu Orang Tua Pahami?

17 Februari 2023 11:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak praremaja stres. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak praremaja stres. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moms, beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan kabar seorang anak laki-laki berinisial H di Palembang, Sumsel, kabur dari rumah karena mengaku tak tahan dimarahi ibunya. Ia meninggalkan surat untuk ibunya yang berisi ucapan terima kasih dan meminta jangan dicari.
ADVERTISEMENT
"Bunda makasih sudah besarin aku. Aku tidak sanggup lg. Makasih, Bunda jangan cari aku," tulis murid MIN 1 Palembang itu dalam secarik kertas.
Peristiwa tersebut terjadi pada November 2022. Setelah dicari oleh berbagai pihak, H akhirnya ditemukan pada dini hari dan diajak pulang ke rumah orang tuanya. Kini kondisinya sudah lebih baik.
Nah Moms, melihat kasus tersebut, mungkin membuat para orang tua khawatir dan berpikir, sudah tepatkah sikap kepada anak selama ini? Mungkinkah si kecil juga merasa tertekan?
Lantas, apa saja ya yang bisa dipetik dari masalah ini? Yuk, simak penjelasan dari psikolog pendidikan sekaligus co-founder Rumah Dandelion, Agstried Elisabeth berikut ini.

Apa yang Membuat Anak Tidak Menuruti Orang Tua?

Ilustrasi anak praremaja kena peer pressure. Foto: Shutterstock
Moms, bagaimana pun kekerasan terhadap anak tetap tidak dibenarkan, ya. Agstried mengingatkan, penting bagi ibu untuk mengelola emosi dan paham batasan-batasan yang dimiliki. Seperti kapan merasa lelah, kewalahan, atau mulai tidak bisa mengendalikan emosi.
ADVERTISEMENT
"Jika ibu sudah lebih mengenali kebutuhan dirinya maka ia bisa berhenti atau meminta bantuan. Ibu juga perlu pick her battle wisely sehingga energinya tidak habis," ujar Agstried.
Pick her battle wisely yang dimaksud adalah ibu perlu paham kapan dan mengapa ia harus marah. Ibu juga perlu melihat dari sisi anak, sehingga lebih bisa memahami mengapa si kecil melakukan kesalahan. Sebab mungkin saja penjelasan ibu tidak dapat dipahami si kecil, atau ia kelelahan dan butuh istirahat.
Nah selain dari sisi ibu, perlu juga melihat dari sisi anak. Lantas apa saja sih yang membuat anak sulit menuruti perintah orang tua?

Hal yang Membuat Anak Sulit Menuruti Perintah Orang Tua

Menurut Agstried, setidaknya ada lima hal yang membuat anak sulit menuruti perintah orang tua.
ADVERTISEMENT
1. Apakah kebutuhan fisik anak sudah terpenuhi?
Seperti apakah anak sudah cukup makan, cukup minum, cukup gerak atau beraktivitas fisik, dan cukup istirahat.
2. Kurang terhubung dengan orang tua.
Menurut Agstried, anak akan patuh jika yang memberikan aturan dan saran adalah orang-orang yang memang dekat dan terhubung dengannya.
3. Anak belum siap.
Moms, perlu dipahami apakah saat ibu meminta melakukan sesuatu, anak sudah siap? Mungkin saja ia tidak mendengar instruksi yang diberikan karena ia masih sibuk dengan hal lain.
4. Komunikasi yang kurang baik atau instruksi yang membingungkan.
Agstried menyebut, orang tua kadang menggunakan instruksi bertingkat sehingga anak menjadi kurang paham terhadap ekspektasi dari orangtua. Sebaiknya gunakan instruksi yang lebih jelas dan sederhana.
ADVERTISEMENT
5. Age inappropriate
Instruksi atau permintaan yang diberikan tidak sesuai dengan usia anak. Sehingga wajar jika anak bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Lantas bagaimana melatih anak tanggung jawab dan disiplin tanpa menyakiti atau membuat si kecil trauma?
Agstried mengingatkan, orang tua perlu memberikan kesempatan anak mengambil pilihan sesuai usianya. Jangan lupa beri ruang diskusi terhadap aturan dan konsekuensi yang dibuat ya, Moms. Sehingga anak paham mengapa ia harus melakukan hal itu dan apa manfaatnya.
Nah saat anak mengalami emosi yang intens, ibu perlu memberi perhatian dan pendampingan ekstra. Sehingga ibu juga paham apa yang dirasakan dan diinginkan anak. Sebab karakter setiap anak berbeda-beda, sehingga mungkin apa yang diterapkan pada anak pertama, tak bisa diterapkan pada anak kedua, dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
“Sebuah pesan jika diberikan dengan cara yang salah, maka pesannya tidak akan sampai. untuk pesan sampai dengan optimal, tentu saja harus disesuaikan dengan kondisi si penerima pesan. oleh karena itu ortu harus menyesuaikan dengan anak," ujar Agstried.
Agar anak tidak melakukan kesalahan berulang, terapkan aturan yang telah dibuat dengan konsisten ya, Moms. Agstried mengatakan meski orang tua punya kendali yang besar untuk mendidik anak, namun para orang tua sebaiknya mengerti ada batasan-batasan yang harus diingat ketika anak melakukan kesalahan.
Lalu yang tak kalah penting, jangan lupa berikan apresiasi saat anak bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, ya!